Diberdayakan oleh Blogger.
New
Artikel
Kolom Guru
Prestasi
Agenda Sekolah
Info Pendaftaran
2017
Ny. Walidah Ahmad Dahlan, Pendukung Perjuangan Sang Suami
By: SMP Imam Syuhodo on Desember 17, 2017 / comment : 0 Artikel, New
Oleh: M. Nasri Dini
Tentu banyak dari kita yang sudah terbesit tentang asal kalimat dalam paragraf di atas. Ya, kalimat tersebut adalah petikan jawaban Nyai Walidah Ahmad Dahlan dalam salah satu adegan film Sang Pencerah (2010) saat ditanya oleh kakaknya (K.H. Muhammad Nur) tentang suaminya (K.H. Ahmad Dahlan) yang dinilai telah melenceng dari ajaran Islam yang sudah biasa berlaku di masyarakat Kauman Yogyakarta.
Sebagaimana Khadijah binti Khuwailid radhiallahu ‘anha yang mendukung perjuangan sang suami, baginda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sejak awal perjuangan beliau, begitu pula dengan Nyai Walidah Dahlan yang selalu setia membersamai dalam suka maupun duka diatas jalan dakwah yang diambil oleh K.H. Ahmad Dahlan, termasuk menguatkan suaminya dalam menyikapi kebanyakan masyarakat yang menghalanginya.
Perempuan tokoh besar Islam nusantara ini lahir di Kauman Yogyakarta pada tahun 1872 dengan nama Siti Walidah. Beliau adalah anak keempat dari tujuh bersaudara yang merupakan putri K.H. Muhammad Fadhil seorang ulama di Kasultanan Yogyakarta. Pada masa itu setiap anak perempuan dalam lingkungan keraton harus tinggal di rumah hingga saatnya menikah. Sehingga Siti Walidah tidak pernah mendapatkan pendidikan kecuali oleh orangtuanya sendiri. Oleh sang ayah beliau diajarkan berbagai aspek tentang Islam dengan baik, termasuk bahasa Arab dan Al-Qur'an.
Selain itu sebagaimana rata-rata anak di Kauman, Siti Walidah juga mendapatkan pendidikan agama yang dibimbing langsung oleh para kyai di langgar-langgar Kauman. Siti Walidah dikenal sebagai sosok pembelajar. Kemampuannya berdakwah sudah diasah sejak kecil sehingga mendorongnya mendapat kepercayaan dari ayah beliau untuk membantu mengajar di langgar yang biasa disebut Langgar Kyai Fadhil.
Pada tahun 1889 Siti Walidah dinikahkan dengan salah satu sepupu beliau sendiri yaitu K.H. Ahmad Dahlan yang baru saja pulang dari Tanah Suci Makkah, sehingga kemudian beliau lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan. Buah dari pernikahan beliau dengan K.H. Ahmad Dahlan tersebut Nyai Ahmad Dahlan dikaruniai enam orang putra dan putri.
Diawal mula K.H. Ahmad Dahlan berdakwah dengan membumikan kesalihan sosial melalui pengamalan Al-Qur’an Surat Al-Ma’un dan lebih lagi perjuangan beliau dalam memurnikan akidah umat dari noda syirik, memberantas takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC), beliau menerima banyak tentangan dan halangan dari masyarakat Kauman bahkan dari keluarga besar beliau sendiri. Disaat inilah peran Nyai Walidah Dahlan sangat dirasakan oleh suaminya. Tak hanya menjalankan peran utamanya sebagai seorang istri, beliau juga membantu dan menguatkan suaminya dalam berdakwah.
K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang ulama yang dikenal mempunyai pemikiran-pemikiran puritan dan pembaharuan (tajdid) yang dianggap radikal, karenanya Nyai Walidah Dahlan dan suaminya sering mendapat kecaman dan tentangan. Bahkan karena beberapa pandangan K.H. Ahmad Dahlan tentang Islam yang dianggap menyimpang tersebut, pasangan ini sering pula menerima berbagai ancaman. Namun demikian Nyai Walidah Dahlan tidak pernah sedikitpun merasa gentar apalagi surut langkah dan tetap saja mendukung suaminya dalam menyebarluaskan pemikiran Islam yang murni.
Nyai Walidah Dahlan memang sangat berperan dalam membantu suaminya dalam perjuangan kemerdekaan serta pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah yang saat itu masih dalam masa perintisan. Sebagai istri yang setia kepada suami dan kemuliaan agamanya, beliau banyak memberi dukungan baik secara moral spiritual maupun dalam bentuk materi.
Pernikahannya dengan K.H. Ahmad Dahlan memberinya kesempatan lebih besar untuk menimba ilmu langsung dari sumbernya (ulama) yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Selain itu, kedekatannya dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah dan tokoh-tokoh pergerakan teman seperjuangan suaminya juga membuat beliau mempunyai pandangan luas akan berbagai macam hal.
Aktivitas organisasi beliau bertambah saat K.H. Ahmad Dahlan merintis berdirinya organisasi khusus perempuan Sapa Tresna (Siapa Cinta) pada 1914 yang awalnya berupa pengajian Al-Qur’an dan kelas baca-tulis khusus perempuan. Sapa Tresna didirikan diantaranya dalam rangka menghambat aksi Kristenisasi di Jawa melalui sekolah yang disponsori oleh pemerintah kolonial Belanda.
Selain melalui Sapa Tresna Nyai Walidah Dahlan bersama suaminya juga merintis pengajian Wal ‘Ashrisetiap setelah ‘Ashar dan Maghribi School yang diadakan selepas Maghrib. Pengajian-pengajian tersebutjuga diperuntukkan bagi para buruh batik di Kauman yang merupakan kelompok terpinggir yang sulit memperoleh pendidikan. Disamping belajar tentang agama, pengajian juga mengajarkan mereka cara menulis dan membaca.
Menurut situs resmi PP Aisyiyah (2014) Wal ‘Ashri, Maghribi School dan Sapa Tresna menjadi cikal bakal pergerakan Muhammadiyah-‘Aisyiyah dalam memperjuangkan kesetaraan bagi setiap kelompok manusia tanpa pandang kasta atau status sosialnya. Setelah kelompok pengajian tersebut berjalan lancar dan anggotanya terus menerus bertambah, pengajian ini menyebar sampai ke pelosok nusantara yang kemudian mendorong berdirinya perwakilan organisasi ‘Aisyiyah.
‘Aisyiyah baru diresmikan pada 22 April 1917. Nama ‘Aisyiyah berasal dari nama istri Nabi Muhammadshalallahu ‘alaihi wasallam, yakni ‘Aisyah binti Abu Bakar radhiallahu ‘anhuma. Lima tahun kemudian organisasi ‘Aisyiyah menjadi bagian dari Muhammadiyah. ‘Aisyiah didirikan sebagai alat perjuangan untuk memajukan kaum perempuan.
Setelah K.H. Ahmad Dahlan wafat pada tahun 1923, Nyai Walidah Dahlan terus aktif di Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Melalui ‘Aisyiyah, Nyai Walidah Dahlan memilih aktif di masyarakat dengan karya nyata diantaranya dengan mendirikan sekolah-sekolah dan asrama-asrama khusus bagi putri-putri Islam. Para remaja putri tersebut dididik agama Islam, kemasyarakatan, pemberantasan buta huruf, serta di tanamkan rasa kebangsaan dan juga dianjurkan untuk mengambil peran aktif dalam pergerakan nasional. Selain itu, beliau juga mendirikan rumah-rumah untuk kaum miskin dan anak yatim perempuan. Nyai Walidah Dahlan berpendapat bahwa perempuan mempunyai kedudukan sama dengan laki-laki termasuk dalam memperoleh pendidikan dan berperan dalam masyarakat.
Saat banyak perempuan sudah bergabung dengan ‘Aisyiyah dan cabang-cabang lainnya dibuka di seluruh Nusantara, bersama-sama dengan pengurus ‘Aisyiyah, beliau sering mengadakan perjalanan ke luar daerah sampai ke pelosok desa untuk menyebarluaskan ide-idenya. Beliau pun kerap mendatangi cabang-cabang ‘Aisyiyah seperti Boyolali, Purwokerto, Pasuruan, Malang, Kepanjen, Ponorogo, Madiun dan sebagainya.
Pada masa penjajahan Jepang, ‘Aisyiyah dilarang oleh militer Jepang di Jawa dan Madura. Nyai Walidah Dahlan yang usianya sudah mulai senja kemudian bekerja dan berjuang di sekolah-sekolah untuk menjaga akidah para siswa dari paksaaan untuk menyembah matahari dan menyanyikan lagu-lagu Jepang yang penuh dengan kesyirikan. Beliau juga giat membantu perjuangan dengan mengajak kaum perempuan mendirikan dapur-dapur umum bagi pejuang dan tentara yang sedang bertempur di garis depan.
Sebagai mubalighat, Nyai Walidah Dahlan selalu berbicara dengan jelas dan fasih. Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa Nyai Walidah Dahlan dikenal sebagai salah satunya tokoh perempuan yang rajin bertukar pikiran dan aktif berpartisipasi dalam diskusi tentang pergerakan kemerdekaan bersama Jenderal Soedirman dan Presiden Soekarno.
Perjuangan Nyai Walidah Ahmad Dahlan yang tidak pernah kendur tersebut harus terhenti pada usia 74 tahun, tepatnya pada 31 Mei 1946. Pada hari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil beliau ke haribaan-Nya. Untuk menghormati jasa-jasa beliau dalam menyebarluaskan Islam dan mendidik perempuan, pada 10 November 1971, Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 42/TK/Tahun 1971 menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Nyai Walidah Ahmad Dahlan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati Nyai Walidah Ahmad Dahlan dan menjadikan perempuan-perempuan saat ini dapat meneladani perjuangan beliau dalam mendukung sepenuhnya perjuangan suami demi tegaknya kalimat Allah di muka bumi. Nasrun minallah wafatkhun qarib.
Sumber: www.fastabiqu.com
KH. Ahmad Dahlan, Pelopor Islamisasi dan Modernisasi Pendidikan
By: SMP Imam Syuhodo on November 18, 2017 / comment : 0 Artikel, New
Oleh: M. Nasri Dini
Salah satu tokoh penting yang dimiliki dunia pendidikan negeri
ini adalah K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah (1868 - 1923 M). Beliau lahir
di kampung Kauman Yogyakarta dari pasangan K.H. Abu Bakar dan Siti Aminah
dengan nama Muhammad Darwis. Ayah beliau adalah seorang khatib Masjid Agung
Kesultanan Yogyakarta. Apabila dilacak, silsilah ayah beliau sampai kepada Syaikh
Maulana Malik Ibrahim rahimahullah. Sedangkan ibunya adalah putri K.H.
Ibrahim penghulu kesultanan Yogyakarta.
Drs. H. Mustafa Kamal Pasha, B.Ed (2005: 90) dalam buku Muhammadiyah
Sebagai Gerakan Islam menulis, saat itu di masyarakat Kauman ada pendapat
umum bahwa barang siapa yang memasuki sekolah Belanda dianggap kafir atau
Kristen. Oleh karena itu Muhammad Darwis kecil tidak disekolahkan oleh ayahnya melainkan
dididik sendiri dengan Al-Qur’an dan ilmu dasar-dasar agama Islam di rumahnya.
Selanjutnya ia melanjutkan belajar ilmu-ilmu agama kepada beberapa Kyai di
kesultanan Yogyakarta.
Beberapa bulan setelah pernikahannya dengan Siti Walidah beliau
menunaikan ibadah Haji ke Makkah. Setelah itu beliau bersilaturahmi dan
mendalami ilmu-ilmu Islam tradisional kepada ulama-ulama di sana seperti Syaikh
Mahfudz Termas rahimahullah, Imam Nawawi Banten rahimahullah dan banyak
ulama lainnya di Masjidil Haram. Sedangkan semangat pembaharuan dan modernisasi
Islam beliau dapat dari ulama-ulama seperti Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah,
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, Syaikh Muhammad Rasyid
Ridha rahimahullah dan sebagainya. Nama Haji Ahmad Dahlan beliau
dapatkan dari Syaikh Bakri Syata’ rahimahullah seorang ulama madzhab
Syafi’iyah di Makkah. Sepulang dari Mekkah dengan bergantinya nama dan
bertambahnya ilmu, beliau diberi amanat untuk mengajarkan agama di Yogyakarta
dan kemudian beliau mendapat sebutan K.H. Ahmad Dahlan.
Modernisasi Pendidikan Islam
Ada dua sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia pada
masa K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah, yaitu pendidikan pesantren dan
pendidikan barat. Diantara karakteristik pendidikan model pesantren ini adalah hanya
mengkaji berbagai macam kitab yang mencakup masalah-masalah agama saja dan
tidak ada pelajaran umum yang diajarkan kepada para santri. Ijazah dan rapor
juga tidak dikenal di kalangan mereka. Salah satu problem mendasar pendidikan
model pertama ini, selain penolakan terhadap fasilitas modern termasuk tidak
adanya kurikulum, mereka hanya akan menerima segala hal yang dianggap baik dan
yang buruk hanya dari kyai-kyai mereka saja (Abu Mujahid, 2013 : 95).
Sementara itu, pendidikan ala barat hanya mengajarkan
ilmu-ilmu yang diajarkan di barat. Pendidikan yang didirikan pemerintah
kolonial Belanda ini pun sudah menggunakan segala hal yang disebut modern. Baik
itu metode, fasilitas dan lain sebagainya sudah modern. Ilmu yang diajarkan pun
tidak ada yang diajarkan di pesantren. Sekolah-sekolah yang didirikan Belanda
ini menerapkan sistem sekuler yang meniadakan pelajaran agama dan nilai-nilai
agama dalam setiap pelajaran. Sehingga pada akhirnya melahirkan golongan baru
yang disebut golongan intelek yang umumnya anti Islam. Bahkan alumni
sekolah-sekolah ini banyak yang akhirnya menjadi antek-antek Belanda.
Kondisi inilah yang kemudian mendorong K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah
untuk mendirikan lembaga pendidikan yang memadukan dua karakter dan dua model
pendidikan di atas. Yang mengajarkan semangat Islam dan semangat modern. Dengan
demikian umat Islam tidak hanya fasih berbicara tentang Islam tetapi juga
berwawasan luas tentang perkembangan modern.
Islamisasi Pendidikan Nasional
Bahwa kita semua telah mafhum kalau yang menjadi tekanan
utama Ki Hajar Dewantara (KHD) dan Perguruan Tamansiswanya (1922) dalam masalah
pendidikan hanyalah masalah kebangsaan dan cinta tanah air. Sedangkan masalah
agama tidak pernah menjadi perhatian utama. Darinya memang lahir orang-orang
yang mau berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Rasa nasionalisme mereka tinggi
tapi rasa keagamaan mereka (terutama yang muslim) tidak terbangkitkan sama
sekali. Di sini jelas KHD lebih memilih “ideologi pendidikan sekuler” untuk
perguruan yang didirikannya. Dan inilah yang secara eksplisit pula dijadikan
dasar ideologis penyelenggaraan pendidikan di Indonesia pada masa-masa
berikutnya sampai sekarang.
Ideologi nasionalis memang lebih diberi tempat oleh
masyarakat negara kita. Sehingga kalau ada tokoh lain yang sebanding (bahkan
lebih hebat) yang berideologi selain itu tidak akan dianggap penting. Dalam
masalah pendidikan ini ada tokoh lain yang sebenarnya tidak kalah dengan KHD
dalam kiprahnya di dunia pendidikan, dialah K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah.
K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah memang tidak secara khusus memfokuskan
gerakannya di bidang penddidikan. Namun perhatian beliau terhadap masalah
pedidikan di negeri ini sungguh luar biasa.
Saat beliau mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada 1912,
salah satu gerakan serius yang beliau kerjakan adalah mendirikan Kweekschool (Sekolah
Guru) Muhammadiyah (saat ini Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah). Dengan
mendirikan sekolah ini K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah ingin para
alumninya menyebar dan mendirikan sekolah-sekolah di berbagai tempat. Sehingga
dalam waktu singkat sekolah-sekolah Muhammadiyah dapat berdiri di seluruh
pelosok Nusantara. Bahkan di pelosok-pelosok yang belum pernah terjamah oleh
pemerintah pun sekolah Muhammadiyah sudah hadir lebih dahulu. Saat ini jumlah
sekolah yang dimiliki Muhammadiyah melebihi jumlah sekolah yang dimiliki pemerintah.
Baik dari tingkat dasar, menengah, hingga sampai tingkat perguruan tinggi.
Memang pada kenyataannya saat ini K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah
bukanlah ikon penting bagi pendidikan Indonesia. Bukan berarti harus menjadikan
tanggal lahir beliau sebagai hari pendidikan tapi lebih pada menjadikan
pikiran-pikiran K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah sebagai rujukan dalam
membangun pendidikan di Indonesia. Karena kontribusi beliau bagi perkembangan
pendidikan di Indonesia sangatlah nyata dan dapat kita rasakan bersama.
Hal ini tidak lain karena Ahmad Dahlan rahimahullah
adalah seorang “Kyai”, seorang aktivis pendidikan yang kental dengan
nilai-nilai ke-Islamannya. Saat mendirikan lembaga pendidikan pun niat utama
beliau (insya Allah) adalah berdakwah mengajak manusia ke jalan Allah yang
lurus dan benar. Tanpa semangat dakwah ini mustahil beliau rela kehilangan
kekayaannya untuk mendirikan sekolah-sekolah sampai daerah-daerah terpencil.
Semangat dakwah adalah semangat Islam. Sehingga dalam setiap
jenjang pendidikan yang beliau dirikan tidak pernah beliau lupa menyisipkan
nilai-nilai keagamaan (Islam) yang saat itu sangat tabu diajarkan di sekolah
umum. Sekolah pertama yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan bersama
murid-muridnya adalah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islam. Pada perkembangannya dikenal
juga sekolah-sekolah Hollands
Inlandse School (HIS) met de Qur’an (SD Al-Qur’an), Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
met de Qur’an (SMP Al-Qur’an), Qismul Arqa’, Suranatan siang dan sebagainya
sebagai usaha dakwah K.H.A. Dahlan rahimahullah melalui bidang
pendidikan. Sekolah-sekolah tersebut semuanya memadukan antara sekolah umum
model Belanda dan sekolah Islam model pesantren.
Karena itulah K.H.A. Dahlan rahimahullah akhirnya
dianggap sebagai tokoh yang “sektarian” dan bukan tokoh nasionalis. Inilah yang
menjadikan K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah tidak lebih berpengaruh
dibandingkan dengan KHD. Mungkin banyak orang lupa bahwa sebagian besar rakyat
Indonesia adalah muslim. Saat K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah hidup umat
Islam secara statistik konon melewati angka 90 persen dari seluruh penduduk Indonesia
(Hindia – Belanda). Sehingga jika K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah saat berjuang
untuk umat Islam otomatis beliau telah berjuang untuk lebih dari 90 persen
rakyat Indonesia.
Apa yang dirintis oleh K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah
ini sesungguhnya manfaatnya telah dirasakan oleh lebih banyak rakyat Indonesia
dibandingkan dengan apa yang dilakukan KHD. Perbandingan paling kasat mata
dapat dilihat dari jumlah sekolah di bawah perguruan Muhammadiyah dengan jumlah
sekolah dibawah naungan perguruan Tamansiswa. Perbedaan yang sungguh mencolok.
Sebuah Renungan
Diakui atau tidak apa yang telah dirintis dan ditinggalkan
K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah utamanya berupa lembaga pendidikan akhir-akhir
ini telah dikelola secara menyimpang dari semangat beliau. Kalau dulu lembaga
pendidikan Muhammadiyah didirikan untuk membantu rakyat kecil yang tidak bisa
memasuki lembaga pendidikan pemerintah maka saat ini beberapa (semoga hanya
sebagian kecil) lembaga pendidikan Muhammadiyah justru sulit bahkan mustahil
untuk dimasuki golongan menengah ke bawah dan cenderung menjadi “ladang bisnis”
bagi elit-elit lembaga tersebut. Mungkin mereka lupa bahwa K.H. Ahmad Dahlan rahimahullah
pernah berwasiat, “Aku titipkan Muhammadiyah kepadamu. Hidup-hidupilah
Muhammadiyah. Jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah.”
Nasrun minallah wafatkhun qarib.
Sumber: www.fastabiqu.com
Sumber: www.fastabiqu.com
SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo
By: SMP Imam Syuhodo on November 13, 2017 / comment : 0 Berita, New
SELAYANG PANDANG SEKOLAH
A. MUQADIMAH
SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikelola oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Blimbing
yang merupakan kelanjutan
jenjang pendidikan dari SD
Muhammadiyah Imam Syuhodo. Setelah SD Muhammadiyah Imam Syuhodo sukses berjalan
sejak tahun 2012, karena tuntutan masyarakat utamanya dari wali santri SD
Muhammadiyah Imam Syuhodo, maka dipandang perlu untuk mendirikan sekolah ini. Hal ini berangkat dari sebuah
pemikiran adanya proses pendidikan yang berkelanjutan. Sehingga dibutuhkan
sebuah lembaga yang mampu menjembataninya.
SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo adalah sekolah dengan
sistem fullday school yang hadir sebagai alternatif pendidikan menengah
yang mencoba ikut serta mendampingi orang tua dalam membina buah hatinya dalam
menyiapkan masa depannya. Dengan menerapkan nilai-nilai Islam secara
menyeluruh dengan paradigma Islam berkemajuan, pendidikan modern dan berwawasan
global. Sehingga nantinya siswa dapat berguna bagi kemashlahatan umat serta
dapat berperan memajukan bangsa dan negara. Lembaga ini di bawah payung besar Pondok Pesantren Modern
Imam Syuhodo. Payung besar inilah yang menaungi lembaga pendidikan PAUD, SD,
SMP, MTs, SMA dan SMK Muhammadiyah Imam Syuhodo.
B. MOTTO
Tauhid – Ilmu – Amal
C. VISI
Terwujudnya pendidikan unggul yang melahirkan manusia berkarakter
Islami dan berwawasan global
D. MISI
1. Menyiapkan generasi Islam kader
Muhammadiyah yang lurus dalam tauhid, cerdas dalam ilmu dan terdepan dalam amal
shalih.
2. Memberikan pelayanan pendidikan yang
berkeadilan, profesional dan Islami.
3. Menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, bersih, sehat dan Islami.
4. Mengembangkan model pembelajaran, menyenangkan
dan berkemajuan.
5. Menumbuhkan semangat fastabiqul
khairat pada seluruh warga sekolah.
6. Menerapkan manajemen sekolah yang
terbuka berbasis web.
E. TUJUAN
Terbentuknya pelajar muslim yang
bertauhid, berilmu, beramal shalih dan terampil agar dapat Berjuang menegakkan
ajaran Islam; Hormat terhadap orang tua dan guru; Bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu; Bekerja keras, mandiri, dan berprestasi; Rela berkorban dan
menolong sesama; serta Siap menjadi kader Muhammadiyah dan Bangsa sehingga
terwujud masyarakat Islam yang utama, adil, makmur dan diridhai Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
F. FUNGSI
1. Khidmatul ummah, sebagai pusat pelayanan umat dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam yang berkualitas.
2. Maraji’ul ummah, sebagai pusat riset pendidikan Islam dan alternatif
model sekolah Islam yang berkualitas.
3. Tanmiyatul kafa’ah, sebagai wahana pemupukan profesionalisme para
aktivis dakwah di bidang pendidikan.
4. Nasyrud dakwah, sebagai pusat dakwah berbasis pendidikan.
5. Kasbul ma’isyah, sebagai sarana mendapat rizki yang halal.
G. TARGET LULUSAN
1. Tauhid yang lurus dan akhlak yang
mulia yang tercermin dalam amalan shalih kesehariannya.
2. Hafal 2 juz Al-Qur’an, 40 Hadis Nabi
dan doa-doa harian serta dapat mengamalkannya.
3. Menguasai dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan keislaman serta dapat memanfaatkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Menguasai dasar-dasar bahasa Arab
dan bahasa Inggris dalam komunikasi sederhana.
5. Menguasai dasar-dasar komputer
aplikatif (MS Word, MS Exel, Ms Power Point dan Internet).
6. Seluruh lulusan (100%) dapat
diterima di sekolah lanjutan unggulan baik negeri, swasta maupun luar negeri.
H. KURIKULUM
SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo menerapkan KTSP dengan
memadukan kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan kurikulum Khas
Pesantren dengan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan.
I. PROGRAM PENUNJANG
1. Renang – Memanah - Berkuda
2. Studi Profesi
3. Baitul Arqam
4. Jurnalistik
5. Out Bond
6. Kepedulianku
7. Qurban
8. Family Gathering
Langganan:
Postingan (Atom)
SUBSCRIBE CHANNEL KAMI
Tentang Kami
Popular Post
-
Khutbah Pertama إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَا...
-
Muhammad Nasri Dini Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Sukoharjo Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern terbesar di Indone...
-
Andika Rahmawan Guru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Alhamdulillah, syukur ke hadirat Allah SWT, Rabb yang telah menurunkan Al-Qur’a...
Author
Popular
-
Oleh: Dr. Adian Husaini Peneliti INSISTS, Pendiri Pesantren at-Taqwa, Depok “Tatkala umur 15 tahun, saya simpati kepada Kyai Ahma...
-
INFORMASI PENDAFTARAN SANTRI BARU SMP MUHAMMADIYAH IMAM SYUHODO TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020 PROGRAM PENDIDIKAN Fullday school ...
-
SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo membuka Penerimaan Santri Baru (PSB) tahun pelajaran 2020/2021 secara online. Program yang dibuka adalah ...
Comments