Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Langkah Muhammadiyah 5: Menguatkan Persatuan



Muhammad Nasri Dini

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Majalah Tabligh dalam rubrik Sajian Khusus pada beberapa edisi terakhir telah menampilkan 4 tulisan bersambung tentang “Tafsir Langkah Muhammadiyah (1938-1940)”, yaitu: (1) Memperdalam Masuknya Iman; (2) Memperluas Paham Agama; (3) Memperbuahkan Budi Pekerti; dan (4) Menuntun Amalan Intiqad. Selanjutnya, salah satu agenda besar Muhammadiyah yang dicanangkan pada masa kepemimpinan KH. Mas Mansur (Ketua HB Muhammadiyah 1937-1942) tersebut adalah “Menguatkan Persatuan”. Ini merupakan langkah kelima dari dua belas langkah yang digerakkan persyarikatan.

 

Mengawali penjelasan tentang Langkah Muhammadiyah kelima ini, KH. Mas Mansur menasihatkan kepada kita, “Hendaklah menjadi tujuan kita juga, akan menguatkan persatuan organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita, serta mempersamakan hak-hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita.” (Tafsir Langkah hlm.53)

 

Persatuan adalah salah satu hal yang didakwahkan dalam ajaran Islam. Bahkan ia termasuk tujuan syariat yang paling penting dalam agama ini. Karenanya Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Rasulullah SAW dalam hadits-haditsnya banyak menyerukan tentangnya. Kalau diperhatikan dengan sekilas saja, kita akan melihat prioritas Islam terhadap persatuan ini sangat terasa. Di antaranya adalah ajaran Islam tentang Tuhan yang satu, aqidah yang satu, syahadat yang satu, kitab yang satu. Termasuk juga dalam beribadah, Islam mengajarkan umatnya untuk menghadapkan wajahnya sehari lima kali kepada kiblat yang satu. Shalat berjamaah di masjid dalam waktu bersamaan merupakan salah satu bentuk persatuan kaum muslimin. Dalam ibadah haji juga terkandung syariat persatuan dan persamaan, semua sama di hadapan Allah SWT saat berada di rumahnya yang mulia, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

 

Allah SWT berfirman,

 

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

 

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” [QS. Ali Imran (3): 103]

 

Rasulullah SAW bersabda,

 

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

 

“Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” Lalu beliau SAW menautkan antar jari-jemarinya. [Muttafaq ‘alaih]

 

Dalam “Tafsir Langkah Muhammadiyah” disebutkan bahwa persatuan setidaknya mengandung tiga tujuan di dalamnya. Di antaranya: (1) Menguatkan persatuan organisasi; (2) Mengokohkan pergaulan persaudaraan; dan (3) Mempersamakan hak-hak dan memberikan kemerdekaan lahirnya pikiran. [Tafsir Langkah hlm. 54]

 

Menguatkan Persatuan Organisasi

Sebagai seorang yang sudah mewakafkan dirinya untuk berjuang dalam organisasi, dalam hal ini Muhammadiyah, tentu sudah sepantasnya untuk selalu bisa menjunjung tinggi persatuan di dalamnya. Bukan dalam rangka ashabiyah (fanatik) atau berbangga-bangga secara berlebihan terhadap organisasi di mana kita bernaung. Tapi organisasi tak akan bisa berdiri dengan tegak saat orang-orang di dalamnya tidak kompak dan bersatu untuk memajukan organisasinya tersebut. Maka kekompakan dan soliditas dalam ber-Muhammadiyah harus selalu dijaga. Agar dakwah tauhid, amar makruf nahi munkar yang diusung oleh Muhammadiyah dapat selalu terjaga pula.

 

KH. Mas Mansur berkata, “Jalan untuk mencapai itu, hendaklah semua peraturan-peraturan persyarikatan kita, peraturan-peraturan dalam rumah tangga, peraturan-peraturan luar rumah tangga dan sebagainya, harus dibicarakan bersama-sama di tempat yang telah ditetapkan dalam huishoudelyk reglement (Belanda: AD/ART-red) serta segala putusannya harus dijunjung tinggi dan dipegang teguh, selalu diingat-ingat dan segera diamalkan dengan seksama. Dengan jalan yang demikian, niscaya akan kuat dan bersatulah organisasi persyarikatan kita.” [Tafsir Langkah hlm. 54-55]

 

Mengokohkan Pergaulan Persaudaraan

Kalau pada poin sebelumnya adalah mengokohkan persatuan intern Muhammadiyah, maka pada poin ini KH. Mas Mansur mengajak kita semua untuk selalu mengutamakan persatuan dan persaudaraan antar sesama kaum muslimin.

 

Allah SWT berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

 

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” [QS. Al Hujurat (49): 10]

 

Buya Yunahar Ilyas (rahimahullah) pernah berpesan bahwa umat Islam harus seperti dua tangan yang saling membantu dan saling melengkapi. Jangan menjadi seperti dua telinga yang tidak akan pernah ketemu. Meskipun dalam membangun ukhuwah Islamiyah tidak harus menghapuskan ikatan primordialisme, seperti ormas-ormas, partai-partai dan kelompok-kelompok. Dalam konteks berbangsa, bernegara, juga sesama warga dunia, pergaulan yang baik antar sesama manusia juga tidak boleh dikesampingkan.

 

Allah SWT berfirman,

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS. Al Hujurat (49): 13]

 

Dalam Tafsir Langkah Muhammadiyah dikatakan oleh KH. Mas Mansur, “Al-Qur’an dan hadits Nabi telah memberi tuntunan yang cukup tentang pergaulan yang kokoh, dan pula telah memberi petunjuk jalan-jalan yang menuju kepada persatuan itu. Maka ihtiar yang terutama, tinggallah kita mengamalkan saja segala yang telah dipimpinkan oleh kedua tuntunan tersebut, dengan jalan menghati-hati yang penuh kemauan.” [Tafsir Lagkah hlm. 55]

 

Tahapan Persatuan

Setidaknya ada tiga tahapan yang harus dilakukan untuk mencapai persaudaraan dalam Islam. Di antaranya yaitu Pertama, Ta’aruf, yaitu saling mengenal. Tahap awal untuk mencapai persatuan adalah dengan saling mengenal. Hal ini seperti yang telah dijelaskan Allah SWT dalam surat Al Hujurat ayat 13 di atas, bahwa manusia memang diciptakan untuk mengenal satu sama lain. Ada persamaan satu dengan yang lain yang harus dikenal, tentu ada pula perbedaan di antara sesama manusia tersebut.

 

Kedua, Tafahum, yaitu saling memahami. Setelah saling mengenal, maka tahapan selanjutnya adalah saling memahami. Termasuk saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing. Agar sebagai sesama manusia, kita bisa saling memaklumi kekurangan orang lain, menutupinya dan bisa melengkapinya dengan kelebihan yang kita punyai. Tafahum juga melazimkan kita untuk saling menghormati dan bertoleransi satu sama lain. Karena saat nilai-nilai tafahum ini telah melekat dalam diri kita, maka kita pun akan bisa merasakan seperti apa yang dirasakan oleh orang lain.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حتَّى يُحِبَّ لأَخيهِ ما يُحِبُّ لِنَفسه

 

“Tidaklah beriman salah seorang kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana apa saja yang ia sukai untuk dirinya sendiri (yakni kebaikan).” [HR. Bukhari-Muslim]

 

Ketiga, Ta’awun, yaitu tolong menolong. Karena sesama muslim adalah bersaudara, maka apapun yang kita sanggup dan punyai, wajib kita persembahkan untuk menolong sesama kita yang sedang ditimpa dengan ujian kesusahan oleh Allah SWT. Karena kepedulian terhadap sesama muslim merupakan tuntutan dari kesempurnaan iman.

 

Allah SWT berfirman,

 

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ

 

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.” [QS. At-Taubah (8): 71]

 

Nabi SAW bersabda, “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]

 

Selain tiga tahapan di atas, beberapa hal yang bisa dilakukan selanjutnya dalam rangka mengokohkan persatuan adalah dengan takaful (saling menjamin) dan itsar (mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan diri sendiri).

 

Persatuan merupakan hal yang tidak mudah untuk diraih. Karenanya Allah SWT juga berpesan agar kita bersabar untuk menuju kepada hal tersebut. Allah SWT berfirman,

 

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

 

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [QS. Al Anfal (8): 46]

 

KH. Mas Mansur berkata, “Persatuan, suatu syarat yang pokok di dalam mencapai kekokohan dan kekuatan. Kerajaan-kerajaan, perkumpulan-perkumpulan yang jatuh dan tidak berkekuatan, kalau kita selidiki sebab-sebabnya, tentu akan terdapat, bahwa setengah daripada sebabnya ialah: tidak adanya persatuan. Begitu pun sebaliknya, kerajaan atau perkumpulan yang kokoh dan tegak itu, adalah disebabkan dari kokohnya persatuan mereka.” [Tafsir Langkah hlm. 53]

 

Tidak hanya berhenti pada slogan, “umat Islam bersatu, tak bisa dikalahkan”, semoga dengan menggerakkan kembali persatuan dan ukhuwah antar umat Islam serta sesama manusia, Muhammadiyah bisa berkontribusi nyata untuk terciptanya baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Yaitu suatu negeri yang baik dan dicita-citakan, yang rakyat dan pemimpinnya diampuni dan diridhai oleh Allah SWT. Wallahu a’lam

 

*) Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Sajian Khusus Majalah Tabligh edisi No. 2/XVIII Jumadil Akhir 1441/15 Februari 2020 - 15 Maret 2020

Khutbah Jumat: Menyikapi Virus Corona


Khutbah Jumat: Menyikapi Virus Corona

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  أَمَّا بَعْدُ

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...
Alhamdulillah. Setelah bersyukur kepada Allah SWT dan bershalawat atas Rasulullah SAW, marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...
Belakangan ini, ramai diperbincangkan di negara kita, bahkan di seluruh dunia tentang muncul dan mewabahnya penyakit yang meresahkan dan menakutkan, yang disebut dengan Virus Corona. Kewajiban seorang muslim pada setiap keadaan, termasuk tatkala muncul musibah adalah dengan selalu bertakwa dan berpegang teguh kepada petunjuk Allah SWT dan Rasulullah SAW. Saat membahas tentang masalah dan hal-hal untuk menanggulanginya, hendaklah selalu dibangun di atas asas yang syar’i. Berikut beberapa nasihat terkait kejadian ini.

Pertama, Tawakal kepada Allah
Dalam segala kondisi, seorang muslim wajib bergantung kepada Allah SWT, bertawakal dan berkeyakinan bahwa segala perkara di bawah kuasa Allah. Allah SWT berfirman:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)

Maka sepantasnya seorang muslim menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT. Dengan cara berharap, bersandar, bertawakal dan tidak mencari kesembuhan, keselamatan ataupun kesehatan kecuali hanya dari Allah SWT.

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...
Kedua, Takwa Kepada Allah
Wajib bagi setiap muslim untuk menjaga hak-hak Allah SWT. Yakni dengan mengerjakan ketaatan, menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Nabi SAW bersabda,

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ

Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Al-Hakim)

Takwa merupakan sebab keselamatan dan penjagaan Allah SWT di dunia dan akhirat. Kalaupun dengan bertakwa tetap tertimpa musibah, maka itu justru akan semakin mengangkat tinggi derajat kita di sisi Allah SWT.

Ketiga, Berikhtiar dan berusaha
Islam mengajarkan kita untuk berusaha dan berupaya guna mengobati penyakit, baik pencegahan maupun penyembuhan. Hal ini tidak bertolak belakang dengan sikap tawakal. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di pagi hari memakan tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak akan terkena racun dan sihir pada hari itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Untuk menghadapi wabah ini, Nabi SAW bersabda, “Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...
Keempat, Jangan hanyut dengan hoax
Seorang muslim seharusnya tidak gampang terpengaruh kabar-kabar dusta. Karena sebagian orang dalam situasi seperti ini mudah menyebarkan hal yang belum jelas kebenarannya, sehingga justru berakibat munculnya keresahan di masyarakat. Allah SWT berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6)

Kelima, Bersabar
Allah SWT berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ, الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ. أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (segala sesuatu milik Allah dan kembali kepada Allah). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”  (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Musibah yang menimpa seorang muslim, entah kepada dirinya, keluarganya, hartanya, dan sebagainya, jika diterima dengan sabar dan lapang dada, niscaya akan meninggikan derajat di sisi Allah SWT. Maka tatkala musibah datang, seyogyanya kita niatkan untuk mendapat ridha dan pahala Allah SWT. Jika dikaruniai kesembuhan, bersyukurlah. Sehingga pahala pun juga akan diraih. InsyaAllah.

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...
Keenam, Memperkuat Diri Dengan Zikir
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat:

بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ

(dengan nama Allah yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, maka tidak aka nada apa pun yang membahayakannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Salah satu benteng untuk memperkuat diri kita adalah dengan banyak berzikir dengan zikir-zikir yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW; zikir pagi dan petang, zikir setelah shalat, dan yang lainnya. Sebagai perlindungan diri, Rasulullah SAW juga mengajarkan untuk rajin membaca ayat kursi, dua ayat terakhir Al Baqarah, tiga surat qul di urutan terakhir Al Qur’an, dan yang lainnya.

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...
Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah SWT memberi taufik dan hidayah. Aamiin...

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...
Sesungguhnya musibah yang paling besar adalah musibah yang menimpa keimanan. Ini merupakan ujian yang paling besar di dunia dan akhirat. Sebab menyeret kepada puncak kesengsaraan yang tak berujung. Syuraih Al-Qadhi berkata, “Sesungguhnya aku ditimpa musibah dan aku memuji kepada Allah karena empat hal: (1) Aku memuji Allah atas ujian yang tidak lebih besar dari yang menimpa ini; (2) Aku memuji Allah tatkala aku diberikan kesabaran atasnya; (3) Aku memuji Allah karena diberikan taufik mengucapkan kalimat Istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un) hingga mengapai pahalanya; (4) Aku memuji Allah karena musibah yang menimpaku bukan musibah dalam agamaku.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.