Muhammad Nasri Dini
Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo
Majalah
Tabligh dalam rubrik Sajian Khusus pada beberapa edisi terakhir telah
menampilkan 4 tulisan bersambung tentang “Tafsir Langkah Muhammadiyah
(1938-1940)”, yaitu: (1) Memperdalam Masuknya Iman; (2) Memperluas Paham Agama;
(3) Memperbuahkan Budi Pekerti; dan (4) Menuntun Amalan Intiqad. Selanjutnya,
salah satu agenda besar Muhammadiyah yang dicanangkan pada masa kepemimpinan
KH. Mas Mansur (Ketua HB Muhammadiyah 1937-1942) tersebut adalah “Menguatkan
Persatuan”. Ini merupakan langkah kelima dari dua belas langkah yang digerakkan
persyarikatan.
Mengawali
penjelasan tentang Langkah Muhammadiyah kelima ini, KH. Mas Mansur menasihatkan
kepada kita, “Hendaklah menjadi tujuan kita juga, akan menguatkan persatuan
organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita, serta mempersamakan
hak-hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita.” (Tafsir Langkah
hlm.53)
Persatuan
adalah salah satu hal yang didakwahkan dalam ajaran Islam. Bahkan ia termasuk
tujuan syariat yang paling penting dalam agama ini. Karenanya Allah SWT dalam
Al-Qur’an dan Rasulullah SAW dalam hadits-haditsnya banyak menyerukan
tentangnya. Kalau diperhatikan dengan sekilas saja, kita akan melihat prioritas
Islam terhadap persatuan ini sangat terasa. Di antaranya adalah ajaran Islam
tentang Tuhan yang satu, aqidah yang satu, syahadat yang satu, kitab yang satu.
Termasuk juga dalam beribadah, Islam mengajarkan umatnya untuk menghadapkan
wajahnya sehari lima kali kepada kiblat yang satu. Shalat berjamaah di masjid
dalam waktu bersamaan merupakan salah satu bentuk persatuan kaum muslimin.
Dalam ibadah haji juga terkandung syariat persatuan dan persamaan, semua sama
di hadapan Allah SWT saat berada di rumahnya yang mulia, Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi.
Allah
SWT berfirman,
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ
شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ
كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.” [QS. Ali Imran (3): 103]
Rasulullah
SAW bersabda,
الْمُؤْمِنُ
لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang
mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan, satu dengan yang lainnya
saling menguatkan.” Lalu beliau SAW menautkan antar jari-jemarinya. [Muttafaq
‘alaih]
Dalam
“Tafsir Langkah Muhammadiyah” disebutkan bahwa persatuan setidaknya mengandung
tiga tujuan di dalamnya. Di antaranya: (1) Menguatkan persatuan organisasi; (2)
Mengokohkan pergaulan persaudaraan; dan (3) Mempersamakan hak-hak dan
memberikan kemerdekaan lahirnya pikiran. [Tafsir Langkah hlm. 54]
Menguatkan
Persatuan Organisasi
Sebagai
seorang yang sudah mewakafkan dirinya untuk berjuang dalam organisasi, dalam
hal ini Muhammadiyah, tentu sudah sepantasnya untuk selalu bisa menjunjung
tinggi persatuan di dalamnya. Bukan dalam rangka ashabiyah (fanatik) atau
berbangga-bangga secara berlebihan terhadap organisasi di mana kita bernaung.
Tapi organisasi tak akan bisa berdiri dengan tegak saat orang-orang di dalamnya
tidak kompak dan bersatu untuk memajukan organisasinya tersebut. Maka kekompakan
dan soliditas dalam ber-Muhammadiyah harus selalu dijaga. Agar dakwah tauhid,
amar makruf nahi munkar yang diusung oleh Muhammadiyah dapat selalu terjaga
pula.
KH.
Mas Mansur berkata, “Jalan untuk mencapai itu, hendaklah semua peraturan-peraturan
persyarikatan kita, peraturan-peraturan dalam rumah tangga, peraturan-peraturan
luar rumah tangga dan sebagainya, harus dibicarakan bersama-sama di tempat yang
telah ditetapkan dalam huishoudelyk reglement (Belanda: AD/ART-red) serta
segala putusannya harus dijunjung tinggi dan dipegang teguh, selalu
diingat-ingat dan segera diamalkan dengan seksama. Dengan jalan yang demikian,
niscaya akan kuat dan bersatulah organisasi persyarikatan kita.” [Tafsir
Langkah hlm. 54-55]
Mengokohkan
Pergaulan Persaudaraan
Kalau
pada poin sebelumnya adalah mengokohkan persatuan intern Muhammadiyah, maka
pada poin ini KH. Mas Mansur mengajak kita semua untuk selalu mengutamakan
persatuan dan persaudaraan antar sesama kaum muslimin.
Allah
SWT berfirman,
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.” [QS. Al Hujurat (49): 10]
Buya
Yunahar Ilyas (rahimahullah) pernah berpesan bahwa umat Islam harus seperti dua
tangan yang saling membantu dan saling melengkapi. Jangan menjadi seperti dua
telinga yang tidak akan pernah ketemu. Meskipun dalam membangun ukhuwah
Islamiyah tidak harus menghapuskan ikatan primordialisme, seperti ormas-ormas,
partai-partai dan kelompok-kelompok. Dalam konteks berbangsa, bernegara, juga
sesama warga dunia, pergaulan yang baik antar sesama manusia juga tidak boleh
dikesampingkan.
Allah
SWT berfirman,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS. Al Hujurat (49): 13]
Dalam
Tafsir Langkah Muhammadiyah dikatakan oleh KH. Mas Mansur, “Al-Qur’an dan
hadits Nabi telah memberi tuntunan yang cukup tentang pergaulan yang kokoh, dan
pula telah memberi petunjuk jalan-jalan yang menuju kepada persatuan itu. Maka
ihtiar yang terutama, tinggallah kita mengamalkan saja segala yang telah
dipimpinkan oleh kedua tuntunan tersebut, dengan jalan menghati-hati yang penuh
kemauan.” [Tafsir Lagkah hlm. 55]
Tahapan
Persatuan
Setidaknya
ada tiga tahapan yang harus dilakukan untuk mencapai persaudaraan dalam Islam.
Di antaranya yaitu Pertama, Ta’aruf, yaitu saling mengenal. Tahap awal
untuk mencapai persatuan adalah dengan saling mengenal. Hal ini seperti yang
telah dijelaskan Allah SWT dalam surat Al Hujurat ayat 13 di atas, bahwa
manusia memang diciptakan untuk mengenal satu sama lain. Ada persamaan satu
dengan yang lain yang harus dikenal, tentu ada pula perbedaan di antara sesama manusia
tersebut.
Kedua,
Tafahum,
yaitu saling memahami. Setelah saling mengenal, maka tahapan selanjutnya adalah
saling memahami. Termasuk saling memahami kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Agar sebagai sesama manusia, kita bisa saling memaklumi kekurangan
orang lain, menutupinya dan bisa melengkapinya dengan kelebihan yang kita
punyai. Tafahum juga melazimkan kita untuk saling menghormati dan bertoleransi satu
sama lain. Karena saat nilai-nilai tafahum ini telah melekat dalam diri kita,
maka kita pun akan bisa merasakan seperti apa yang dirasakan oleh orang lain.
Rasulullah
SAW bersabda:
لا
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حتَّى يُحِبَّ لأَخيهِ ما يُحِبُّ لِنَفسه
“Tidaklah
beriman salah seorang kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana
apa saja yang ia sukai untuk dirinya sendiri (yakni kebaikan).” [HR.
Bukhari-Muslim]
Ketiga,
Ta’awun,
yaitu tolong menolong. Karena sesama muslim adalah bersaudara, maka apapun yang
kita sanggup dan punyai, wajib kita persembahkan untuk menolong sesama kita
yang sedang ditimpa dengan ujian kesusahan oleh Allah SWT. Karena kepedulian
terhadap sesama muslim merupakan tuntutan dari kesempurnaan iman.
Allah
SWT berfirman,
وَالْمُؤْمِنُوْنَ
وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ
“Dan
orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain.” [QS. At-Taubah (8): 71]
Nabi
SAW bersabda, “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi
dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota
tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]
Selain
tiga tahapan di atas, beberapa hal yang bisa dilakukan selanjutnya dalam rangka
mengokohkan persatuan adalah dengan takaful (saling menjamin) dan itsar
(mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan diri sendiri).
Persatuan
merupakan hal yang tidak mudah untuk diraih. Karenanya Allah SWT juga berpesan
agar kita bersabar untuk menuju kepada hal tersebut. Allah SWT berfirman,
وَأَطِيعُوا
اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ
وَاصْبِرُوا ۚ
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [QS. Al Anfal (8): 46]
KH.
Mas Mansur berkata, “Persatuan, suatu syarat yang pokok di dalam mencapai
kekokohan dan kekuatan. Kerajaan-kerajaan, perkumpulan-perkumpulan yang jatuh
dan tidak berkekuatan, kalau kita selidiki sebab-sebabnya, tentu akan terdapat,
bahwa setengah daripada sebabnya ialah: tidak adanya persatuan. Begitu pun
sebaliknya, kerajaan atau perkumpulan yang kokoh dan tegak itu, adalah
disebabkan dari kokohnya persatuan mereka.” [Tafsir Langkah hlm. 53]
Tidak
hanya berhenti pada slogan, “umat Islam bersatu, tak bisa dikalahkan”, semoga
dengan menggerakkan kembali persatuan dan ukhuwah antar umat Islam serta sesama
manusia, Muhammadiyah bisa berkontribusi nyata untuk terciptanya baldatun thayyibatun
wa rabbun ghafur. Yaitu suatu negeri yang baik dan dicita-citakan, yang rakyat
dan pemimpinnya diampuni dan diridhai oleh Allah SWT. Wallahu a’lam
*)
Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Sajian Khusus Majalah
Tabligh edisi No. 2/XVIII Jumadil Akhir 1441/15 Februari 2020 -
15 Maret 2020
Comments