Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Kepala SMP Imam Syuhodo Resmi Dikukuhkan


Sukoharjo - SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo melaksanakan acara pengukuhan dan serah terima jabatan kepala sekolah periode 2025–2029. Kegiatan ini berlangsung di Aula ICMA Cabang Blimbing pada Selasa siang (14 Oktober 2025) pukul 13.00 hingga 14.30 WIB dengan suasana yang khidmat dan penuh semangat kebersamaan.

Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sukoharjo H. Djumari, S.Ag., M.Si., Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Sukoharjo Dr. H. Srie Lahir, M.Pd., Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing H. Andi Asadudin, S.Psi., Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PCM Blimbing Dr. H. Muhtar Yunianto, M.Si., Kepala Desa Wonorejo H. Yusuf Aziz Rahma, S.Pd., M.M., serta para kepala sekolah, madrasah, dan ratusan guru/karyawan Muhammadiyah se-Cabang Blimbing.

Rangkaian acara diawali dengan pembacaan surat keputusan oleh Ketua Majelis Dikdasmen PCM Blimbing Dr. H. Mohtar Yunianto, M.Si., dilanjutkan dengan pengukuhan oleh Ketua Majelis Dikdasmen-PNF PDM Sukoharjo Dr. H. Srie Lahir, M.Pd., dan penandatanganan berita acara serah terima jabatan dari pejabat lama Dr. Muhammad Nasri Dini, M.Pd. (periode 2017–2025) kepada pejabat baru Muhammad Fatkhul Hajri, M.Pd. (periode 2025–2029).

Dalam sekapur sirih perdananya, Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Muhammad Fatkhul Hajri, M.Pd. menyampaikan bahwa kader Muhammadiyah tidak pernah mengemis jabatan.

"Namun jika diberi amanah maka sebagai Kader Muhammadiyah wajib menjawab sami'na wa atho'na. Maka kami juga memohon dukungan dan kolaborasi dari seluruh pihak demi kemajuan pendidikan Muhammadiyah," ujar Hajri.

Ketua PCM Blimbing, H. Andi Asadudin, S.Psi., dalam sambutannya menyampaikan selamat atas amanah yang diterima.

"Kami berharap agar kepala sekolah yang baru dapat membentuk siswa-siswi Muhammadiyah yang kuat dalam akidah sekaligus cerdas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kelak dapat membuat senjata-senjata canggih untuk melawan orang-orang kafir," ungkap Andi.

Sementara itu, Ketua PDM Sukoharjo, H. Djumari, S.Ag., M.Si., memberikan pesan agar kepala sekolah yang baru tidak merasa kecewa dengan jabatan di lingkungan Muhammadiyah.

"Sebab amanah tersebut penuh dengan keberkahan dan pahala yang besar di sisi Allah. Saya perlu menegaskan bahwa penunjukan kepala sekolah tentu melalui pertimbangan, dan dari banyak guru di sekolah tersebut yang terpilih pasti memiliki keistimewaan," pesan Djumari.

Selain pengukuhan Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, pada kesempatan yang sama juga dilaksanakan pengukuhan kepala sekolah dan madrasah di lingkungan PCM Blimbing, yaitu Kepala SD Muhammadiyah Imam Syuhodo, MTs Muhammadiyah Blimbing, SD Muhammadiyah Wonorejo, MI Muhammadiyah Miri, MI Muhammadiyah Lemahbang, dan MI Muhammadiyah Ngrobyong.

Acara ditutup dengan foto bersama seluruh pimpinan, kepala sekolah, dan tamu undangan sebagai penanda semangat baru dalam memajukan pendidikan Muhammadiyah di Cabang Blimbing dan sekitarnya. Kemudian diakhiri dengan shalat ashar berjamaah.

Khutbah Jumat: Renungan Tentang Utang


Khutbah Jumat: Renungan Tentang Utang


ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ

ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ، ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ

Jamaah Jum’at yang Berbahagia
Segala puji hanya milik Allah ﷻ, Tuhan semesta alam. Dialah yang memerintahkan kita untuk berpegang teguh kepada ketaatan dan menjauhi segala bentuk maksiat. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, kepada keluarga beliau, para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada jamaah sekalian untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah ﷻ dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena dengan ketakwaanlah seseorang akan mendapatkan keberuntungan di dunia maupun di akhirat.

Jamaah Jum’at yang Berbahagia
Salah satu perkara yang sering dianggap ringan namun sesungguhnya sangat berat di sisi Allah ﷻ adalah masalah utang. Rasulullah ﷺ mengingatkan,

نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ

“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078 dan Ibnu Majah no. 2413)
Hutang adalah tanggung jawab besar yang harus ditunaikan. Orang yang berhutang lalu berniat tidak membayarnya, termasuk golongan yang hina di sisi Allah ﷻ, sebagaimana sabda Nabi ﷺ,

أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِىَ اللَّهَ سَارِقًا

“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai maling.” (HR. Ibnu Majah no. 2410)

Jamaah Jum’at yang Berbahagia
Keutamaan seorang mukmin bukan hanya diukur dari ibadah mahdhah saja, tetapi juga dari akhlak dan muamalah. Termasuk dalam hal hutang-piutang, seorang muslim harus jujur, amanah, tepat waktu, dan berusaha membayar dengan cara terbaik. Ini adalah akhlak mulia yang diajarkan Nabi ﷺ:

إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar (hutang).” (HR. Bukhari no 2393)
Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita orang-orang yang amanah dalam hutang, agar kita termasuk golongan orang terbaik.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah Kedua

ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ، وَٱلصَّلَاةُ وَٱلسَّلَامُ عَلَىٰ أَشْرَفِ ٱلْأَنْبِيَاءِ وَٱلْمُرْسَلِينَ، وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، أَمَّا بَعْدُ.


Jamaah Jum’at yang Berbahagia
Rasulullah ﷺ mengajarkan sebuah doa di antaranya:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan penakut, dari lilitan hutang dan laki-laki yang menindas-(ku).” (HR. Bukhari no. 6369)

Jamaah Jum’at yang Berbahagia
Marilah kita tutup khutbah siang ini dengan doa.


اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ

اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ الْمُسلِمِين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ المُجَاهِدِينَ وَاْلمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي فِلَسْطِين

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ المُجَاهِدِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Refleksi Milad Kokam Ke-60: "KOKAM Tangguh, Sinergi Menjaga dan Membangun Negeri"


Enam puluh tahun perjalanan sebuah pergerakan bukanlah waktu yang singkat. Apalagi bila perjalanan itu ditempuh dengan penuh dinamika, pengabdian dan kerja nyata di tengah perubahan zaman. Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah, atau yang lebih dikenal dengan KOKAM, lahir bukan sekadar untuk menjadi barisan yang gagah dalam seragam dorengnya yang identik dengan Kopassus. KOKAM lahir untuk menjadi benteng moral, disiplin dan pengabdian angkatan muda Muhammadiyah dalam menjaga dan membangun negeri.

1 Oktober 2025, memasuki usianya yang keenam dekade, KOKAM membawa tema: "KOKAM Tangguh, Sinergi Menjaga dan Membangun Negeri". Tema ini mencerminkan bahwa tangguh bukan hanya perkara fisik, barisan yang lurus, atau disiplin yang tegas. Ketangguhan sejati adalah ketika kekuatan jasmani berpadu dengan keteguhan moral, kematangan mental, dan kedalaman intelektual. Barisan KOKAM mungkin dikenal karena ketertiban, kesiapsiagaan, dan kedisiplinannya. Namun lebih dari itu, yang sejatinya menjadi kekuatan utama adalah karakter, akhlak, dan ketulusan yang lahir dari hati. Tauhid, ilmu dan amal adalah senjata sejati pasukan KOKAM.

Enam puluh tahun yang lalu, 1 Oktober 1965 KOKAM lahir di tengah kebutuhan akan barisan muda yang siap menjaga persyarikatan dan negeri. Kini, enam puluh tahun kemudian, tantangan yang dihadapi tentu saja jauh lebih kompleks. Arus globalisasi yang deras, budaya materialistik yang merasuk, gaya hidup hedonistik yang mudah menjerat, hingga kepentingan duniawi yang sering kali mengaburkan idealisme. Semua itu menuntut KOKAM untuk tetap teguh berdiri, tidak larut dalam gelombang, dan tetap menjadikan tauhid serta akhlak sebagai pedoman utama.

Dalam menghadapi zaman yang penuh perubahan, ketangguhan fisik memang penting, tetapi ia tidak akan berarti tanpa keteguhan jiwa. Apa artinya kekuatan raga bila rapuh dalam menghadapi godaan duniawi? Apa artinya barisan disiplin bila mudah tergoda oleh kepentingan sesaat? Karena itu, ketangguhan yang sejati adalah menyatukan kekuatan lahir dan batin: disiplin yang keras berpadu dengan akhlak yang lembut, ketegasan sikap berpadu dengan ketulusan hati, kecerdasan dalam ilmu yang berpadu dengan keikhlasan dalam tauhid yang murni.

Pengabdian menjadi kata kunci yang tak terpisahkan dari perjalanan KOKAM. Selama enam dekade, barisan ini telah menunjukkan bahwa mengabdi berarti memberi, bukan meminta. Mengabdi berarti menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, golongan, atau kelompok kecil. Mengabdi berarti ikhlas hadir di garda depan, meski tidak selalu mendapatkan sorotan atau penghargaan. Semangat memberi inilah yang menjadi spirit KOKAM, sejalan dengan semangat Muhammadiyah yang sejak awal berdirinya menempatkan amal sebagai ibadah. Ilmu amaliyah dan amal ilmiyah.

Dalam membangun bangsa, yang dibutuhkan bukan sekadar kekuatan fisik atau dominasi kelompok tertentu. Membangun bangsa adalah kerja kolektif, kerja bersama yang dilandasi oleh keikhlasan. Indonesia bukan milik segelintir orang, bukan pula monopoli mereka yang kaya atau berkuasa. Indonesia adalah milik semua, berdiri di atas semangat kebersamaan, keadilan, dan persatuan. Kesadaran inilah yang harus terus dihidupkan oleh KOKAM, bahwa peran anak muda bukan untuk membelah atau mengkotak-kotakkan bangsa menjadi kepingan-kepingan kepentingan, melainkan merajut persatuan dengan semangat tulus dan ikhlas.

Enam dekade perjalanan KOKAM juga menjadi cermin bahwa generasi muda memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk wajah bangsa. Tidak ada bangsa yang kuat tanpa pemuda yang tangguh. Tidak ada peradaban yang tumbuh tanpa semangat muda yang penuh pengabdian. KOKAM hadir sebagai simbol bahwa angkatan muda Muhammadiyah tidak hanya siap menjaga persyarikatan, tetapi juga memiliki tanggung jawab lebih besar: menjaga pilar-pilar Indonesia dengan sepenuh jiwa.

Ketangguhan KOKAM juga terletak pada kemampuannya menyeimbangkan antara Islam dan keindonesiaan. Dalam setiap geraknya, KOKAM membawa nilai Islam berkemajuan, Islam yang moderat, Islam yang menebar rahmat bagi semesta. Islam yang tidak kaku dan eksklusif, melainkan Islam yang berpadu dengan kebangsaan, yang meneguhkan bahwa beragama tidak berarti menjauh dari realitas sosial, melainkan hadir di tengah bangsa untuk memberi solusi, mengabdi, dan membangun. Dengan semangat ini, pengabdian kepada bangsa menjadi bagian tak terpisahkan dari pengabdian kepada Tuhan.

Spirit wasathiyah atau jalan tengah juga menjadi napas penting dalam perjalanan KOKAM. Dalam dinamika bangsa yang kerap diwarnai perbedaan, jalan tengah adalah jembatan yang menyatukan. Bukan sekadar kompromi, melainkan sikap bijak yang lahir dari kesadaran bahwa Indonesia berdiri di atas keberagaman. Dari Aceh hingga Papua, dari Sabang hingga Merauke, dari berbagai agama, suku, dan budaya, semua adalah bagian dari mozaik besar bernama NKRI. KOKAM dipanggil untuk menjaga mozaik ini agar tetap utuh, indah, dan tidak terpecah.

Sejarah bangsa mengajarkan bahwa keberlangsungan Indonesia tidak pernah berdiri di atas kepentingan golongan tertentu. Ia lahir dari semangat kolektif, dari perjuangan bersama, dari pengorbanan tanpa pamrih. Bung Karno pernah mengingatkan bahwa negeri ini bukan milik satu kelompok, bukan milik bangsawan atau golongan kaya semata. Indonesia adalah milik semua. Dan dalam semangat itu, KOKAM harus terus hadir, mengabdikan diri tanpa pamrih, menempatkan diri sebagai bagian dari bangsa yang besar, dan tidak pernah menuntut balas atas pengorbanan yang diberikan.

Pengabdian yang sejati tidak lahir dari keinginan mendapatkan imbalan. Ia lahir dari kesadaran spiritual bahwa mengabdi adalah ibadah. Ketika pengabdian dijalankan dengan tulus, ia tidak lagi menjadi beban, melainkan sumber kekuatan. Ketulusan inilah yang harus terus dipelihara oleh KOKAM dalam setiap geraknya, agar setiap langkah yang diambil tidak hanya bermanfaat bagi persyarikatan, tetapi juga memberi arti bagi bangsa dan negara.

Perjalanan enam puluh tahun tentu bukan perjalanan yang mudah. Banyak rintangan, tantangan, dan dinamika yang harus dihadapi. Namun semua itu tidak pernah mematahkan semangat KOKAM. Justru, dari perjalanan panjang itu, lahirlah barisan yang semakin matang, semakin kuat, dan semakin siap menghadapi tantangan masa depan.

Kini, di usia yang ke-60, KOKAM dituntut untuk melangkah lebih jauh. Tantangan abad ini jauh lebih kompleks daripada era sebelumnya. Perubahan teknologi yang begitu cepat, pergeseran budaya, hingga tantangan global yang tak terelakkan, menuntut kesiapan baru. KOKAM harus mampu beradaptasi tanpa kehilangan jati diri. Kedisiplinan, ketangguhan fisik, dan kesiapsiagaan harus berjalan seiring dengan kecerdasan digital, kreativitas, serta kemampuan membaca perubahan zaman.

Namun di balik semua itu, fondasi utama tetap sama: akhlak, moral, dan pengabdian. Sebab sehebat apa pun perubahan teknologi, setinggi apa pun kecerdasan intelektual, tanpa akhlak yang kokoh semuanya akan rapuh. Akhlak adalah kompas yang menuntun arah. Moral adalah tiang penopang yang menjaga agar langkah tidak goyah. Dan pengabdian adalah roh yang memberi makna bagi setiap usaha.

Enam dekade KOKAM adalah kisah tentang keberanian, disiplin, ketangguhan, dan keikhlasan. Tetapi lebih dari itu, ia adalah kisah tentang cinta pada bangsa dan pengabdian tanpa pamrih. Dari generasi ke generasi, KOKAM telah mewariskan semangat bahwa menjaga negeri bukan hanya tugas negara, melainkan tanggung jawab setiap anak bangsa. Dan dalam tanggung jawab itu, pemuda Muhammadiyah memilih untuk berada di garis depan.

Milad ke-60 bukan hanya perayaan usia, melainkan momentum untuk menatap ke depan dengan tekad baru. KOKAM ditantang untuk terus meneguhkan diri sebagai kader pengabdian, sebagai barisan yang tidak hanya disiplin, tetapi juga penuh cinta, ikhlas, dan siap berkorban. Masa depan Indonesia membutuhkan pemuda yang tidak hanya gagah secara fisik, tetapi juga matang secara moral, cerdas secara intelektual, dan tulus dalam mengabdi.

KOKAM telah menapaki enam puluh tahun perjalanan yang membanggakan. Kini, tugas berikutnya adalah memastikan bahwa semangat itu tetap hidup, terus berlanjut, dan diwariskan kepada generasi baru. Dengan semangat pengabdian, dengan akhlak yang kokoh, dan dengan cinta yang tulus pada bangsa, KOKAM akan selalu hadir sebagai cahaya yang menerangi jalan panjang Indonesia menuju masa depan yang berkemajuan.

Siswi SMP Imam Syuhodo Raih Juara 2 TartiI MAPSI 2025 Sukoharjo


Sukoharjo – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh siswi SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo. Ananda Nusaibah, siswi kelas IX A, berhasil meraih Juara 2 Tartil Putri dalam ajang Lomba Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Seni Islami (MAPSI) 2025 tingkat Kabupaten Sukoharjo, Kamis, 25 September 2025.

Ajang bergengsi ini mempertemukan para pelajar terbaik dari berbagai sekolah di Sukoharjo untuk menunjukkan kemampuan di bidang keagamaan, termasuk di antaranya dalam membaca Al-Qur’an dengan tartil. Nusaibah tampil percaya diri dan berhasil membawa pulang piala serta uang penghargaan sebagai bukti kerja keras dan dedikasinya.

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Muhammad Fatkhul Hajri, M.Pd menyampaikan apresiasi yang tinggi atas pencapaian tersebut.

“Kami bangga dengan prestasi Nusaibah. Semoga menjadi motivasi bagi siswa-siswi lain untuk terus berprestasi, baik di bidang akademik maupun non-akademik,” ujar Hajri.

Prestasi ini diharapkan menjadi langkah awal untuk meraih pencapaian-pencapaian berikutnya.

“Semoga Nusaibah terus menginspirasi teman-teman lainnya agar tidak berhenti berjuang, berkarya, dan berprestasi,” pungkas Hajri.

SMP Imam Syuhodo Buka SPMB Tahun 2026/2027

 





SMP Imam Syuhodo Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Bali Melalui Lazismu



Sukoharjo – SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo menunjukkan kepeduliannya dengan menyalurkan bantuan untuk korban banjir di Bali. Donasi diserahkan melalui Kantor Layanan Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) Cabang Blimbing, Daerah Sukoharjo.

Penyerahan dilakukan secara simbolis oleh Kepala Sekolah, Muhammad Fatkhul Hajri, S.Pd., M.Pd., kepada petugas Lazismu, Bastian Arif Mumpuni, S.Pd. Seluruh warga sekolah, baik siswa, guru, hingga staf, turut berpartisipasi dalam penggalangan dana ini.

“Kegiatan ini merupakan bentuk nyata kepedulian SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo terhadap sesama,” ujar Hajri.

Hasil penggalangan dana mencapai Rp1.240.000 dan akan digunakan untuk meringankan beban korban banjir di Bali. Donasi diserahkan pada Selasa, 23 September 2025, setelah sebelumnya dihimpun di lingkungan sekolah.

“Donasi ini digalang sebagai respons cepat atas musibah banjir yang melanda Bali, dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan dasar para korban,” lanjut Hajri.

Donasi kemudian disalurkan melalui jaringan Lazismu yang terpercaya secara nasional, sehingga bantuan dari SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo dapat sampai tepat sasaran.

Reporter: Ambarsari, S.Pd

Murid Cerminan Guru

 

Banyak guru sering mengeluhkan perilaku muridnya: ada yang datang terlambat, ada yang mengobrol di kelas, ada yang malas mengerjakan tugas, hingga ada yang melanggar aturan sekolah. Namun, jika dicermati lebih dalam, perilaku murid sering kali merupakan pantulan dari perilaku gurunya sendiri.

Cermin dari Perilaku Murid

  • Murid yang terlambat masuk kelas, sering kali mencerminkan guru yang tidak selalu hadir tepat waktu atau pulang sebelum jam berakhir.

  • Murid yang diingatkan berkali-kali untuk masuk kelas, mirip dengan guru yang juga kerap diingatkan agar segera masuk ruang rapat.

  • Murid yang mengobrol ketika pelajaran berlangsung, sejatinya meniru guru yang juga kerap mengobrol atau sibuk dengan gawai saat rapat.

  • Murid yang terlambat mengumpulkan tugas, tidak berbeda jauh dengan guru yang terlambat menyerahkan soal, nilai, atau pengisian rapor.

  • Murid yang melanggar aturan seragam, bisa jadi mencontoh guru yang juga tidak selalu taat aturan berpakaian.

  • Murid yang berlebihan dalam berinteraksi dengan lawan jenis, mencerminkan guru yang terkadang tidak sepenuhnya bersih dari hal serupa.

  • Murid yang berkata kasar, sering kali tumbuh dari lingkungan di mana guru pun kadang kurang mampu menahan ucapan saat marah.

  • Murid yang membuang sampah sembarangan, sejatinya mencontoh perilaku guru yang pernah meninggalkan sisa makanan atau kardus snack begitu saja setelah rapat.

Dengan kata lain, murid adalah cerminan gurunya. Apa yang ditanamkan lewat teladan jauh lebih kuat daripada sekadar nasihat.

Introspeksi Diri Pendidik

Mendidik bukan hanya soal menyampaikan ilmu, tetapi juga menghadirkan teladan hidup. Murid lebih cepat meniru perilaku daripada hanya mendengar arahan. Oleh karena itu, sebelum mengeluhkan perilaku murid, guru seharusnya melakukan introspeksi diri: apakah sudah memberi teladan disiplin, kesopanan, tanggung jawab, dan akhlak yang baik?

Dimensi Religius: Antara Amanah dan Keberkahan

Menjadi guru tidak hanya urusan relasi dengan murid, tetapi juga urusan amanah di hadapan Allah. Bisa jadi, keberkahan dalam mengajar dicabut karena guru lalai menjaga keteladanan.

Allah memperingatkan dalam Al-Qur’an:

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 3)

Ayat ini menjadi pengingat keras bagi pendidik, agar tidak hanya pandai menasihati, tetapi juga mampu mencontohkan. Murka Allah bisa hadir ketika kata-kata tidak sesuai dengan perbuatan.

Penutup: Mendidik dengan Keteladanan

Murid bukan hanya penerima ilmu, tetapi juga peniru perilaku. Jika guru menginginkan murid disiplin, maka guru lebih dahulu harus disiplin. Jika guru menginginkan murid santun, maka guru pun harus menjaga tutur kata. Jika guru menginginkan murid bertanggung jawab, maka guru wajib menunjukkan sikap tanggung jawab dalam setiap amanahnya.

Keberhasilan pendidikan tidak semata lahir dari banyaknya nasihat, melainkan dari kuatnya keteladanan. Dengan menjaga amanah, menampilkan akhlak mulia, dan mengharap keberkahan Allah, proses mendidik akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter.