Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Langkah Muhammadiyah 3: Memperbaiki Budi Pekerti


Muhammad Nasri Dini

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Pada Majalah Tabligh edisi No. 11/XVII penulis telah memaparkan secara singkat tentang langkah kedua yang terdapat dalam Tafsir Langkah Muhammadiyah. Gagasan pemikiran ideologis pertama dalam Muhammadiyah yang awalnya adalah materi pengajian rutin malam selasa (Cursus Hoofdbestuur Moehammadijah di Yogyakarta) yang diampu oleh KH. Mas Mansur (Ketua PB Muhammadiyah 1937-1942).

 

Dalam memahami agama, Muhammadiyah secara akidah berpegang kepada para salafush shalih meskipun tidak berafiliasi dengan aliran akidah manapun. Secara fikih, Muhammadiyah tidak berorientasi pada fikih mazhabi tetapi fikih manhaji. Secara akhlak, Muhammadiyah tidak pernah mengikuti aliran tasawuf tertentu, tidak pula mengatakan bahwa tasawuf itu sesat. Muhammadiyah sama sekali tidak anti terhadap aliran teologi, mazhab dan tasawuf tertentu. Paham agama Muhammadiyah bersifat independen, komprehensif, dan integratif.

 

Dalam memperluas paham agama, Muhammadiyah melakukan setidaknya dua hal, yakni purifikasi dalam hal akidah (pemurnian dari syirik), ibadah (pemurnian dari bid’ah), dan akhlak (pemurnian dari yang menyimpang). Sementara tajdid (dinaminasi atau modernisasi) dilakukan dalam hal urusan muamalah keduniawian. Sehingga Islam dapat diaplikasikan secara aktual dan fungsional.

 

Tentang paham agama Muhammadiyah ini dalam buku “Tafsir Langkah Muhammadiyah” disebutkan bahwa agama dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Bagian Pokok, ialah yang berhubungan dengan kepercayaan i’tiqad. Bagian ini kita harus taslim (menerima saja) kepada adanya nash-nash yang tentu. Kedua, Bagian Furu’, ialah yang berhubungan dengan ibadah, muamalah, hudud (perbatasan), dan lain-lain. Dalam bagian ini kita boleh memperluas paham dengan menggunakan “qiyas” dan lain-lainnya. (Tafsir Langkah hlm. 28)

 

Pada langkah kedua ini KH. Mas Mansur juga berpesan kepada para mubaligh Muhammadiyah agar selalu mempelajari, memahami dan menyebarluaskan agama dengan pemahaman yang luas. Meskipun beliau juga berpesan, “untuk ketertiban, agar jangan sampai mendatangkan perselisihan di dalam kalangan kita (persyarikatan-pen), maka sebelum buah paham itu diberikan kepada umum, lebih dahulu supaya dipermusyawarahkan di dalam Lajnah atau Majelis Tarjih, dan di dalam permusyawaratan itu, hendaklah langkah ini (langkah kedua-pen) menjadi dasar.” (Tafsir Langkah hlm. 32)

 

Langkah Ketiga

Muhammadiyah telah memberikan panduan untuk segenap warganya dalam bermuamalah, intinya bahwa semuanya harus selalu dalam naungan frame keislaman, mencakup di dalamnya akhlakul karimah. Tidak hanya mementingkan hubungan baik dengan Allah SWT (hablum minallah) semata, tetapi juga diimbangi dengan baiknya hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Maka Muhammadiyah tidak hanya mengajarkan warganya agar menjauhi perbuatan syirik saja kepada Allah SWT, tetapi juga menghimbau warganya agar menjauhi dan tidak melakukan akhlak mazmumah (budi pekerti yang tercela) kepada sesama manusia.

 

Langkah ketiga yang diambil oleh KH. Mas Mansur dalam Tafsir Langkah Muhammadiyah adalah “memperbuahkan budi pekerti”. Karena akhlak mahmudah (budi pekerti yang baik) adalah hal yang dicintai Allah SWT. Karena keutamaan akhlak yang baik, juga tingginya kedudukan akhlak dalam agama ini, serta baiknya buah yang akan didapatkan oleh orang yang berakhlak dengan akhlak yang baik ketika di dunia dan di akhirat. Bahkan Allah SWT mensifati orang yang paling dicintai-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW dengan pemilik akhlak yang sempurna. Allah SWT berfirman,

 

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)

 

KH. Mas Mansur mencontohkan beberapa bentuk akhlak yang harus dipegang erat oleh kaum mukminin, utamanya warga Muammadiyah. Di antaranya yaitu:

 

Pertama, Takut kepada Allah SWT. Jika rasa takut kepada Allah SWT senantiasa dipelihara oleh seorang muslim, maka ia akan menjadi dinding yang kuat agar manusia tidak mengerjakan maksiat. Ia juga menjadi kendaraan bagi manusia agar bisa meringankan mereka dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.

 

KH. Mas Mansur berkata, “Rasa takut kepada Allah, suatu pokok yang sangat penting, sehingga karena amat pentingnya, maka setengah dari syarat-syarat khutbah Jum’ah harus ada pokok bahasan yang maksudnya memberikan peringatan kepada orang banyak supaya takut kepada Allah.” (Tafsir Langkah hlm. 37)

 

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menerangkan bahwa, “Konsekuensi dari orang yang takut pada Allah adalah meninggalkan larangan dan melaksanakan perintah. Itulah yang mendapatkan dua surga. Dua surga itu terdapat bejana, perhiasan, bangunan dan isi lainnya yang terbuat dari emas. Salah satu dari dua surga itu diperuntukkan karena meninggalkan yang diharamkan. Dan surga lainnya diperuntukkan karena melakukan ketaatan yang diperintahkan.”

 

Allah SWT berfirman:

 

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (QS. Ar Rahman [55]: 46)

 

Kedua, Menepati Perjanjian. Menyelishi janji adalah tanda kemunafikan, maka hukumnya adalah haram. Karena menyelisihi janji dapat juga disamakan dengan berkata dusta (bohong), dan dusta adalah perbuatan haram, Sebaliknya hukum memenuhi janji adalah wajib. Maka sudah seharusnya seorang muslim berhati-hati dalam membuat janji. Seorang muslim tidak akan bermudah-mudah berjanji kemudian melupakan dan menyelisihi janjinya sendiri.

 

Nabi SAW bersabda, “Empat sifat, barangsiapa terdapat padanya empat sifat itu dialah orang munafik (tulen). Dan barangsiapa terdapat dari padanya salah satu dari empat sifat itu, maka dialah setengah dari orang munafik, sehingga dia mau meninggalkannya. Empat sifat itu ialah: (1) Jika berbicara, dia berdusta, (2) Jika berjanji, dia tidak menepati, (3) Jika telah sanggup, dia khianat, (4) Jika berbantah, dia melewati batas (berkeras kepala, tidak mau mengakui salahnya meskipun salah).” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

 

KH. Mas Mansur berkata, “Menepati perjanjian, suatu perkara yang terpenting di dalam kebersamaan suatu perkara, terutama dalam persyarikatan. Persyarikatan tidak akan berjalan beres, bila pengurus-pengurus dan anggota-anggotanya sudah tidak menepati perjanjian, melalaikan kewajiban-kewajiban yang telah disanggupinya.” (Tafsir Langkah hlm. 38)

 

Ketiga, berkata benar. Salah satu akhlak yang penting dan harus dimiliki oleh seorang muslim adalah kebenaran dalam perkataannya. Benar dalam hal apa yang dia katakan adalah sesuatu yang memang sebuah kebaikan. Dan benar dalam hal bahwa semua yang dia katakan adalah sebuah kebenaran (kejujuran). Rasulullah SAW bersabda,

 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab [33]: 70-71)

 

KH. Mas Mansur berkata, “Supaya perjalanan kita selamat, maka akhlak ini harus ditanamkan dalam-dalam kepada orang umum terutama anggota-anggota Muhammadiyah, karena vergadering-vergadering (keputusan yang disahkan dalam rapat) kita tiada akan memperbuahkan putusan yang baik, kalau satu-satunya hadirin tidak berdasarkan kebenaran di dalam pembicaraannya. Insya Allah, dengan berdasarkan kebenaran, martabat kita akan terjunjung.” (Tafsir Langkah hlm. 40)

 

Keempat, Rahmah dan Mahabbah. Berkasih sayang dan saling mencintai antar sesama manusia, utamanya kepada sesama kaum muslimin dan mukminin adalah hal yang diperintahkan dan suatu perkara yang utama dalam Islam. Karena dengan adanya mahabbah, akan terwujud persatuan dan ukhuwah antar sesama manusia. Karena rahmah dan mahabbah ini pula Muhammadiyah dapat menyebar di daerah-daerah yang sebelumnya dikenal anti terhadap dakwah Muhammadiyah. Penolakan terhadap Muhammadiyah bisa berubah menjadi penerimaan saat da’i dan mubaligh Muhammadiyah bisa berlaku rahmah.

 

Salah satu bentuk rahmah dan mahabbah adalah dengan selalu menebarkan salam. Seperti yang pernah dicontohkan oleh KH. Abdur Rozak Fakhruddin atau yang biasa disapa Pak AR. Saat beliau berdakwah di Ulu Paceh Palembang, beliau sempat ditanggapi dengan sinis oleh ulama di tempat itu. Tetapi beliau dapat meluluhkan hati ulama yang sinis tersebut dengan selalu menyapa setiap hari dengan ucapan salam. Meskipun awalnya salam Pak AR tidak dijawab, tetapi beliau tidak pernah bosan. Hingga akhirnya hati ulama di tempat itu pun luluh dan menjawab salam Pak AR dengan lengkap. Singkat cerita Pak AR pun dipersilakan untuk berdakwah di desa tersebut.

 

Rasulullah SAW bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak disebut beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian melakukannya, kalian pasti saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)

 

KH. Mas Mansur berkata, “Sifat mahabbah ini haruslah ditanamkan di kalangan kita, agar kebahagiaan masyarakat dan persatuan dapat tercapai, sempurna dan berbuah. Setengah daripada jalan yang menguatkan mahabbah itu ialah “ifsyakussalam”, memberi salam kepada orang lain. Kedua sunnah inilah ia harus dipimpinkan benar-benar dan diamalkan dalam kalangan kita, tidak boleh tidak.” (Tafsir Langkah hlm. 42)

 

Budi pekerti yang baik kepada sesama manusia, apalagi kepada sesama muslim adalah salah satu kunci menuju surga. Lurusnya aqidah dan rajinnya ibadah seseorang kepada Allah SWT belum sempurna jika tidak dilengkapi dengan baiknya hubungan dengan sesama manusia. Karena bentuk ibadah itu tidak hanya shalat dan puasa saja, tetapi berkata jujur, saling menghargai, rendah hati, sopan santun, saling menolong, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan sesama makhluk Allah SWT juga termasuk ibadah. Wallahu a’lam

 

*) Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Sajian Khusus Majalah Tabligh edisi No. 12/XVII Rabiul Akhir 1441 H/15 Desember 2019-15 Januari 2020

Muhammad Fauzan Terpilih Sebagai Ketua IPM Ranting SMP Imam Syuhodo


Sukoharjo - Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo menggelar Musyawarah Ranting (Musyran) I di komplek sekolah setempat, Jumat (13/12/2019). Musyran diikuti seluruh siswa SMP Imam Syuhodo.

Hadir dalam Musyran tersebut Kepala SMP Imam Syuhodo, segenap asatidzah dan perwakilan dari PC IPM Blimbing. Karena Musyran di SMP Imam Syuhodo baru diselenggarakan pertama kali, agenda utamanya adalah pemilihan formatur, yang selanjutnya memilih ketua dan sekretaris.


Dari 17 calon formatur, terpilih 7 nama sebagai formatur yang bertugas menyusun pengurus lengkap. 7 formatur terpilih yaitu: Muhammad Fauzan, Debby Noviana Putri, Naufal Hasya Musyafa, Adiningrun Dwi Nugraheni, Windy Triana Marda, Ilham Firmansyah Putra Sadam dan Muhammad Farel Febrian Akbar.

Setelah terpilih, ketujuh formatur tersebut melaksanakan musyawarah secara tertutup dipandu oleh perwakilan PC IPM Blimbing. Dari rapat formatur disepakati untuk memilih Muhammad Fauzan dan Deby Noviana Putri masing-masing sebagai ketua dan sekretaris PR IPM SMP Imam Syuhodo periode 2019/2020.


Ketua terpilih Muhammad Fauzan dalam sekapur sirih menyampaikan ucapan terimakasih kepada segenap peserta musyran. Dirinya berharap dapat bersama-sama memajukan sekolah melalui IPM.

"Semoga kita semua dapat bersama-sama memajukan IPM Ranting SMP Imam Syuhodo," katanya.

Setelah musyran, PC IPM Blimbing akan terus membimbing ranting baru di SMP Imam Syuhodo agar dapat menjalankan organisasi dengan baik. Mulai dari pembentukan pengurus lengkap, penyusunan program kerja dan sebagainya.

Penerimaan Santri Baru SMP Imam Syuhodo TP 2020/2021 Segera Dibuka


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segera dibuka Pendaftaran Santri Baru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo
tahun pelajaran 2020/2021

Segera daftarkan Putra Putri Anda di SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, karena kuota terbatas.

PROGRAM YANG DIKELOLA:
Fullday School 5 hari masuk

WAKTU PENDAFTARAN:
GELOMBANG I
Pendaftaran: 2-17 Januari 2020
Observasi: 18 Januari 2020
Pengumuman: 21 Januari 2020
Daftar Ulang: 22-31 Januari 2020

GELOMBANG II
Pendaftaran: 13-24 April 2020
Observasi: 25 April 2020
Pengumuman: 28 April 2020
Daftar Ulang: 29 April-8 Mei 2020

PERSYARATAN PENDAFTARAN
- Membayar administrasi Rp. 300.000,-
- Mengisi dan mengumpulkan formulir pendaftaran
- FC Kartu Keluarga (3 lembar)
- FC Akta Kelahiran (3 lembar)
- FC NISN (3 lembar)
- FC raport SD/MI 2 semester akhir (2 lembar)
- Pas Foto 3 X 4 hitam putih (4 lembar)
- Surat keterangan Kepala Sekolah (untuk peringkat 1, 2 dan 3)
- Mengikuti observasi calon santri baru

TEMPAT PENDAFTARAN:
Komplek SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, Jalan H. Muslih Wonorejo Polokarto Sukoharjo 57555 Phone (0271) 6715840

Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi:
Ust. M. Nasri Dini, S.Pd.I (0856 4218 1128) | Ust. M. Fatkhul Hajri, S.Pd (0856 4243 5696) | Ust. Andika Rahmawan (0856 4212 1073)

Atau kunjungi akun media sosial kami:
Instagram: https://www.instagram.com/smpmu.imamsyuhodo/
Facebook : https://www.facebook.com/smpmu.imamsyuhodo/

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Langkah Muhammadiyah 2: Memperluas Pemahaman Agama


Muhammad Nasri Dini

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Pada Majalah Tabligh edisi No. 10/XVII rubrik Sajian Khusus hadir dengan pembahasan baru, yakni serial Tafsir 12 Langkah Muhammadiyah. Salah satu khittah perjuangan Muhammadiyah yang dicetuskan di era KH. Mas Mansur. Serial diawali dengan tulisan berjudul “Iman Sebagai Dasar Langkah”. Pada edisi kali ini, penulis akan mencoba mengupas poin kedua dari 12 Langkah Muhammadiyah, yaitu “Memperluas Paham Agama”.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As Sunnah. Dalam memahami agama Muhammadiyah tidak menyandarkan diri pada mazhab tertentu yang ada dalam khazanah Islam, baik dalam masalah aqidah maupun fiqhiyah, termasuk dalam tarekat. Meskipun secara garis besar Muhammadiyah termasuk dalam gerbong ahlus sunnah wal jama’ah.

Muhammadiyah mendakwahkan aqidah tauhid agar masyarakat dan umat terbebas dari segala macam kesyirikan dan mendakwahkan sunnah (dalam artian hal-hal yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW) agar masyarakat terbebas dari bid’ah dan taqlid buta yang membelenggu mereka. Selain itu, Muhammadiyah juga berjuang untuk membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan yang paling besar, yaitu bodoh dan miskin dalam ilmu syariat, yang ujung-ujungnya juga akan terjerumus ke dalam perilaku syirik, takhayul, bid’ah, khurafat dan taklid buta.

Kalau kita selami kembali perjalanan KH. Ahmad Dahlan dalam menuntut ilmu, salah satu yang paling beliau tekankan adalah purifikasi. Takhayul, bid’ah, khurafat dan syirik adalah yang pertama beliau berantas dari masyarakat saat itu. Pengembaraan KH. Ahmad Dahlan dalam menuntut ilmu juga ke negeri yang getol dalam memberantas syirik dan menegakkan tauhid, yaitu tanah Haramain. Beberapa bulan setelah pernikahannya dengan Siti Walidah beliau menunaikan ibadah haji ke Makkah dan sekaligus menuntut ilmu di sana. Semangat purifikasi Islam beliau dapatkan dari ulama-ulama puritan di antaranya dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha dan sebagainya. Dalam hal ilmu-ilmu keislaman tradisional, di tanah haram beliau juga dikisahkan bersilaturahmi dan mendalaminya di antaranya dengan ulama-ulama seperti Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz Termas, Imam Nawawi Al Bantani dan banyak ulama lainnya di Masjidil Haram.

Bagi Muhammadiyah Islam merupakan nilai utama sebagai fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam seluruh denyut nadi gerakan. Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (al-ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah) untuk menghadapi perkembangan zaman.

Di antara maksud tajdid dalam arti pemurnian (purifikasi) adalah untuk memelihara matan (teks) ajaran Islam yang murni, baik dari Al-Qur’an maupun As Sunnah Ash Shahihah yang sudah lebih dulu dirawat oleh para ulama pendahulu dari kalangan sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in (salafush shalih). KH. Ahmad Siddiq, seorang tokoh Nahdhatul Ulama (NU) dari Malang sebagaimana dikutip dalam buku “Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam” menjelaskan bahwa makna tajdid dalam arti pemurnian ini setidaknya menyasar kepada tiga aspek, yaitu: (a) i’adah atau pemulihan, yaitu membersihkan ajaran Islam yang tidak murni lagi; (b) Ibanah atau memisahkan; yaitu memisah-misahkan secara cermat oleh ahlinya (ulama- pen), mana yang sunnah dan mana pula yang bid’ah; dan (c) Ihya’ atau menghidup-hidupkan; yaitu menghidupkan ajaran-ajaran Islam yang belum terlaksana atau terbengkalai.

Dalam hal pemahaman ibadah fiqhiyyah, Muhammadiyah tidak mengikat diri dalam suatu mazhab fiqih tertentu, tetapi menyeru masyarakat untuk mengembalikan semua ibadah mahdhah kepada teks-teks Al-Qur’an dan Al Hadits. Meskipun dalam perkembangannya Muhammadiyah tidak menolak modernisasi dalam hal sarana ibadah. Penggunaan pengeras suara dalam azan dan shalat, perjalanan ke tempat ibadah dengan menggunakan kendaraan modern, adalah beberapa di antara contohnya. Termasuk penggunaan ilmu astronomi modern untuk menentukan awal bulan qamariyah/hijriyah adalah semangat modernisasi Muhammadiyah dalam hal ibadah. Dalam hal sarana ibadah ini Muhammadiyah tidak menyebut sebagai bid’ah. Karena bid’ah adalah pada inti ibadah, bukan pada sarananya.

Tentang bid’ah ini, Allah SWT telah menyempurnakan Islam sebelum diwafatkannya Rasulullah SAW, sehingga tidak pantas bagi umatnya untuk menambah apa-apa yang tidak dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman: “...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...” (QS. Al Ma’idah [5]: 3)

Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang bukan urusan agama kami (tidak ada contohnya dari kami), maka ia tertolak.” (HR. Muslim)

Dari perilaku bid’ah ini setidaknya akan kita dapati dua konsekuensi berat darinya. Pertama, seakan-akan ia (pelaku bid’ah) lebih pintar daripada Allah SWT. Karena Allah SWT telah menegaskan bahwa agama Islam ini telah sempurna (sebagaimana QS. Al Maidah ayat 3 di atas), tetapi masih pula ditambah-tambah. Padahal tidak ada yang kurang sedikitpun dari ajaran Islam itu sehingga memerlukan tambahan. Kedua, seolah-olah ia (pelaku bid’ah) menuduh Rasulullah SAW telah menyembunyikan sebagian ajaran Islam dengan tidak menyampaikan perbuatan bid’ah yang dianggap baik tersebut kepada umatnya.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pror. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc, M.A dalam beberapa kesempatan sering mengatakan bahwa manhaj Muhammadiyah adalah prinsip agama Muhammadiyah dalam mengaktualisasikan Islam. Bahwa manhaj Muhammadiyah memiliki dua pengertian yakni, salafiyah dan tajdidiyah.

Menurut Buya Yunahar, Muhammadiyah dari segi akidah adalah salafiyah yang tidak berafiliasi dengan aliran manapun. Dari segi fikihnya, Muhammadiyah bukan oraganisasi yang berorientasi fikih mazhabi tetapi fikih manhaji. Paham agama dalam Muhammadiyah bersifat independen, komprehensif, dan integratif. Namun Muhammadiyah sama sekali tidak anti terhadap aliran teologi, mazhab dan tasawuf tertentu.

Dalam hal akhlak, Muhammadiyah tidak pernah mengikuti aliran tasawuf tertentu, tapi tidak pula mengatakan bahwa tasawuf itu sesat. Menurut Buya Yunahar Muhammadiyah memakai istilah ihsan, yakni, engkau beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, seandainya engkau tidak melihat-Nya, maka Allah melihatmu.

Dalam khazanah tokoh Muhammadiyah juga akan dijumpai tokoh-tokoh dengan wajah-wajah yang disebut kental dengan tasawuf, yakni mereka yang ketaatan serta kehidupan spiritualitasnya cukup intens. Seperti KH. AR Fakhrudin dan Buya Hamka. Masyitoh Chusnan pada tulisan berjudul “Meneropong Wajah Tasawuf Dalam Muhammadiyah” yang dimuat dalam website resmi Muhammadiyah menyebutkan, tema-tema majelis halaqah, tabligh, pengajian, kuliah, khutbah, ataupun tulisan-tulisan KH. AR Fakhrudin yang tersebar dalam brosur dan majalah-majalah intern persyarikatan Muhammadiyah, memang tidak mengangkat tema yang secara eksplisit tentang tasawuf, seperti tokoh lain dalam Muhammadiyah, yaitu Buya HAMKA, namun sarat dengan pelajaran akhlaq yang dekat dengan wilayah tasawuf, yaitu tasawuf akhlaqi. Sementara karya-karya HAMKA di bidang Tasawuf, lebih bersifat universal dan ditujukan untuk khalayak pembaca yang beragam. Karya-karyanya antara lain: Tasawuf Modern; Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya; Renungan Tasawuf; Lembaga Budi dan Falsafah Budi

Secara singkat dapat disimpulkan, dalam memperluas paham agama ini Muhammadiyah melakukan setidaknya dua hal, yakni purifikasi dalam hal akidah (pemurnian dari syirik), ibadah (pemurnian dari bid’ah), dan akhlak (pemurnian dari yang menyimpang). Sementara tajdid (dinaminasi atau modernisasi) dilakukan dalam hal urusan muamalah keduniawian. Sehingga ajaran Islam dapat diaplikasikan secara aktual dan fungsional.

 

*) Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Sajian Khusus Majalah Tabligh edisi No. 11/XVII Rabiul Awal 1441H/15 November - 15 Desember 2019

SMP Imam Syuhodo Rebut 2 Piala dalam OlympicAD 2019


Sukoharjo - SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo meraih dua piala dalam dua cabang lomba pada Olympic Ahmad Dahlan (OlympicAD) II jenjang SMP-MTs tingkat Kabupaten Sukoharjo tahun 2019 yang digelar di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo, Sabtu (5/10/2019).

Koordinator kesantrian SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Andika Rahmawan mengapresiasi para siswa yang berhasil membawa pulang piala dalam ajang lomba OlympicAD 2019.

"Alhamdulillah kami menyampaikan rasa senang dan bangga karena santri kami berhasil  mengharumkan nama sekolah dengan membawa pulang piala dalam ajang lomba OlympicAD kali ini,” kata Andika.

Dalam OlympicAD 2019 ini santri SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo berhasil mendapatkan juara II lomba Matematika yaitu Muhammad Fauzan. Selain lomba matematika, tim Tapak Suci putri juga berhasil meraih juara III untuk lomba seni Tapak Suci, mereka adalah Deby Noviana Putri, Windy Triana Marda dan Zakiyah Syarifah.


Kepala SMP Imam Syuhodo dalam pembinaan lapangan di sekolah setempat, Senin (7/10/2019) juga menyampaikan rasa bangga kepada seluruh kontingen OlympicAD SMP Imam Syuhodo yang sudah berusaha dengan maksimal, meskipun sebagian belum berhasil meraih juara.

"Tetap semangat untuk seluruh santri delegasi SMP Imam Syuhodo yang belum membawa pulang piala. Semoga Allah memberkahi kalian dan langkah kalian dalam meraih prestasi," pesannya.

Olympic Ahmad Dahlan II jenjang SMP-MTs tingkat Kabupaten Sukoharjo digelar oleh Badan Koordinasi Sekolah Madrasah (BKSM) Kabupaten Sukoharjo. Kegiatan  ini akan menjadi agenda rutin BKSM yang rencananya akan digelar setiap tahun.

Tahun 2019 ini cabang yang dilombakan dalam Olympicad adalah Olimpiade Matematika, Olimpiade IPA, News Reading, Ismu in Arabic, Ismu in English, Musabaqah Fahmil Qur'an, Hifdzil Qur'an, Tartil Qur'an, Kaligrafi, Azan dan Seni Tapak Suci.

Pemimpin Cerdas Berjiwa Nabawi


Muhammad Nasri Dini

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Dalam sirah nabawiyah dikisahkan bahwa pada masa sebelum kenabian pernah dilakukan pemugaran kembali Ka’bah. Setelah renovasi Ka’bah selesai dan sampai pada peletakan Hajar Aswad, orang-orang Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak meletakkannya. Semua kabilah ingin untuk meletakkan kembali Hajar Aswad di tempat semula karena berharap akan mendapatkan kemuliaan darinya. Hal ini terjadi hingga hampir terjadi pertikaian di antara mereka dan kondisi menegangkan pun berlangsung hingga beberapa hari.

Pada saat krusial tersebut Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi, salah satu tokoh tertua mereka mendapatkan ilham dan mengatakan bahwa yang paling berhak meletakkan Hajar Aswad adalah orang yang pertama kali masuk Masjidil Haram. Mereka menerima tawaran itu dan menunggu siapa yang pertama kali masuk masjid. Atas ijin Allah SWT ternyata yang masuk masjid pertama kali adalah Muhammad SAW. Setelah melihat, mereka berkata, “Ini adalah orang yang terpercaya, kami setuju.”

Setelah mereka menceritakan apa yang terjadi kepada Muhammad SAW, beliau pun membentangkan kain surbannya lalu mengambil Hajar Aswad dan meletakkan di atasnya, kemudian beliau meminta kepada setiap pemimpin kabilah agar memegang setiap ujung kain dan mengangkat Hajar Aswad ke tempatnya. Setelah itu Muhammad SAW meletakkannya di tempat semula. Dengan demikian terhindarlah pertumpahan darah antara sesama orang-orang Quraisy.

Kisah di atas terjadi tentu karena kecerdasan yang dimiliki oleh Muhammad SAW dalam menghadapi persoalan. Sejak belum diangkat sebagai Nabi dan Rasul, banyak peristiwa sulit yang dapat diselesaikan dengan hasil maksimal karena sifat cerdas yang diberikan Allah SWT kepada beliau. Selain cerdas (fathanah), Rasulullah SAW juga dikaruniai empat sifat lain oleh Allah SWT, yaitu siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya) dan tabligh (komunikatif). Empat sifat nabawi ini hendaknya juga dimiliki dan menjadi teladan bagi setiap pemimpin dalam jenjang apapun, lebih-lebih bagi orang-orang yang diberikan amanah oleh rakyat sebagai pemimpin di negeri ini.

Menjadi pemimpin bukanlah perkara mudah, beban berat menanti dirinya. Apalagi dalam kondisi sulit karena berbagai persoalan yang melilit negeri ini tak putus-putusnya. Korupsi, kemiskinan, kesenjangan sosial dan ekonomi, hukum yang tebang pilih, tidak meratanya pembangunan, kualitas pendidikan, sulitnya lapangan kerja, kejahatan, bahkan tindakan makar, terorisme dan disintegrasi yang juga mengancam negeri ini. Semua itu merupakan deretan masalah yang harus segera diatasi di negeri ini. Karenanya dibutuhkan pemimipin yang cerdas untuk menyelesaikan persoalan rakyat tersebut agar terwujud masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.

Di antara hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Rasulullah SAW dalam menyelesaikan perselisihan kaum Quraisy saat akan meletakkan Hajar Aswad tersebut adalah bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang menjunjung tinggi persatuan. Beliau tidak mengunggulkan satu kabilah dan meninggalkan kabilah yang lain. Bahkan beliau tidak egois dengan mengambil kesempatan untuk dirinya sendiri agar bisa meletakkan Hajar Aswad. Tetapi dengan kecerdasan yang diberikan Allah SWT, beliau dapat merangkul semua kabilah dan mendamaikan mereka. Tidak ada salah satu yang lebih diuntungkan dan tidak ada pula pihak lain yang dirugikan.

Seorang pemimpin cerdas memang harus bisa merangkul semua golongan. Di negeri muslim majemuk yang ada banyak pemahaman seperti Indonesia misalkan, tidak bisa seorang pemimpin hanya merangkul satu golongan saja dan meninggalkan golongan yang lain. Menganggap satu kelompok masyarakat sebagai teroris hanya karena membawa bendera tauhid, tapi membiarkan kelompok lain di tempat lain yang dengan terang-terangan berlaku dan berteriak makar, mengibarkan bendera lain, membakar merah putih. Sangat disayangkan juga jika sang pemimpin itu justru menyerukan untuk memaafkan.

Pemimpin harus memiliki kelebihan yang banyak dari rakyat yang dipimpinnya, termasuk dalam hal kecerdasan. Seorang pemimpin mutlak harus memiliki sifat cerdas karena dia yang akan dilihat dan diteladani rakyat dalam segala hal. Mulai dari keputusannya, tutur katanya, sifat-sifatnya, bahkan penampilannya. Kecerdasan pemimpin juga akan berpengaruh terhadap keadaan rakyat yang dipimpinnya. Karena ia tahu cara-cara terbaik yang akan dilakukan dalam setiap persoalan negerinya sebelum mengambil tindakan untuk menyelesaikannya.

Seorang pemimpin yang cerdas, akan selalu tegas dan adil dalam membuat keputusan. Ia selalu berpikir untuk kepentingan semua pihak dan tidak sekedar menyenangkan hati sekelompok orang tertentu dengan keputusannya. Karena setiap apa yang dia putuskan pasti berdasarkan ilmu yang dia miliki. Pemimpin cerdas tidak asal membuat keputusan dan tidak asal bertindak. Tapi dia akan mempelajari setiap hal secara detail dan rinci agar setiap tindakkan dan keputusannya tidak menciptakan kesalahpahaman.

Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang berpikir secara logis, kritis dan sistimatis. Hal inilah yang menunjukkan identitas dirinya sebagai orang yang berbeda dengan kebanyakan manusia sehingga dirinya layak menjadi seorang pemimpin. Kalaupun dia kurang memiliki ilmu dalam hal tertentu, seorang pemimpin yang cerdas akan bisa memanajemen dengan baik para bawahannya sehingga bisa membantunya menyelesaikan suatu masalah. Ia akan berpikir cerdas dan bertindak cerdas.

Seorang pemimpin yang cerdas tidak akan dipermalukan oleh bawahannya sendiri karena tidak tegas dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Ia akan dengan mudah ‘dibantah’ oleh bawahannya saat salah dalam mengambil keputusan. Seperti halnya seorang presiden di negeri antah berantah yang sering salah dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Seringkali, mungkin karena kurangnya kecerdasan yang dia miliki, beberapa saat setelah dia mengumumkan suatu hal langsung dibantah oleh bawahannya. Dan nyatanya pernyataan bawahannya yang terbukti kebenarannya. Ini menunjukkan bahwa pemimpin tersebut sangat lemah kecerdasan dan pengaruh kepemimpinannya.

Lihatlah dalam beberapa forum dan wawancara internasional, seorang pemimpin ‘negeri seberang’ juga sering tampak memalukan karena kurangnya kecerdasan yang dia miliki. Pernah dalam sebuah wawancara, sang pemimpin justru sibuk dengan kertas yang dipegangnya, membolak-balikkan kertas seperti grogi saat diwawancara, padahal pewawancara malah tidak terlihat memegang kertas. Tentu orang yang menjadi rakyatnya akan malu melihat hal tersebut. Kalaupun tidak bisa semua bahasa asing, seorang pemimpin yang cerdas tidak akan malu menggunakan penerjemah. Daripada harus terlihat tak lancar dalam berkomunikasi dalam bahasa asing.

Seorang pemimpin cerdas juga akan senantiasa mengasah dan menambah ketajaman pengetahuannya jika menang dia merasa ada yang kurang dari dalam dirinya. Membaca dan berdiskusi adalah salah satu cara yang bisa dilakukannya. Tidak selayaknya bagi seorang pemimpin saat ditanya apa buku yang dibacanya, dengan bangga menjawab bahwa buku-buku koleksinya adalah buku-buku kartun komik yang tidak ada korelasinya dengan permasalahan negara. Karena pemimipin yang cerdas harus selalu menambah kapasitas dan kapabilitas dirinya sehingga mampu mengemban amanah berat ini.

Dan yang tidak kalah penting, pemimpin cerdas akan selalu meningkatkan nilai-nilai spiritual (ruhiyah) dalam dirinya. Karena kecerdasan adalah salah satu sifat Nabawi, maka seorang pemimpin nawabi juga akan mengejewantahkan nilai-nilai agama dan kenabian dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menjalankan kepemimpinannya. Seorang pemimpin cerdas harus rajin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berusaha meninggalkan apa yang tidak dibenarkan oleh-Nya dan Rasul-Nya. Seorang pemimpin yang cerdas akan menjadikan dirinya sebagai seorang yang religius dan menganggap bahwa kepemimpinan yang diembannya tersebut adalah amanah suci dari Allah SWT, sehingga dia tidak akan pernah menyia-nyiakannya.

Untuk meningkatkan kecerdasan spiritual ini, pemimpin harus mendekat kepada ulama dan tokoh-tokoh agama. Dia harus bersungguh-sungguh dalam meningkatkan iman dan takwa sebagai bekal dalam melaksanakan amanah kepemimpinan. Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim, maka sudah menjadi keniscayaan bagi seorang pemimpin agar selalu menjadikan para ulama dari berbagai kalangan sebagai penasihatnya. Seorang pemimpin yang cerdas secara spiritual akan senantiasa saling menasihati satu sama lain dalam kebenaran dan kesabaran.

Dikisahkan pada masa Amirul Mukminin Umar bin Khatab RA sungai Nil pernah kering, air tidak mengalir. Sebelum pemerintah Islam menguasai Mesir, upaya penduduk Mesir agar sungai Nil kembali mengalir adalah dengan membuang gadis perawan sebagai tumbal. Saat itu, gubernur Mesir dijabat oleh Amr bin Ash RA. Para penduduk Mesir menjumpai Amr RA dan mengeluhkan masalah yang mereka hadapi. Amr RA pun mengirim surat kepada Umar RA mengenai kondisi di Mesir. Dan Umar RA pun membalas surat Amr RA.

“Aku mengirim kepadamu sebuah surat di dalam suratku ini, maka lemparkanlah surat itu ke dalam sungai Nil.” Lalu Amr RA mengambil sebuah surat yang tertulis di dalamnya, “Dari hamba Allah, Umar Amirul Mukminin kepada sungai Nil-nya penduduk Mesir. Amma ba’du. Jika engkau mengalir seperti sebelumnya dan atas urusanmu, maka janganlah mengalir, karena kami tidak butuh denganmu. Dan jika kamu mengalir karena perintah Allah yang Maha Esa dan Maha Memaksa, Dialah yang mampu mengalirkanmu, maka kami memohon kepada Allah Ta’ala agar mengalirkanmu.” Amr RA pun melemparkan surat Umar RA itu ke dalam sungai Nil. Dan di malam harinya Allah SWT kembali mengalirkan sungai Nil dan memutus masa paceklik penduduk Mesir.

Semoga kita dikarunai pemimpin yang cerdas dalam segala hal, sehingga dapat berperan sebagaimana mestinya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melanda negeri ini. Pemimpin cerdas yang selalu dalam bimbingan Allah SWT. Wallahul Musta’an.


*) Tulisan ini pernah dimuat Majalah Tabligh edisi No. 09/XVI Muharram 1441/September-Oktober 2019

Pemimpin Profetik Berjiwa Tabligh


Muhammad Nasri Dini

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Pada dua edisi yang telah lalu Majalah Tabligh sudah memuat tulisan kami bertema Kepemimpinan Nubuwwah. Yaitu tulisan berjudul “Pemimpin yang Shiddiq” pada edisi No.06/XVI dan “Kepemimpinan Adalah Amanah” pada edisi No.07/XVI. Pada edisi kali ini, penulis akan mencoba menyajikan tulisan lanjutan sederhana bertema Kepemimpinan Nubuwwah dengan sub pembahasan tentang “Pemimpin yang Tabligh”.

Pemimpin dengan jiwa Nabawi haruslah mempunyai sifat Nabawi pula. Tabligh atau komunikatif  merupakan pondasi ketiga yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin sejati. Artinya pemimpin haruslah senantiasa mau berkomunikasi dengan rakyatnya. Kemampuan berkomunikasi yang baik mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena ia tidak berhadapan dengan benda mati, tetapi pemimpin berhadapan dengan makhluk hidup, dalam hal ini rakyat, manusia yang memiliki pola komunikasi berbeda-beda.

Pemimpin Tabligh selalu terbuka dan tidak menutup diri dari rakyatnya. Terbuka tidak hanya saat butuh saja kepada rakyat dalam rangka pencitraan, tetapi senantiasa ada dan mau berkomunikasi dengan rakyat. Pemimpin dituntut untuk membuka diri kepada rakyatnya, sehingga mendapat simpati dan juga rasa cinta dari rakyatnya. Keterbukaan seorang pemimpin kepada rakyatnya juga akan mampu membangun kepercayaan rakyat untuk melakukan komunikasi dengannya.

Kepemimpinan yang tabligh akan selalu mau berkomunikasi dengan rakyat, siapapun rakyat yang ingin bertemu dan berbicara dengannya. Tidak hanya menemui orang-orang yang setuju dengannya saja. Tidak hanya menemui orang-orang yang memiliki modal saja. Tidak hanya bertemu dan berbicara dengan teman-teman politiknya saja dan menemui lawan politik hanya untuk kepentingan sesaat saja.

Seperti halnya Rasulullah SAW yang pernah ditegur Allah SWT dalam surat ‘Abasa karena masalah komunikasi. Beliau ditegur karena memalingkan muka dari Sahabat Abdullah Umi Maktum RA, seorang ‘rakyat kecil’ yang meminta diajarkan suatu perkara dalam Islam karena beliau memilih berkomunikasi dan berdakwah kepada para pembesar Quraisy. Meskipun komunikasi yang dilakukan Rasulullah SAW dengan orang-orang Quraisy tersebut sebenarnya juga hal yang penting, namun meremehkan rakyat kecil seperti Abdullah bin Umi Maktum RA juga tidak dibenarkan oleh Allah SWT. Artinya seorang pemimpin tidak boleh membeda-bedakan antara mereka dalam hal ini.

Pada sisi yang lain seorang pemimpin komunikatif juga harus memperhatikan dengan siapa dia berbicara. Dia harus menyesuaikan penggunaan bahasa yang tepat saat berkomunikasi agar bisa diterima dengan baik. Pola komunikasi yang baik memiliki korelasi yang erat sekali dengan kepemimpinan. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat berkomunikasi dengan baik pula. Kemampuan berkomunikasi akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Karena kemampuan berkomunikasi seorang pemimpin, juga akan mempengaruhi perilaku bawahannya, termasuk dalam hal komunikasi.

Rasulullah SAW selalu berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang dihadapinya. Dengan anak muda yang mempunyai semangat menggebu-gebu, pasti ada pola komunikasi khas yang harus dibangun. Sebagaimana pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Mari kita simak percakapan Rasulullah SAW dengan seorang pemuda yang ingin berzina berikut ini.

Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!” Orang-orang pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, “Diam kamu! Diam!” Rasulullah SAW berkata, “Mendekatlah.” Pemuda itu pun mendekat lalu duduk. Nabi SAW bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?” “Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu. “Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai.” Rasulullah SAW melanjutkan, “Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?” “Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” pemuda itu kembali menjawab. “Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai.” “Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?” “Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” “Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai.” “Relakah engkau jika bibi -dari jalur bapakmu- dizinai?” “Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” “Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.” “Relakah engkau jika bibi -dari jalur ibumu- dizinai?” “Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” “Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.” Lalu Rasulullah SAW meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”

Jawaban Rasulullah SAW ini tentu tidak akan muncul jika beliau bukan seorang yang komunikatif. Tentang pola komunikasi yang komunikatif ini juga pernah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim saat berdebat dengan Namrud. Nabi Ibrahim AS dikenal dengan nabi yang intensif berdakwah kepada keluarga, masyarakat, bahkan penguasanya saat itu. Dari beliau kita bisa belajar tentang macam-macam strategi atau metode dakwah, termasuk dalam hal berkomunikasi. Ibrahim AS adalah Nabi yang dikaruniai Allah SWT kecerdasan. Dari Nabi Ibrahim AS kita akan belajar tentang tabligh yang mengagumkan. Komunikasi yang nampaknya sepele, namun dengan lugas dan tegas dapat mematahkan argumentasi lemah orang-orang kafir penyembah berhala. Seperti yang diceritakan Allah SWT dalam firman-Nya, “Mereka bertanya: ‘Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?’ Ibrahim menjawab: ‘Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.’ Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): ‘Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.’ Ibrahim berkata: ‘Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?’” (QS. Al Anbiya [21]: 61-66)

Nabi Ibrahim AS sama sekali tidak bermaksud berdusta kepada kaumnya dengan mengatakan bahwa patung besarlah yang menghancurkan patung lainnya sebagaimana yang dijawabkan Nabi Ibrahim AS pada mereka. Tetapi beliau sedang berusaha membangun komunikasi dengan menyadarkan akal sehat dan membuka pikiran kaumnya bahwa patung-patung itu sebenarnya tidak bisa berbuat apa-apa. Berbicara, melihat, mendengar, apalagi harus mengusir dan melawan saat ada tangan yang akan menyentuh dan menghancurkan mereka. Membela diri sendiri saja mereka sama sekali tidak mampu, apalagi jika harus memenuhi doa permintaan dari para penyembah dan pemujanya. Laa haulaa walaa quwwata illa billah...

Tentang komunikasi cerdas Nabi Ibrahim AS ini Al-Qur‘an juga menceritakan dalam surat yang lain. Allah SWT berfirman, “Ketika Ibrahim mengatakan: ‘Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan.’ Orang itu (Namrudz) berkata: ‘Saya dapat menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat.’ Lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 258)

Pemimpin komunikatif akan selalu berusaha menghindari terjadinya salah pengertian dalam setiap apa yang diucapkannya. Dia selalu berbicara dengan tenang dan jelas. Seorang pemimpin komunikatif juga akan selalu mengatur untaian kata demi kata yang dia ucapkan. Kalimat demi kalimat yang dia sampaikan juga akan selalu tersusun dengan rapi sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya.

Maka sangat disayangkan jika ada seorang pemimpin yang tidak paham cara berkomunikasi dengan baik dan tergesa-gesa dalam berkata. Ia akan dengan mudah ‘dibantah’ oleh bawahannya saat salah berucap. Seperti halnya seorang presiden di negeri antah berantah yang katanya akan melepaskan seorang ulama tua dari penjara karena alasan kemanusiaan. Karena salah komunikasi, beberapa saat setelahnya langsung dibantah oleh menterinya. Dan nyatanya pernyataan menterinya yang terbukti kebenarannya.

Masih di negeri antah berantah, para pembantu penguasa juga banyak yang kurang atau bahkan tidak bijak dalam berkomunikasi dengan rakyatnya. Saat banyak masalah melanda, mereka justru bercanda tidak pada tempatnya. Pajak listrik naik, cabut meteran agar irit. Harga cabe naik, suruh tanam sendiri. Mereka, para pemimpin itu harus lebih memperhatikan lagi apa saja dampak dari ucapan yang keluar dari lisannya. Karena ucapan seorang pejabat jauh lebih berdampak dari pada sekedar ucapan masyarakat awam. Rasulullah SAW bersabda, “Muslim sejati adalah orang yang kaum muslimin lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keberhasilan seorang pemimpin juga dilihat dari keberhasilan komunikasi mereka dengan rakyatnya. Semoga pola-pola komunikasi yang dilakukan para pemimpin di negeri ini tidak hanya sebatas pencitraan diri semata, tapi benar-benar dalam rangka membangun komunikasi yang baik dengan rakyatnya. Wallahu a’lam

*) Tulisan ini pernah dimuat Majalah Tabligh edisi No. 08/XVI Zulhijah 1440/Agustus-September 2019

Peringati HUT ke-74 RI, SMP Imam Syuhodo Gelar Berbagai Lomba


Sukoharjo - Dalam rangka memperingati HUT ke-74 RI, SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo menggelar kegiatan dengan beragam lomba menarik dan seru di sekolah setempat, Kamis-Jumat (15-16/08/2019). Seluruh santri dan asatidzah mengikuti kegiatan tersebut dengan keceriaan dan penuh semangat.


Ketua Panitia HUT ke-74 RI di SMP Imam Syuhodo Ridwan Raharjo Putro, S.Pd mengungkapkan bahwa ada beberapa lomba yang digelar di sekolah dalam rangka memeriahkan peringatan HUT ke-74 RI tahun ini.


"Di antaranya ada lomba futsal, memasak, geguritan, puisi, seni kaligrafi dan pidato bahasa Inggris. Kegiatan ini dilaksanakan dalam dua hari, yaitu Kamis untuk lomba futsal (putra) dan memasak (putri) dan Jumatnya untuk geguritan, puisi, seni kaligrafi dan pidato bahasa Inggris," terangnya.


Guru Mapel Olahraga SMP Imam Syuhodo ini juga menambahkan, berbagai macam lomba ini diikuti oleh semua santri. Sedangkan upacara bendera pada tanggal 17 Agustus dilaksanakan bersama-sama di Lapangan Desa Mranggen memenuhi undangan Pemerintah Kecamatan Polokarto.


"Untuk lomba kaligrafi diikuti oleh semua santri, lomba futsal dan beberapa lomba yang lain diikuti perwakilan kelas, sedangkan lomba memasak dibagi kelompok tanpa memandang kelas," tambahnya.



Pengumuman pemenang dilakukan oleh panitia pada saat pembinaan Senin pagi, (19/8/2019). Berikut daftar pemenang lomba di SMP Imam Syuhodo:

Geguritan:
1. REGINA FADILLA KENDRADINATA HERIKA
2. ZAKIYAH SARIFAH

Puisi:
1. AMBAR SURYADARI
2. JANUARI PUTRI WIJAYANTI

Pidato Bahasa Inggris
1. MUHAMMAD RIZAL AL AMIN
2. MUHAMMAD FAUZAN

Kaligrafi:
1. DAVIAN ABUD ADITAMA
2. DEBBY NOVIANA PUTRI

Memasak:
1. Kelompok III
2. Kelompok I

Futsal:
1. Kelas 8
2. Kelas 9
3. Kelas 7

Juara Umum: KELAS 7

SMP Imam Syuhodo Berbagi Qurban di Penghujung Tasyrik


Sukoharjo - SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo menggelar kegiatan latihan qurban pada bulan Dzulhijjah tahun 1440 H. Kegiatan diselenggarakan di sekolah setempat pada hari terakhir tasyrik, Rabu (14/08/2019).


Ketua Panitia Qurban SMP Imam Syuhodo Faishal Ramadhan, S.Pd mengatakan, kegiatan ini bertujuan di antaranya melatih santri bagaimana cara penyembelihan hewan qurban dengan benar serta mendidik pentingnya solidaritas dan berbagi pada sesama, utamanya kepada orang-orang yang kurang mampu.


Selain itu, kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun dan merupakan agenda rutin sekolah ini bertujuan  untuk mendidik para santri SMP Imam Syuhodo agar dapat meneladani Nabi Ibrahim AS, bapak para nabi yang merupakan manusia pertama di mana syariat qurban tersebut berasal.


Tahun ini SMP Imam Syuhodo menyembelih 3 ekor kambing. Acara penyembelihan qurban dimulai jam 08.00 WIB dengan disaksikan oleh para santri. Selain penyembelihan hewan qurban, kegiatan ini juga diisi dengan memasak dan makan bersama daging qurban, juga pembagian daging qurban.


Kegiatan memasak dan makan bersama dimaksudkan untuk mendidik para santri agar mengetahui bahwa dalam hewan qurban yang disembelih itu juga ada hak bagi yang berqurban, sedangkan pembagian hewan qurban kepada masyarakat mengajarkan tentang berbagi. Ada tiga titik tempat distribusi hewan daging qurban tahun ini, yaitu Kaliduren, Jatisobo dan Karangwuni.

Polsek Polokarto Bina Santri SMP Imam Syuhodo


Sukoharjo - Santri SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo mendapatkan pembinaan dari Kepolisian Sektor Pokokarto, Senin (29/07/2019). Pembinaan yang diberikan oleh Polsek Polokarto tersebut dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembinaan lapangan Senin pagi yang sudah rutin menjadi agenda sekolah.

Kepada seluruh santri SMP Imam Syuhodo Ipda Warsino dari Polsek Polokarto selaku pembina apel pagi itu menyampaikan tentang pentingnya menjaga kondusifitas lingkungan utamanya di Desa Wonorejo tempat SMP Imam Syuhodo berada, juga Kecamatan Polokarto secara umum.

"Kami sudah berkeliling dari sekolah satu ke sekolah yang lain di Kecamatan Polokarto ini, mulai dari SMP Negeri 1 hingga SMP Negeri 4 Polokarto. Kami menghimbau kepada para siswa khususnya di tingkat SMP untuk bisa menjaga ketertiban lingkungan, termasuk ketertiban dalam berlalu lintas," ujarnya.

Ipda Warsino juga berpesan kepada seluruh santri SMP Imam Syuhodo agar tidak mengendarai kendaraan bermotor saat berangkat ke sekolah karena hal tersebut belum waktunya.

"Karena adik-adik ini belum cukup umur, belum mempunyai KTP apalagi SIM, maka dari pihak kepolisian melarang adik-adik semua untuk naik motor sendiri ke sekolah. Jangan sampai adik-adik melanggar aturan yang ada, apalagi dengan menitipkan motor di parkiran yang berada di luar sekolah," tambahnya.

Menurutnya hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesia. Dirinya menasihatkan kepada santri-santri SMP Imam Syuhodo agar bisa menjadi warga negara yang baik.

Terpisah, Bagian Kesantrian SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Ustadz Andika Rahmawan berpesan kepada orangtua/wali santri agar bisa meluangkan waktu mengantar dan menjemput putra putrinya saat berangkat dan pulang sekolah.

"Untuk itu kami berharap Ayah Bunda bisa meluangkan sejenak waktunya dalam perjuangan ananda semuanya dalam antar dan jemput, sebagai salah satu bentuk pendampingan Ayah Bunda untuk ananda," pesannya.

Kehadiran Ipda Warsino di SMP Imam Syuhodo didampingi Babinkamtibmas Desa Wonorejo Bripka Andi B. Dirinya juga berharap ke depan SMP Imam Syuhodo dapat terus menjalin kerjasama yang baik dengan Polsek Polokarto, salah satunya melalui Bripka Andi yang sehari-harinya bertugas di Desa Wonorejo.