Pentingnya Istiqamah dalam Beribadah
Oleh: Suwarno
Ketua Majelis Tabligh PCM Bulu
Ramadhan
telah mengubah hidup kita. Banyak kaum muslimin yang tadinya jarang menyentuh
Al-Qur’an, di bulan Ramadhan ini jadi rajin membacanya. Banyak kaum muslimin
yang tadinya jarang shalat jama’ah, di bulan Ramadhan ini jadi rajin
mengerjakannya. Banyak kaum muslimin yang tadinya sulit qiyamul lail,
di bulan Ramadhan ini setiap malam menunaikannya. Ibadah-ibadah ini perlu kita
jaga, agar tidak berhenti setelah Ramadhan pergi. Ketika kita menetapi iman dan
menjaga ibadah terus berkelanjutan, inilah yang disebut istiqamah. Khususnya
istiqamah dalam ibadah.
Mengapa kita
harus Istiqamah dalam Beribadah
1. Istiqamah adalah Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala
Suatu
hari ketika masih di Makkah, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam beruban. Rambut beliau memutih. “Mengapa rambutmu memutih ya
Rasulullah?” sebagian sahabat bertanya. “Rambutku beruban karena surat Hud dan
kawan-kawannya,” jawab Sang Nabi. Surat Hud membuat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam beruban. Terutama ketika turun ayat:
بَصِيرٌ تَعْمَلُونَ بِمَا إِنَّهُ تَطْغَوْا وَلَا مَعَكَ تَابَ وَمَنْ أُمِرْتَ كَمَا فَاسْتَقِمْ
“Maka
istiqamahlah (tetaplah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Hud [12]: 112)
Saat
menjelaskan ayat ini dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Qutb
menyebutkan tentang rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba
beruban. Karena begitu beratnya istiqamah. “Istiqamah ialah berlaku lurus dan
menempuh jalan dengan tidak menyimpang,” tulisnya.
“Istiqamah
adalah tegak lurus,” terang Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.
“Yaitu teguh pendirian, tidak menyeleweng ke kiri dan ke kanan. Juga tak pernah
mundur.”
Betapa
beratnya istiqamah. Meskipun tahu akhirat adalah kehidupan abadi dan masa depan
hakiki, kita kerap tertipu dengan dunia. Kita sering kecanduan dengan kesenangan
duniawi. Saat akan istiqamah, datang godaan berbagai game dan
aplikasi. Banyak waktu terbuang untuk memainkannya lalu terkalahkanlah ibadah.
Tak lagi sempat tilawah sebagaimana Ramadhan. Tak sempat lagi tadabbur dan
memperbanyak syukur.
Ada
godaan lain yang lebih berbahaya dan menjauhkan dari istiqamah. Kecanduan
mencari uang dan jabatan hingga menghalalkan segala cara. Ada yang korupsi
puluhan milyar atau menjual diri seharga puluhan juta. Sungguh benar ketika
Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati kehidupan dunia sebagai mataa’ul
ghuruur, kesenangan yang menipu. Menipu kita dari ketaatan. Menipu kita
dari ketaqwaan. Menipu kita dari istiqamah.
Menyadari
bahwa dunia adalah kesenangan menipu, membuat kita waspada. Ketika muncul
godaan-godaan, kita sadar itu adalah tipuan yang bisa menjauhkan kita dari
istiqamah. Maka kita pun segera kembali. Kembali menguatkan ketaatan dan
ibadah. Kembali meniti jalan istiqamah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam
Al-Qur’an: “dan sembahlah Rabb mu sampai datang kepadamu
yang diyakini (kematian).” (Q.S Al-Hijr [15]: 99)
2.
Berat tetapi selalu didoakan para Malaikat
Istiqamah
itu berat tetapi membahagiakan. Mengapa? Karena orang yang istiqamah, Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan mengutus para malaikat untuk menghibur dan mendoakan dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menganugerahinya ketenangan, keberanian
dan optimis dalam kehidupan.
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ
تُوعَدُونَ
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu"
(QS. Fushilat [41]: 30)
Ibnu
Katsir rahimahullah dan banyak mufassir lainnya menjelaskan bahwa
turunnya malaikat dengan menyampaikan pesan meneguhkan itu terjadi saat
sakaratul maut. Namun, ada juga yang menafsirkan bahwa keberanian, ketenangan
dan optimis itu akan diperoleh orang-orang yang istiqamah sejak di dunia.
Maka
kita lihat Bilal bin Rabah yang tadinya penakut berubah menjadi pemberani. Kita
lihat Mush’ab bin Umair yang penuh ketenangan. Kita melihat para shahabat yang
optimis memandang masa depan.
3.
Amal yang Paling Dicintai Allah
Istiqamah
dalam ibadah, meskipun kuantitasnya sedikit tetapi berkelanjutan, ia merupakan
amal yang paling dicintai Allah.
أَحَبَّ
الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amal yang paling dicintai oleh Allah
Ta’ala adalah amal yang berkelanjutan walaupun itu sedikit.” (HR.
Muslim)
4. Berat Karena
Berhadiah Surga
Istiqamah
itu berat karena berhadiah surga. Kalau ringan, hadiahnya mungkin kipas angin
atau seterika.
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ
ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ
خَٰلِدِينَ فِيهَا جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap
istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula)
berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;
sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
(QS. Al Ahqaf [46]: 13-14)
Menjaga
iman di masa seperti sekarang, memang berat. Istiqamah di zaman yang banyak
fitnah seperti ini tidak mudah. Namun, di situlah tantangannya. Beratnya istiqamah
akan mengantarkan ke dalam surga. Abadi dalam kebahagiaan selama-lamanya.
Kiat Agar Istiqamah dalam Ibadah
1.
Berkawan dengan Orang yang Istiqamah
Dalam beristiqamah kita memerlukan kawan yang terus mengingatkan
kita mengenai amal-amal shalih atau bisa kita jadikan teladan dalam beramal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah [9]: 119)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seseorang yang duduk (berteman)
dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan
pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk
olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman
dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus
terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”
2.
Membaca Kisah Ahli Istiqamah
Di antara orang yang bisa memotivasi kita untuk
senantiasa beramal dengan istiqamah adalah dengan membaca kisah orang-orang
yang shalih dan meneladani sikap mereka dalam mengamalkan agama. Ini juga
menjadi alasan mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak memberikan kisah-kisah orang shalih para nabi di dalam
Al-Qur’an. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu,
ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Hud [11]: 120)
3.
Memperbanyak Membaca Al-Quran
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwasannya salah satu alasan kitab suci umat islam
ini diturunkan ialah untuk meneguhkan keimanan orang-orang yang sudah beriman
serta menjadi petunjuk bagi mereka. Firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala: “Katakanlah: “Ruhul Qudus
(Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. An Nahl [16]: 102)
Biasanya orang-orang yang tidak istiqamah dalam agama ini adalah
mereka yang kurang interaksi dengan Al-Qur’an dan malah sering berinteraksi
dengan orang kafir ataupun orang-orang liberal, sekuler dan sejenisnya.
4.
Mulai dari Amal-Amal Sederhana
Untuk menjadi pribadi agar tetap istiqamah, langkah yang kita
perlu lakukan yaitu membiasakan diri dengan amalan-amalan sederhana seperti
bersedekah, membantu kawan, shalat dhuha dan lain
sebagainya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwasannya amalan yang dicintai Allah Subhanahu
wa Ta’ala itu adalah amal-amal yang terus
istiqamah walaupun sedikit.
5.
Perbanyak Do’a Memohon Pertolongan Allah
Salah satu sifat khas yang dimiliki orang beriman yaitu selalu
memohon dan berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberi ketetapan hati dalam kebenaran. Allah Subhanahu
wa Ta’ala memuji orang-orang yang beriman yang
selalu berdo’a kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman dalam menghadapi ujian.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan berapa banyaknya nabi yang
berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa.
Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,
dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai
orang-orang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Rabb kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam
urusan kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir‘. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan
pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan” (QS. Ali ‘Imran [3]: 146-148)
Itulah penjelasan mengenai pentingnya istiqamah dan keutamaan serta kiat-kiat agar
kita tetap istiqamah. Sekian kultum kali ini, semoga bermanfaat dan menambah
wawasan serta menjadi sumber inspirasi bagi kita semua. Amiin
Sebelum
Ramadhan berakhir, kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjaga semangat ibadah kita. Kita
bermujahadah agar meskipun Ramadhan berlalu, kita tetap shalat berjamaah lima
waktu. Meskipun susah, kita upayakan setiap hari tilawah. Meskipun berat, kita
berusaha tiap malam shalat tahajud minimal dua rakaat. Wallahul
Musta’an
Comments