Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Akan Dirikan SMP, PPTQ Shiratun Najah Studi Banding ke SMP Imam Syuhodo

 

Sukoharjo – SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo kembali kedatangan tamu istimewa. Tamu kali ini berasal dari Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an (PPTQ) Shiratun Najah, Miri, Sukoharjo, Rabu (23/11).

 

Kunjungan mereka di kampus SMP Imam Syuhodo itu, dalam rangka studi banding tentang pendirian dan pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Rombongan tersebut terdiri tim/panitia pendirian SMP/MTs Muhammadiyah Shiratun Najah yang dipimpin oleh Ustadzah Fauzia Nur Laili, M.M, selaku Ketua Tim Pendiri.

 

Ustadzah Laili dalam prakatanya menyampaikan bahwa Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Miri saat ini telah berhasil mengelola lembaga pendidikan dasar, yaitu MI Muhammadiyah Miri.

 

“Sayangnya MI yang sudah berkembang ini belum bisa kita fasilitasi untuk jenjang pendidikan lanjutannya. Selama ini mayoritas alumni MIM Miri yang rata-rata terdiri dari dua kelas kebanyakan melanjutkan ke sebuah MTs Negeri di Kabupaten Karanganyar, beberapa ada yang ke SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanyanyar dan beberapa yang lain melanjutkan ke pondok pesantren,” terangnya.

 

Ustadzah Laili melanjutkan, karena latar belakang itulah PRM Miri bercita-cita untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan setingkat SMP/MTs. Lembaga pendidikan tersebut di bawah naungan PPTQ Shiratun Najah yang sebelumnya sudah mengelola pendidikan setingkat Ma’had Aly.

 

“Insyaallah SMP/MTs yang akan kita dirikan nanti terdiri dari dua program, yaitu program pondok tahfizh khusus putra dan program unggulan non pondok untuk putra dan putri,” lanjutnya.

 

Kedatangan mereka pun disambut hangat oleh Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo yang didampingi oleh Ustadz Muh. Fatkhul Hajri, S.Pd dan Ustadz Andika Rahmawan, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Bendahara SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo.

 

Dalam sambutannya kepala SMP Imam Syuhodo menyampaikan akan memberikan bantuan apapun yang diperlukan untuk suksesnya pendirian SMP/MTs Muhammadiyah Shiratun Najah ini.

 

“Bismillah niatan kita dari SMP Imam Syuhodo adalah membantu, maka semaksimal mungkin kami akan berusaha untuk membantu. Semoga apa yang kita lakukan ini bisa menjadi tabungan pahala untuk kita semuanya,” harapnya.

 

Studi banding pun semakin hangat saat dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Beragam pertanyaan mereka ajukan. Mulai tentang legalitas sekolah, SDM, kurikulum sekolah, biaya pendidikan. Hingga berkaitan dengan pengeloaan RKAS dan hubungan antara sekolah/madrasah dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadyah.

 

Di akhir acara, Kepala SMP Imam Syuhodo mempersilakan jika ke depan PPTQ Shiratun Najah masih membutuhkan bantuan secara teknis agar bisa menghubungi SMP Imam Syuhodo. Hal ini dilakukan agar terwujud kemajuan bersama.

Akan Rintis Pesantren Tahfizh, SMP Muhammadiyah 2 Malang Belajar Ke Imam Syuhodo



Sukoharjo – Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo (PPMIS) Muhammadiyah Cabang Blimbing Sukoharjo menerima kunjungan tamu dari tim studi banding SMP Muhammadiyah 2 Inovatif Malang, Jumat (18/11/2022). Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Qatar komplek pesantren putri.

 

Tim studi banding SMP Muh. 2 Malang yang berjumlah 10 orang tersebut dipimpin langsung oleh Ustadz Supriyanto, M.Pd selaku Kepala Sekolah, dan diikuti oleh jajaran tim manajemen sekolah tersebut yang meliputi wakil kepala sekolah, bendahara hingga pengurus BPH.

 

Sedangkan tuan rumah yang menyambut di antaranya dari Manajemen Pesantren ada Wakil Direktur PPMIS Ustadz Kamaludin Irsyad, Lc, M.A, Pengasuh Asrama Putri KH. Masykur, M.Pd.I, Kepala unit MTs Ustadz Muh. Isa Malik Ibrahim, S.Pd.I beserta beberapa jajaran asatidzah, dan Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo M. Nasri Dini, M.Pd dan bendahara sekolah Ustadz Andika Rahmawan. Hadir pula beberapa pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing, yaitu Ustadz Qiqin Afandi (wakil ketua), Ustadz Agus Susilo, S.Pd.I (sekretaris), dan Ustadz Sarwanto, S.Ag (Ketua Majelis Tabligh).

 

Dalam sambutannya, Wakil Direktur Bidang Humas, Ustadz Kamaludin Irsyad, Lc, M.H menyambut baik dan menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas kunjungan dari SMP Muh. 2 Malang ke Imam Syuhodo.

 

“Pada prinsipnya, kami siap berbagi dengan bapak ibu sekalian, tentang program-program yang kami jalankan, termasuk berbagai program yang telah, sedang, dan bahkan yang saat ini sedang kami rintis. Karena menurut kami, bagi sesama amal usaha Muhammadiyah tidak ada istilahnya rahasia dapur. Semuanya akan kami sampaikan,” ungkapnya.

 

Sementara itu dalam prakatanya, Ustadz Supriyanto menyatakan bahwa pihaknya ingin belajar tentang seluk beluk pengelolaan boarding atau pondok pesantren. Mengingat selama ini SMP Muh. 2 Malang baru mengelola program fullday, meskipun juga sudah dengan beberapa pilihan, di antaranya yaitu kelas peminatan tahfizh dan bahasa Inggris.

 

“Jadi ceritanya beberapa waktu lalu kami di SMP Muh. 2 Malang diamanahi oleh PCM kami, yaitu PCM Blimbing Malang, sebuah bangunan yang diberikan kepada kami untuk dikelola sebagai asrama tahfizh. Maka kami ingin belajar kepada Imam Syuhodo, bagaimana sistem pesantren, bagaimana kurikulumnya, dan yang lain,” papar Ustadz Supri.

 

Ustadz Malik selaku kepala unit MTs di PPMIS mengungkapkan bahwa madrasahnya hampir sama dengan SMP Muh. 2 Malang, yaitu sekolah formalnya lebih dulu berdiri, dan kemudian baru disusul dengan berdirinya pesantren.

 

“Jadi kurikulum di MTs kami ada beberapa macam, yaitu kurikulum negara di bawah Kementerian Agama dan kurikulum pesantren di bawah Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) PP Muhammadiyah. Prosentase antara kedua kurikulum ini 50:50. Kurikulum pesantren unit MTs ini juga integral dengan kurikulum pesantren di unit SMA,” terangnya.

 

Kepala SMP Muh. Imam Syuhodo menyampaikan bahwa sekolahnya setahun berjalan ini juga baru merintis program pesantren tahfizh setelah 5 tahun berjalan dengan program fullday.

 

“Sekolah kami ada kemiripan dengan SMP Muh. 2 Malang, sama-sama merintis tahfizh dengan model asrama. Menurut kami ini lebih fleksibel karena hampir semua pelajarannya adalah hafalan, hafalan dan hafalan. Selain tentu saja tetap harus diperhatikan ilmu agamanya. Di tempat kami semua pelajaran agama juga menggunakan buku-buku berbahasa arab,” paparnya.

 

Kepala SMP Imam Syuhodo menambahkan terkait dengan pengasuh pesantren tahfizh ini bisa mengajukan ke pesantren-pesantren tahfizh yang program pendidikannya memberlakukan sistem pengabdian setelah lulus. Meskipun untuk ideologinya tetap perlu dikawal agar tidak melenceng dari yang sudah digariskan Muhammadiyah.

 

Perbincangan yang berlangsung akrab tersebut tidak bisa berlanjut lama karena esok hari baik rombongan tamu maupun tuan rumah harus hadir pada pembukaan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Stadion Manahan Solo. Sebagai catatan, kunjungan ini juga bertepatan dengan SMP Muh. 2 Malang sebagai penggembira Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta yang singgah dan menginap di Imam Syuhodo.

 

Maka sebelum diakhiri, Ustadz Kamal menyampaikan hadiah kepada tamu berupa “Petunjuk Praktis Merintis Pesantren” yang disusun oleh KH. Yunus Muhammadi, Direktur PPMIS periode pertama yang sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat ITMAM (Ittihad Al Maahid Al Muhammadiyah/Perhimpunan Pesantren Muhammadiyah).

Menguatkan Benteng Ideologi Muhammadiyah


Muhammad Nasri Dini

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Sukoharjo

 

Muhammadiyah adalah salah satu ormas Islam terbesar dan tertua yang masih terus eksis menebar manfaat tidak saja untuk umat Islam saja, tapi juga umumnya masyarakat di negeri ini. Persyarikatan ini bahkan tidak hanya tumbuh dan berkembang di nusantara saja, tetapi dakwahnya juga sudah merambah dan meluas ke dunia Internasional. Hingga saat ini sudah ada puluhan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) yang tersebar bahkan merata di semua benua. Salah satu kekhasan persyarikatan ini adalah dapat menghadirkan berbagai macam bentuk amal usaha. Bidang garap Muhammadiyah sangat lengkap, mulai dari masalah pendidikan, dakwah dan keagamaan hingga masalah kesehatan dan sosial ekonomi. Hal ini merupakan warisan besar dari KH. Ahmad Dahlan, di mana beliau tidak hanya berhenti dalam wacana dan kajian saja, tapi juga dalam aksi dan gerak nyata pada amalan keseharian. Inilah yang menjadi salah satu hal menonjol dari karakteristik gerakan Muhammadiyah.


Dari segi ideologi, Muhammadiyah lengkap mempunyai banyak teks resmi berkenaan dengannya. Mulai dari Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM), Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM), Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Selain itu ada pula berbagai macam khittah Muhammadiyah, mulai dari Langkah 12 Muhammadiyah hingga yang terbaru Khittah Denpasar. Dari segi pandangan keagamaan, identitas Muhammadiyah bisa dibaca di antaranya dari Himpunan Putusan Tarjih, Fatwa-fatwa Majelis Tarjih, dan yang lainnya. Artinya Muhammadiyah sebenarnya sudah mempunyai instrumen yang teramat lengkap untuk menjadi pandangan, juga panduan dan pedoman bagi warganya, utamanya para pimpinan persyarikatan yang menjadi teladan bagi warga Muhammadiyah awam.


Namun memasuki tahun muktamar ini Muhammadiyah tampaknya masih menghadapi berbagai permasalahan komplek, baik yang muncul dari internal, maupun juga eksternal. Salah satunya di antaranya, meskipun saat ini perkembangan pesantren Muhammadiyah bisa dibilang sangat menggembirakan, setidaknya ada lebih dari 400 pesantren Muhammadiyah (dan masih terus bertambah) dengan puluhan ribu santri yang tersebar di seluluh penjuru tanah air. Tapi hingga kini masih jamak kita jumpai pimpinan ranting dan cabang yang merasa kesulitan untuk mencari ustadz dari intern persyarikatan saat akan mengadakan pengajian di masjid/mushalanya. Padahal diakui atau tidak ranting dan cabang adalah pondasi dari basis inti gerakan Muhammadiyah. Akibatnya mau tidak mau ranting dan cabang pun dengan terpaksa atau sukarela menggunakan atau mengundang ustadz dari luar Muhammadiyah. Selanjutnya pasti sudah dapat ditebak, terkadang (untuk tidak mengatakan sering) ada pula dari ustadz luar persyarikatan tersebut yang justru memasukkan pandangan agama yang berbeda dengan pandangan keagamaan dari Tarjih Muhammadiyah.


Tidak hanya terjadi di ranting dan cabang saja, sampai saat ini juga masih akan kita temukan pengajar di sekolah, madrasah dan pesantren Muhammadiyah akan tetapi pandangan keagamaannya berbeda (ada pula yang bertentangan) dengan Muhammadiyah. Di tempat kami (PCM Blimbing Daerah Sukoharjo) yang dikenal luas oleh warga dan pimpinan Muhammadiyah dari berbagai penjuru sebagai PCM unggulan saja (bahkan pernah beberapa kali meraih nominasi PCM unggulan dari LPCR PP Muhammadiyah), problem ini juga masih terjadi. Meskipun tidak banyak, tapi ada dari para pengelola amal usaha Muhammadiyah (AUM) pendidikan yang bukan warga Muhammadiyah bahkan justru menjadi anggota/pengurus fanatik ormas Islam lain.


Menyaksikan hal ini tentu para pimpinan Muhammadiyah dari berbagai tingkatnya tidak boleh terlena dengan kebesaran dirinya. Muhammadiyah harus dengan penuh rasa kesadaran menata kembali rumah tangganya. Tidak semata-mata menyalahkan orang lain yang masuk ke dalam rumah kita. Karena jika ada kotoran yang mengganggu pemandangan di rumah kita, kita sebagai tuan rumah lah yang wajib untuk membersihkannya. Jika ada benalu yang menempel pada pohon di kebun kita, maka kewajiban kita untuk memotongnya agar tidak semakin merusak pohon di kebun kita. Apalagi jika sampai ada orang lain yang masuk ke rumah kita dan kemudian dengan semena-mena melakukan hal-hal yang tidak seharusnya, maka kewajiban kita sebagai tuan rumah lah yang harus bertindak tegas, misalnya dengan mengusir orang tersebut, selanjutnya mengunci pintu rumah kita rapat-rapat agar dia tidak pernah kembali masuk lagi.


Dua di antara kekuatan Muhammadiyah untuk membangun dan menguatkan ideologinya sebenarnya terletak pada pengajian/kajian dan AUM pendidikan. Karena dengan dua hal tersebut Muhammadiyah dapat membangun kedekatan dan menanamkan ideologinya kepada umat. Masjid/mushala, jamaah pengajian, AUM pendidikan dan kegiatan keagamaan harus direvitalisasi kembali oleh para pimpinan di Persyarikatan agar umat benar-benar tercerahkan. Dengan membangun pondasi ideologi yang kuat maka umat, utamanya warga Muhammadiyah di akar rumput tidak mudah goyah jika ada ajaran atau pandangan keagamaan lain yang mencoba menyelinap bahkan menggerogoti eksistensi pandangan keagamaan yang dimiliki oleh Muhammadiyah, utamanya pandangan keagamaan resmi yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih.

 

Benteng Ideologi

Setidaknya ada beberapa jalan yang bisa ditempuh untuk menguatkan kembali benteng ideologi persyarikatan agar ia senantiasa kokoh berdiri. Di antaranya adalah:


Pertama, Penguatan Ideologi Pengelola AUM Pendidikan. Kenapa penulis hanya membatasi pada AUM pendidikan saja? Karena dialah yang mempunyai tugas utama untuk mentransfer secara langsung ideologi, manhaj, dan pandangan Muhammadiyah, baik berkaitan dengan agama atau yang lainnya. Jika ideologi para pengelola AUM pendidikan saja rapuh, bagaimana pula dengan warga AUM tersebut. Maka pimpinan dan pengelola yang memegang kendali utama di AUM pendidikan ini wajib hukumnya untuk senantiasa menjaga komitmen kemuhammadiyahan mereka.


Tentu yang dimaksud dengan pengelola di sini tidak hanya pimpinan AUM saja, entah kepala sekolah/madrasah atau direktur/pengasuh pesantren. Tetapi juga pimpinan persyarikatan yang berada di atasnya, dalam hal ini Majelis Dikdasmen atau LP2M. Karena yang berwenang mengangkat pimpinan AUM adalah mereka. Jangan sampai para pimpinan AUM tersebut dipilih semata-mata karena memiliki hubungan dekat secara personal dengan pimpinan persyarikatan. Pemilihan pimpinan AUM harus benar-benar diseleksi dengan ketat yang seratus persen Muhammadiyah, jangan yang setengah-setengah. Warga Muhammadiyah yang ditunjuk juga harus meluruskan kembali niat saat memimpin AUM. Jangan sampai hanya numpang cari makan saja di AUM, tapi ternyata justru menyebarkan ideologi lain di dalamnya.


Selain itu para pimpinan AUM terpilih juga harus selektif saat akan melakukan rekrutmen guru/ustadz dan karyawan/pegawai. Idealnya pegawai di AUM adalah warga Muhammadiyah, tidak semata professional saja di bidangnya. Kalaupun terpaksa tidak ada warga Muhammadiyah yang dapat mengisi formasi tersebut, dan diisi oleh orang di luar Muhammadiyah, maka harus ada kontrak hitam di atas putih bahwa dirinya nanti mau untuk aktif di persyarikatan saat sudah diterima. Setelah menjadi pegawai di AUM, wajib hukumnya mendukung dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah. Baik pengajian maupun kegiatan yang lain. Pimpinan AUM juga tidak boleh melupakan adanya pembinaan intensif kepada pengawainya agar mereka senantiasa berada di rel yang seharusnya. Tidak bertentangan dengan keputusan resmi Muhammadiyah di semua tingkatan.


Kedua, Penguatan Tradisi Pengajian dan Kajian Keislaman. Ketua PP Muhammadiyah (1968-1990) Kiai Haji Abdur Rozak Fachruddin (Pak AR) suatu saat pernah berpesan bahwa, “Pengajian adalah ruh-nya Muhammadiyah. Tanpa Pengajian, Muhammadiyah ibarat jasad yang sudah tidak bernyawa”. Ujung tombak terlaksananya poin ini adalah Majelis Tabligh, juga Pengurus Takmir masjid/mushala Muhammadiyah. Jangan sampai pengajian yang secara kelembagaan diselenggarakan oleh pimpinan Muhammadiyah tapi konten yang disajikan di dalamnya justru menyebarkan hal yang bertentangan dengan pandangan Muhammadiyah. Para pengelola pengajian juga harus bisa mengklasifikasi jenis-jenis pengajian dan kajian yang sesuai dengan mustami’/audien. Mana yang cocok untuk para orang tua, mana pula yang cocok untuk anak-anak muda, termasuk yang khusus untuk ibu-ibu atau muslimah. Semua harus bisa disesuaikan dan diakomodir, entah materinya, entah pengisinya, entah metodenya.


Para pengurus persyarikatan penting juga untuk mengkader ulama di daerahnya masing-masing. Jika setiap ranting/cabang misalnya mau membiayai satu saja kadernya untuk mendalami ilmu agama di pesantren Muhammadiyah, kemudian menimba ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan keagamaan, maka kebutuhan ulama di ranting tersebut tentu akan terpenuhi. Karena tidak dapat dipungkiri salah satu masalah yang dihadapi Muhammadiyah adalah kurangnya ulama di akar rumput. Sehingga hal inilah yang otomatis menjadi kelemahan persyarikatan dan menjadi celah bagi pihak luar untuk masuk ke pengajian-pengajian Muhammadiyah.


Selain terpenuhinya instrumen pengisi, juga harus dipenuhi instrumen konten kajiannya. Para pengelola pengajian Muhammadiyah wajib hukumnya mempunyai buku-buku rujukan utama yang dimiliki persyarikatan, di antaranya adalah Himpunan Putusan Tarjih. Kajian ‘kitab kuning’ juga harus dibudayakan diadakan di pengajian-pengajian Muhammadiyah oleh para ustadz dari intern Muhammadiyah. Agar warga Muhammadiyah awam tidak terpesona dan berubah haluan jika ada ustadz dari luar persyarikatan yang mengkaji kitab-kitab kuning. Karena yang membuat terpesona para jamaah di ranting/cabang kepada ustadz dari luar persyarikatan di antaranya adalah penguasaan mereka terhadap materi-materi keislaman utamanya yang berbahasa arab. Kajian yang diadakan pun biasanya langsung menggunakan kitab-kitab kuning sebagai referensinya. Wallahul musta’an


*) Tulisan ini sebelumnya dimuat di Majalah Tabligh edisi Spesial Muktamar - No. 11/XX | Rabiul Akhir 1444 H / November 2022 M

Pesan Ustadz Bachtiar Nasir Pada Santri Imam Syuhodo: Utamakan Al-Qur'an!


Sukoharjo - KH. Bachtiar Nasir, Lc, M.M hadir memberikan tausiyah pada Tabligh Akbar Gebyar Muktamar ke-48 Muhammadiyah Aisyiyah di lapangan Desa Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo, Sabtu (5/11/2022) malam. Ribuan peserta memadati lapangan.

 

Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing ini Pimpinan AQL Islamic Center tersebut menyampaikan pesannya kepada para santri Imam Syuhodo yang saat itu juga turut hadir dalam acara tersebut.

 

“Seluruh santri Imam Syuhodo yang saya cintai. Siapkah kalian menjadi intelektual muda? Siapkah kalian menjadi ulama esok hari? Siapkah kalian begadang untuk belajar dan shalat? Shalat malam sampai khatan Al-Qur’an,” tanya KH. Bachtiar Nasir berapi-api.

 

Menurut da’i nasional lulusan Islamic University of Madinah yang akrab disapa dengan sebutan UBN tersebut bahwa salah satu kunci sukses adalah dengan Al-Qur’an.

 

 “Kalau kalian semua ingin jadi ilmuwan yg hebat, bikin target shalat malam khatam Al Qur’an 10 hari kah atau 20 hari kah, insyaallah anak-anakku seluruh santri Imam Syuhodo akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pemimpin-pemimpin umat masa depan,” ujar UBN yang juga pernah menjadi anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah tersebut.

 

Mantan Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini berharap perhelatan Muktamar ke-48 Muhammadiyah Aisyiyah di Surakarta yang akan digelar pada 18-20 November nanti dapat mengokohkan gerak langkah Persyarikatan Muhammadiyah yang tidak hanya berkontribusi bagi kemajuan bangsa, tetapi juga dunia.

 

Bagi masyarakat yang ingin memasukkan putra putrinya menjadi santri di PPTQM Imam Syuhodo baik untuk program fullday maupun boarding bisa mendaftar dengan langsung menuju lokasi PPTQM Imam Syuhodo yang berada di Jalan H. Muslih Wonorejo, Polokarto, Sukohajo, Jawa Tengah 57555. Adapun terkait dengan informasi selengkapnya dapat segera menghubungi call center di wa.me/6281225667820 atau meluncur ke situs resmi di https://www.smpmu-imamsyuhodo.com.

Gandeng PMI Sukoharjo, SMP Imam Syuhodo Adakan Pelatihan Pertolongan Pertama

 



Sukoharjo - Pertolongan pertama adalah salah satu ilmu yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Karena dengan mempunyai ilmu pertolongan pertama seseorang bisa membantu diri sendiri dan orang lain di sekitarnya jika membutuhkan bantuan dasar medis.

 

Siswa siswi SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo mengikuti pelatihan pertolongan pertama di sekolah setempat, Kamis 3 November 2022. Acara yang menghadirkan fasilitator dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukoharjo tersebut diikuti oleh seluruh siswa siswi dengan didampingi oleh guru penanggung jawab UKS sekolah.

 


Sebagai fasilitator, kegiatan ini dihadiri oleh Sri Suswanti, S.K.M, staf SDM dan Relawan dari markas PMI Kabupaten Sukoharjo. Para siswa dan guru pendamping dengan sangat antusias dalam mengikuti pelatihan pertolongan pertama ini. Mereka juga sangat bersemangat mempraktikan ilmu dasar pertolongan pertama yang diberikan oleh fasilitator.

 


Dalam pantauan di tempat acara diketahui bahwa di antara materi yang diberikan dalam acara ini adalah pengenalan alat-alat yang digunakan dalam memberikan pertolongan pertama, seperti: perekat perban, bidai, kapas, gunting, pinset, alkohol 70%, dll.

 

Selain itu, untuk lebih mempermudah pemahaman terhadap materi yang diberikan, para siswa tidak hanya mendengarkan pemaparan teori saja, tetapi mereka juga diajak untuk melakukan simulasi dengan praktik langsung tentang langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan saat menjumpai keadaan darurat. Di antaranya adalah cara perban luka, patah tulang dan memindahkan korban.

 


Tentang kegiatan ini penanggung jawab UKS SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Yunika Putri Pratiwi, S.Pd berkomentar, “Harapan saya supaya anak-anak itu tahu tentang ilmu pertolongan pertama yang sifatnya dasar. Sehingga minimal mereka dapat menolong dirinya sendiri atau orang terdekat di sekitarnya saat dalam keadaan darurat sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki,” ungkapnya.

Info Lengkap PPDB SMP Imam Syuhodo 2023/2024