Bismillah...
New
Artikel
Berita
Pendidikan
Agenda Sekolah
Info Pendaftaran
Khutbah Jumat: Berlomba-Lomba Datang Ke Masjid
By: Imam Syuhodo TV on November 13, 2024 / comment : 0 Khutbah, New
MUHAMMAD NASRI DINI
(Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, Wakil Ketua Majelis Tabligh PDM Sukoharjo)
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ :يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
اتَّقِ
اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ
النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
أَمَّا
بَعْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Setelah mengungkapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT dan
bershalawat atas Rasulullah SAW, marilah kita bersama-sama meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya iman dan takwa,
serta senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Pada kesempatan ini khatib mengajak kita semua untuk merenungkan
kembali, bahwa kita diperintahkan Allah SWT untuk bersegera dalam mengerjakan kebaikan.
Allah SWT berfirman,
فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (QS. Al Baqarah
[2]: 148)
يُسْقَوْنَ
مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ خِتَٰمُهُۥ مِسْكٌ ۚوَفِي
ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya).
Laknya adalah kesturi; Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang
berlomba-lomba.” (QS. Al Muthaffifin [83]: 25-26)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Salah satu bentuk nyata dari perintah Allah SWT untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan adalah bersegera dalam hal-hal yang mendekatkan
diri kepada-Nya dengan motivasi mendapatkan berbagai kenikmatan di surga.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat, mereka
selalu berupaya untuk menjadi yang pertama dalam ibadah dan amalan shalih. Contoh
fastabiqul khairat adalah segera mendatangi panggilan azan dan mendapatkan shaf
terdepan. Dari Abu Hurairah RA berkata, Nabi SAW bersabda,
لَوْ
يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا
إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا
“Seandainya setiap orang tahu keutamaan azan dan shaf pertama,
kemudian mereka ingin memperebutkannya, tentu mereka akan memperebutkannya
dengan berundi.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Hari Jumat memiliki keistimewaan tersendiri dalam Islam. Di
dalamnya terdapat amalan yang sangat dianjurkan untuk kita semua, salah satunya
adalah bersegera dalam memenuhi panggilan azan untuk shalat Jum’at. Khusus Azan
Jum’at Allah SWT berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ
فَٱسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللهِ وَذَرُوا ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ
إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS.
Al-Jumu’ah [62]: 9)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga apa yang telah disampaikan
dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus meningkatkan ketakwaan dan
ketaatan kepada Allah SWT. Marilah kita berusaha menjadi hamba yang senantiasa
bersegera dalam kebaikan, khususnya dalam menjawab panggilan azan untuk
menegakkan shalat berjamaah.
نَفَعَنِي
اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا
وَيَرْضَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Sebagai penutup khutbah siang hari ini,
khatib mengingatkan diri sendiri dan seluruh jamaah bahwa yang lebih utama saat
azan berkumandang adalah hadir lebih awal dan menempati shaf terdepan. Maka
marilah kita senantiasa bersegera memenuhi panggilan azan, baik untuk shalat
Jum’at, maupun panggilan azan pada shalat lima waktu yang lainnya. Hendaknya
kita tidak terbiasa datang ke masjid setelah khutbah selesai atau bahkan ketika
iqamah selesai dikumandangkan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita
hidayah dan taufik. Selanjutnya marilah kita tutup khutbah siang hari ini dengan
doa.
اِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا
لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ
إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى
اللَّهُمَّ
إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ
دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
اللَّهُمَّ
أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ الْمُسلِمِين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَاْلمُشْرِكِيْنَ
اللَّهُمَّ
انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ المُجَاهِدِينَ وَاْلمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي فِلَسْطِين
اللَّهُمَّ
انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ المُجَاهِدِينَ
فِي كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
يَا
مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
اللَّهُمَّ
مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 22 | 16-30 November 2024
KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah: Suami-Istri yang Saling Mendukung dalam Perjuangan
By: Imam Syuhodo TV on November 10, 2024 / comment : 0 Artikel, New, Pendidikan
Muhammad Nasri Dini
Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo
Sukoharjo
Kisah pasangan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai
Walidah Ahmad Dahlan merupakan salah satu contoh inspiratif tentang bagaimana
peran suami dan istri dapat saling mendukung dalam perjuangan dan dakwah.
Mereka tidak hanya berjuang untuk keluarga mereka sendiri, tetapi juga bagi
masyarakat luas, dengan semangat untuk memajukan umat melalui pendidikan
berdasarkan nilai-nilai Islam. Dalam sejarah perjuangan mereka, kita bisa
melihat betapa pentingnya dukungan timbal balik antara suami dan istri dalam
mewujudkan visi yang lebih besar.
KH. Ahmad Dahlan, yang lahir dengan nama
Muhammad Darwis pada tahun 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta, adalah seorang
ulama dan reformis yang dikenal karena keberaniannya dalam membawa pembaruan
dalam pendidikan Islam. Latar belakang pendidikan tradisional yang diperolehnya
di Mekkah memperkaya pandangannya tentang pentingnya menyelaraskan agama dengan
perkembangan zaman. Namun, perjalanan dakwahnya tidaklah mudah. Banyak pihak
yang tidak setuju dengan ide-idenya di awal perjuangan, termasuk beberapa orang
dekat di lingkungan Yogyakarta.
Dalam perjalanan hidupnya, KH. Ahmad
Dahlan sangat didukung oleh istrinya, Nyai Walidah, yang lahir dengan nama Siti
Walidah pada tahun 1872. Beliau juga berasal dari keluarga ulama terpandang,
Nyai Walidah memiliki kecerdasan dan keteguhan hati yang sama besar dengan
suaminya. Sejak awal pernikahan, ia menunjukkan dedikasi tinggi terhadap visi
suaminya untuk memperbaiki keadaan umat Islam di Nusantara. Peran Nyai Walidah
tak sekadar sebagai pendamping hidup, tetapi juga sebagai rekan perjuangan bagi
suami tercintanya.
Dukungan yang diberikan Nyai Walidah kepada
KH. Ahmad Dahlan sangat penting dalam memastikan bahwa cita-cita suaminya dapat
tercapai. Ketika KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912, Nyai
Walidah tidak hanya berdiri di belakang layar, tetapi juga berperan aktif dalam
membangun dan memperluas pengaruh organisasi tersebut. Sebagai istri seorang
reformis, ia memahami betapa pentingnya memberikan dorongan kepada suaminya,
sekaligus mengambil bagian dalam perjuangan di bidang yang ia kuasai, yaitu
pendidikan dan pemberdayaan perempuan.
Nyai Walidah tidak hanya berperan
sebagai pendamping suaminya, tetapi juga sebagai pemimpin di kalangan
perempuan. Pada tahun 1917, ia turut mendirikan 'Aisyiyah, sebuah organisasi
perempuan di bawah naungan Muhammadiyah, yang bertujuan untuk memberdayakan
kaum perempuan melalui pendidikan. Ini menunjukkan bahwa Nyai Walidah memiliki
visi yang sama besarnya dengan suaminya, yaitu memajukan masyarakat melalui
pendidikan dan dakwah, khususnya bagi kaum perempuan yang saat itu masih sering
terabaikan.
Kolaborasi antara KH. Ahmad Dahlan dan
Nyai Walidah bukan hanya tentang kerja sama dalam dakwah, tetapi juga tentang
bagaimana pasangan harus saling mendukung dalam menghadapi tantangan. Dalam
masyarakat yang masih sangat tradisional pada masa itu, ide-ide KH. Ahmad
Dahlan sering kali dianggap kontroversial. Banyak yang menentang gagasan
pembaruan dalam pendidikan yang digagasnya, termasuk ide untuk memadukan
pendidikan agama dan pendidikan umum. Namun, dukungan penuh dari Nyai Walidah
membuat KH. Ahmad Dahlan terus maju dan tidak pernah menyerah.
Peran Nyai Walidah sebagai pendukung dan
mitra KH. Ahmad Dahlan sangat signifikan. Ia tidak hanya sekadar mendukung dari
belakang, tetapi juga menjadi pelopor dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di
Indonesia. Dengan keterlibatan aktif dalam 'Aisyiyah, ia berhasil menggerakkan
ribuan perempuan untuk lebih sadar akan pentingnya pendidikan dan peran mereka
dalam masyarakat. Nyai Walidah adalah contoh nyata bahwa di balik keberhasilan
seorang suami, ada istri yang kuat dan berdedikasi.
Pengakuan atas peran besar KH. Ahmad
Dahlan dan Nyai Walidah tidak hanya datang dari lingkup internal Persyarikatan Muhammadiyah
semata, tetapi juga diakui secara nasional. Keduanya dinobatkan sebagai
Pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. KH. Ahmad Dahlan
mendapatkan gelar tersebut pada tahun 1961 berdasarkan SK Presiden nomor 657
tahun 1961, sementara Nyai Walidah diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada
tahun 1971 sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 42/TK tahun 1971. Pengakuan
ini bukan hanya untuk peran mereka dalam Muhammadiyah, tetapi juga karena
kontribusi mereka dalam membangun bangsa Indonesia melalui pendidikan dan
gerakan sosial.
Perjalanan hidup KH. Ahmad Dahlan dan
Nyai Walidah memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita tentang bagaimana
pasangan suami istri dapat saling mendukung dalam kebaikan. Keduanya
membuktikan bahwa kerja sama yang harmonis antara suami dan istri dapat
menghasilkan dampak yang luar biasa bagi masyarakat. KH. Ahmad Dahlan mungkin
dikenal sebagai tokoh utama di Muhammadiyah, tetapi tanpa dukungan dan peran
aktif Nyai Walidah, visi besar tersebut mungkin tidak akan terwujud sebesar
yang kita saksikan hari ini.
Kebersamaan mereka dalam menghadapi
tantangan demi tantangan, baik dari dalam keluarga maupun masyarakat luas,
menunjukkan betapa kuatnya hubungan mereka sebagai pasangan. KH. Ahmad Dahlan
dan Nyai Walidah membangun keluarga yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam,
dengan saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi berbagai
rintangan. Mereka bukan hanya pasangan dalam kehidupan pribadi, tetapi juga
rekan seperjuangan yang bersama-sama mewujudkan cita-cita besar untuk kemajuan
umat.
Selain dukungan terhadap suami, Nyai
Walidah juga menunjukkan bahwa peran seorang istri bisa lebih luas dari sekadar
di rumah. Ia menjadi teladan bagi perempuan-perempuan muslimah lainnya untuk
turut aktif dalam masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan serta
pemberdayaan perempuan dan anak. Dalam konteks ini, Nyai Walidah telah
memberikan kontribusi yang tak ternilai dalam membangun peran perempuan dalam
Islam, yang hingga kini terus menjadi bagian dari perjuangan 'Aisyiyah.
Sebagai seorang ulama, KH. Ahmad Dahlan
melihat bahwa tantangan umat Islam saat itu bukan hanya masalah spiritual, tetapi
juga masalah pendidikan dan kesejahteraan sosial. Beliau memahami bahwa umat
Islam tidak bisa maju jika hanya berkutat pada pemahaman agama yang sempit
tanpa mengadopsi ilmu-ilmu modern. Oleh karena itu, ia mendirikan
sekolah-sekolah yang memadukan pendidikan agama dan ilmu umum. Inilah salah
satu bentuk kontribusi besar KH. Ahmad Dahlan dalam membangun sistem pendidikan
di Indonesia.
Nyai Walidah, dalam kiprahnya di
'Aisyiyah, juga mendorong pentingnya pendidikan bagi perempuan. Ia percaya
bahwa perempuan harus mendapatkan akses pendidikan yang setara dengan
laki-laki, agar mereka dapat berkontribusi lebih besar dalam keluarga dan
masyarakat. Dengan pendekatan ini, Nyai Walidah bukan hanya mendukung suaminya,
tetapi juga memperjuangkan hak-hak perempuan dalam konteks Islam yang
progresif.
Keduanya membangun konsep keluarga yang
saling mendukung, di mana suami dan istri memiliki peran yang seimbang dalam
mencapai tujuan bersama. KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah menunjukkan bahwa
keberhasilan bukan hanya tentang pencapaian individu, tetapi tentang bagaimana
pasangan bisa bekerja sama, saling menguatkan, dan memberikan kontribusi yang
nyata bagi umat dan bangsa.
Hingga kini, warisan yang ditinggalkan
oleh keduanya masih tetap hidup. Muhammadiyah dan 'Aisyiyah terus tumbuh
sebagai salah satu organisasi yang paling berpengaruh di Indonesia, memberikan
pendidikan kepada jutaan orang dan memperjuangkan nilai-nilai Islam yang
inklusif dan modern. Warisan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah tidak hanya ada
dalam bentuk lembaga, tetapi juga dalam nilai-nilai yang mereka tanamkan, yaitu
pentingnya pendidikan, kerja sama, dan dukungan antar pasangan dalam membangun
keluarga dan masyarakat.
Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional bagi
KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah tidak hanya menandai prestasi pribadi mereka,
tetapi juga menegaskan bahwa kontribusi mereka telah melampaui batas-batas
organisasi. Mereka diakui sebagai sosok yang membawa perubahan besar bagi
bangsa Indonesia, melalui pendidikan, dakwah, dan pembaruan sosial. Ini adalah
bentuk penghormatan atas dedikasi dan perjuangan mereka yang tak kenal lelah.
Sebagai pasangan yang saling mendukung
dalam kebaikan, KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah memberikan pelajaran berharga
bagi kita semua. Mereka adalah contoh bahwa dengan saling mendukung, suami dan
istri bisa mewujudkan visi besar, tidak hanya bagi keluarga mereka, tetapi juga
bagi masyarakat luas. Dukungan timbal balik yang harmonis antara suami dan
istri adalah kunci dalam membangun kehidupan yang penuh makna dan berdampak
bagi orang banyak.
Dengan demikian, kisah hidup KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Ahmad Dahlan bukan hanya tentang perjuangan individual, tetapi juga tentang bagaimana pasangan yang saling mendukung dalam kebaikan dapat mencapai hal-hal besar. Mereka membuktikan bahwa kerja sama yang berlandaskan nilai-nilai Islam dalam keluarga adalah fondasi yang kokoh untuk mencapai kesuksesan yang berdampak luas, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, kemasyarakatan, maupun dalam berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam
*) Tulisan ini sebelumya dimuat di Majalah Tabligh edisi no. 11/XXII | November 2024 M/Jumadil Awal 1446 H
Mubaligh Muhammadiyah Sebagai Pilar Dakwah dan Pahlawan Umat
By: Imam Syuhodo TV on November 06, 2024 / comment : 0 Artikel, New
Oleh: Andika Rahmawan
Sekretaris Korps Mubaligh Muhammadiyah
(KMM) Daerah Sukoharjo,
Guru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo
Mubaligh Muhammadiyah memiliki peran yang sangat penting
dalam menggerakkan roda dakwah di berbagai lapisan masyarakat. Mereka adalah
ujung tombak penyebaran ajaran Islam berkemajuan yang menjadi ciri khusus
Muhammadiyah. Di tengah masyarakat yang terus berkembang dan menghadapi
berbagai tantangan, peran mubaligh tidak hanya sekadar menyampaikan ajaran
agama Islam semata, tetapi seringkali juga dituntut untuk dapat mencarikan
soluli atas permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Maka
mubaligh Muhammadiyah dengan peran sentralnya ini layak disebut sebagai
pahlawan yang berjuang di garda terdepan demi kemajuan umat.
Perjuangan mubaligh Muhammadiyah bukanlah tugas yang ringan.
Mereka harus menghadapi tantangan-tantangan besar di tengah masyarakat yang
semakin kompleks. Mulai dari tantangan ideologis sepetri radikalisme, permasalahan
sosial seperti judol dan pinjol, hingga ‘persaingan’ dengan gerakan dakwah lain
yang memiliki manhaj berbeda. Salah satu tantangan yang kerap muncul adalah
persaingan dengan gerakan Salafi yang terkenal dengan pendekatan dakwahnya yang
terkesan lebih ilmiah dan membumi. Dalam kondisi ini mubaligh Muhammadiyah
harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan strategi dakwah yang lebih
relevan dan efektif.
Untuk menguatkan peran mubaligh Muhammadiyah, Pimpinan
Persyarikatan di berbagai tingkatan melalui Majelis Tabligh harus terus
menginisiasi pembentukan Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM). KMM dibentuk
sebagai upaya mengorganisir para mubaligh agar dapat berdakwah dengan lebih
terkoordinasi dan sistematis di berbagai jenjang organisasi, mulai dari
ranting, cabang, daerah, wilayah hingga pusat. KMM juga diharapkan menjadi
wadah pembinaan dan pengembangan kualitas para mubaligh sehingga dapat lebih
efetkif dalam menjalankan tugas dakwahnya.
Dalam menghadapi tantangan dakwah yang semakin besar, perlu
dilakukan analisis yang mendalam mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dihadapi oleh mubaligh Muhammadiyah. Idealnya setiap tingkatan
pimpinan membuat analisis SWOT masing-masing. Melalui pendekatan analisis SWOT,
kita dapat melihat bagaimana posisi mubaligh Muhammadiyah saat ini dan
bagaimana strategi terbaik yang dapat dilakukan untuk memperkuat peran mereka
di tengah masyarakat.
Dari segi kekuatan, mubaligh Muhammadiyah sebenarnya memiliki
basis structural yang kuat. Dengan jaringan Muhammadiyah yang tersebar di
seluruh penjuru Indonesia, para mubaligh ini memiliki akses langsung ke
berbagai kalangan di masyarakat. Mereka juga didukung oleh infrastruktur dakwah
yang relatif kuat, seperti masjid, sekolah/madrasah, pesantren hingga perguruan
tinggi yang dikelola oleh Persyarikatan. Selain itu, pendekatan dakwah Muhammadiyah
yang mengedepankan pandangan Islam moderat dan rasionalitas memberikan daya
tarik tersendiri bagi umat. Dakwah Muhammadiyah adalah dakwah yang inklusif,
tidak eksklusif sebagaimana beberapa gerakan dakwah yang lain.
Namun demikian, ada beberapa kelemahan yang perlu
diperhatikan. Salah satu kelemahan adalah kurangnya pelatihan dan pembinaan
yang berkesinambungan bagi para mubaligh Muhammadiyah. Di beberapa daerah,
mubaligh masih mengandalkan pendekatan tradisional yang mungkin kurang relevan
dengan perkembangan zaman. Ada pula pandangan bahwa sebagian mubaligh
Muhammadiyah masih kurang dalam kemampuannya menggali materi dakwah dari
sumbernya langsung, dalam hal ini membaca kitab turats. Sehingga materi-materi
yang disampaikan terkesan hanya di permukaan saja dan tidak mendalam.
Peluang terbuka lebar bagi mubaligh Muhammadiyah
di era digital ini. Teknologi informasi memungkinkan para mubaligh menjangkau
lebih banyak audiens melalui media online. Dengan berkenbangnya media sosial
yang dilengkapo dengan platform video, mubaligh bisa menyampaikan pesan-pesan
dakwahnya dengan cara yang lebih menarik dan mudah diakses oleh generasi muda.
Dakwah berbasis komunitas juga menjadi peluang yang terbuka lebar bagi mubaligh
Muhammadiyah. Selain itu dakwah dapat pula dilakukan melalui program-program sosial,
kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi yang dirancang untuk
meningkatkan kesejahteraan umat.
Namun, di sisi lain ada ancaman serius yang perlu
diwaspadai oleh Mubaligh Muhammadiyah. Gerakan-gerakan dakwah lain, seperti
Salafi, sering kali lebih agresif dalam menguasai ruang-ruang dakwah, terutama
di kalangan anak muda dan kalangan akar rumput. Bahkan di masjid-masjid yang
dikelola Muhammadiyah sekalipun. Mereka menawarkan pendekatan yang lebih ilmiah
dan sering kali lebih membumi di masyarakat. Jika Muhammadiyah dan para
mubalighnya tidak dapat mengimbangi strategi ini, dikhawatirkan warga
Muhammadiyah akan beralih menjadi jamaah di gerakan-gerakan tersebut. Oleh
karena itu, peningkatan kualitas dakwah adalah keniscayaan yang harus menjadi
prioritas.
Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan dan ancaman adalah
dengan memperkuat kaderisasi mubaligh. Pembekalan yang
diberikan kepada para mubaligh harus mencakup aspek ilmiah, retorila dan
strategi dakwah yang relevan dengan kebutuhan zaman. Pembekalan ini sudah
diterapkan di beberapa daerah dan cabang Muhammadiyah, namun perlu diperluas
cakupannya agar dapat dirasakan oleh seluruh mubaligh di berbagai wilayah.
Selain itu kaderisasi mubaligh juga dapat dilakukan secara masif dan sistematis
dengan mencetak mubaligh-mubaligh baru melalui pesantren-pesantren Muhammadiyah
yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Di sisi lain, mubaligh Muhammadiyah juga harus terus
menanamkan semangat
kepahlawanan dalam setiap tugas dakwahnya. Dengan semangat kepahlawanan,
para mubaligh harus siap menghadapi segala tantangan dengan keikhlasan,
komitmen, kerja keras, pengorbanan dan kesabaran. Mubaligh Muhammadiyah harus
menjadi pahlawan yang berjuang di garda terdepan untuk menjaga umat dari
pengaruh ideologi yang menyimpang dan memberikan solusi-solusi atas ketimpangan
sosial.
Selain itu, di tengah masyarakat yang sering kali terpecah
belah oleh perbedaan pandangan dan ideologi, mubaligh Muhammadiyah harus mampu
menjadi agen yang mencerahkan umat dengan semangat persatuan. Dakwah mereka
harus dapat membangun harmoni dan toleransi, bukan malah menambah perpecahan
dan justru membuat umat lari dari dakwahnya. Karena dakwah itu merangkul bukan
memukul. Hal ini sejalan dengan semangat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
berkemajuan yang menggembirakan dalam dakwah.
Peran mubaligh Muhammadiyah sebagai pendidik umat
juga vital. Mereka tidak hanya menyampaikan ajaran agama secara spiritual
semata, tetapi juga memberikan pendidikan moral dan sosial yang penting bagi
perkembangan karakter umat. Melalui dakwah yang penuh hikmah dan keteladanan,
para mubaligh ini membantu membentuk generasi yang bertauhid, berilmu dan
beramal shalih. Seperti halnya para pahlawan yang berjuang untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, mubaligh Muhammadiyah juga berjuang untuk menggerakkan umat
melalui dakwah yang mencerahkan.
Sebagai agen perubahan, mubaligh Muhammadiyah juga
memiliki tanggung jawab untuk mendorong masyarakat agar lebih peduli pada
isu-isu sosial. Mereka harus berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, mubaligh
menjadi jembatan antara ajaran agama Islam dan realitas sosial, menerjemahkan
pesan-pesan agama ke dalam tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Namun, peran besar yang diemban oleh mubaligh Muhammadiyah
ini tentu memerlukan dukungan dari seluruh elemen. Muhammadiyah, di antaranya
melalui Majelis Tabligh, Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) dan Lembaga
Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (PPCR-PM) harus terus
memberikan dukungan
kepada para mubaligh agar mereka dapat menjalankan tugas
dakwahnya dengan lebih optimal. Dukungan ini bisa berupa pelatihan,
pengembangan kapasitas, serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
untuk keberlangsunggan dakwah.
Tidak kalah pentingnya, mubaligh Muhammadiyah harus terus
memperkuat identitas
keislamannya di masyarakat. Sebagai gerakan Islam berkemajuan,
Muhammadiyah melalui para mubalighnya harus terus menyuarakan pentingnya
menjaga ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah. Para mubaligh harus menjadi
teladan dalam mengedepankan nilai-nilai keislaman yang santun dan toleran.
Dengan segala tantangan dan peluang yang ada, mubaligh
Muhammadiyah harus terus berinovasi dalam strategi dakwah. Mereka
harus mampu merespon perubahan zaman dengan cara-cara baru yang lebih efektif,
tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Inovasi dalam dakwah
ini akan menjadi kunci keberhasilan mubaligh Muhammadiyah dalam menghadapi
persaingan dakwah di era modern ini.
Pada akhirnya, mubaligh Muhammadiyah adalah pahlawan-pahlawan dakwah
yang terus berjuang demi kemajuan umat. Dengan semangat yang tak kenal lelah,
mereka harus terus berjuang di medan dakwah yang penuh tantangan. Seperti
halnya pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan, para mubaligh Muhammadiyah juga
berjuang demi kemerdekaan spiritual umat, membawa pesan-pesan yang mencerahkan,
menggerakkan dan menggembirakan bagi seluruh umat dan masyarakat.
*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 11/XXII | November 2024 M/Jumadil Awal 1446 H
SUBSCRIBE CHANNEL KAMI
Tentang Kami
Popular Post
-
Bismillah... Penerimaan Peserta Didik Baru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Tahun Pelajaran 2025/2026 tetap dibuka! Program unggulan: Full...
-
ANDIKA RAHMAWAN إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ...
-
Sukoharjo – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing telah resmi mengeluarkan keputusan penting untuk memulai Rintisan Program Non Asram...
Author
Popular
-
Oleh: Dr. Adian Husaini Peneliti INSISTS, Pendiri Pesantren at-Taqwa, Depok “Tatkala umur 15 tahun, saya simpati kepada Kyai Ahma...
-
INFORMASI PENDAFTARAN SANTRI BARU SMP MUHAMMADIYAH IMAM SYUHODO TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020 PROGRAM PENDIDIKAN Fullday school ...
-
SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo membuka Penerimaan Santri Baru (PSB) tahun pelajaran 2020/2021 secara online. Program yang dibuka adalah ...
Comments