Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Sejarah Muhammadiyah

 

Prolog

Muhammadiyah merupakan gerakan Islam modernis terbesar dan tertua di Indonesia yang masih eksis hingga hari ini. Muhammadiyah telah mendirikan 30 cabang istimewa di luar negeri dan melebarkan kiprah kemanusiaan ke berbagai negara dalam rangka menciptakan perdamaian global dan keadilan sosial. Anggota Muhammadiyah diprediksi berkisar antara 30 hingga 40 juta orang yang berasal dari berbagai latar belakang profesi, etnis, sosial, dan budaya.

Selama satu abad, Muhammadiyah dikenal luas sebagai organisasi sosial-keagamaan yang sukses bergerak di ranah pendidikan, kesehatan, filantropi, dan pemberdayaan sosial secara independen serta terpercaya. Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan dari jenjang dasar, menengah, dan tinggi; mendirikan rumah sakit, klinik, dan layanan kesehatan; dan melakukan pemberdayaan sosial-ekonomi yang tersebar di seluruh Indonesia untuk komunitas masyarakat urban, pedesaan, pedalaman, terpencil, kawasan kepulauan, masyarakat adat, serta di area rawan bencana.

Muhammadiyah adalah organisasi Islam pribumi pertama yang mereformasi dan memperkenalkan sistem pendidikan Islam modern, tata kelola dan manajemen urusan keagamaan yang berlandaskan pada prinsip akuntabilitas dan berorientasi pada dampak, serta mempelopori gerakan emansipasi perempuan muslim.

Tujuan berdirinya Muhammadiyah adalah mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Namun, dampak kebermanfaatan Muhammadiyah juga menjangkau berbagai individu, kelompok, dan masyarakat dari berbagai latar belakang agama, suku, dan komunitas yang beragam, sejalan dengan misi rahmatan lil ‘alamin yang berlandas pada Islam moderat.

Paham dan ideologi keagamaan yang dipegang oleh Muhammadiyah adalah dakwah, tajdid, dan Islam Berkemajuan yang berpandangan wasathiyah. Dakwah adalah untuk mensyiarkan wajah Islam yang menebar manfaat dan berkeunggulan, tajdid sebagai watak adaptif pemikiran keislaman yang senantiasa selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan Islam berkemajuan merupakan karakter wawasan serta praktik beragama ala Muhammadiyah.

Sejarah Berdiri Muhammadiyah

Muhammadiyah berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan pada tanggal 18 November 1912 di Kauman, kota Yogyakarta. Pendirian Muhammadiyah diawali oleh keberadaan Sekolah Rakyat bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikan KH. Ahmad Dahlan pada awal tahun 1912. Madrasah ini mengadakan proses belajar-mengajar pertama kali di dengan memanfaatkan ruangan berupa kamar tamu di rumah KH. Ahmad Dahlan yang memiliki panjang 6 meter dan lebar 2.5 meter, berisi tiga meja dan tiga kursi panjang serta satu papan tulis. Pada saat itu ada sembilan santri yang menjadi murid di Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah.

Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan tanpa bantuan dan sumbangan dana orang lain. KH. Ahmad Dahlan mengandalkan harta bendanya untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam modern yang dibayangkannya.

Seiring waktu, kala berdiskusi dengan para santri dan muridnya dari Kweek School Jetis, KH. Ahmad Dahlan mendapat dorongan tambahan agar membentuk organisasi yang diharapkan akan menjaga keberlanjutan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Organisasi itu bernama Muhammadiyah, dengan harapan agar para anggotanya dapat meneladani Nabi Muhammad Saw.

Meskipun gagasan dan usulan untuk mendirikan Muhammadiyah banyak didorong oleh beberapa orang santri dan muridnya, atas dasar aturan yang berlaku, hanya nama-nama yang telah cukup usia yang dapat dimasukkan sebagai pendiri. Dalam Statuten atau Anggaran Dasar Muhammadiyah yang diajukan kepada Pemerintah Hindia-Belanda disebutkan bahwa tanggal berdiri organisasi ini adalah 18 November 1912.

Setelah melewati proses pengajuan yang sulit dan memakan waktu lama, dengan terbitnya Besluit pada 22 Agustus 1914 No.81, akhirnya Muhammadiyah sebagai Badan Hukum diakui oleh Pemerintah Hindia-Belanda.

Pada masa awal pendirian, aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Hindia-Belanda membatasi ruang dan gerak Muhammadiyah. Namun, dalam Kongres Boedi Oetomo yang diselenggarakan di rumah KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1917, pendiri Muhammadiyah ini menyatakan bahwa organisasi ini perlu berdiri tidak saja di Yogyakarta, tapi juga di seluruh Jawa, dan bahkan di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan di berbagai tempat di nusantara.

Setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Hindia-Belanda, KH. Ahmad Dahlan menjadi leluasa dalam memperluas misi dakwahnya. KH. Ahmad Dahlan pergi berceramah di berbagai tempat dan mengajak kaum muslimin untuk mengamalkan Islam yang membebaskan umatnya dari kejumudan, kebodohan, dan berorientasi pada amal saleh.

KH Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah sejak tahun 1912 dan berakhir ketika wafat pada 1923. Dari awal hingga setengah abad berikutnya, kepemimpinan di Muhammadiyah dilanjutkan oleh Kyai Haji Ibrahim pada tahun 1923 hingga 1931. Kemudian Kyai Haji Hisyam pada 1931 hingga 1936, Kyai Haji Mas Mansyur pada 1936 hingga 1942, dan Ki Bagus Hadikusuma pada tahun 1942 hingga 1953.

Riwayat Pendiri Muhammadiyah

  1. Ahmad Dahlan merupakan pendiri Muhammadiyah, seorang ulama yang lahir di kampung Kauman Yogyakarta pada bulan Agustus tahun 1869 dengan nama awal Muhammad Darwis. KH. Ahmad Dahlan adalah anak dari seorang ulama, imam dan khatib Masjid Besar kauman bernama Kyai Haji Abu Bakar. Nama Ibu dari KH. Ahmad Dahlan adalah Siti Aminah binti Haji Ibrahim, anak seorang ulama dan penghulu besar di Yogyakarta.

Pada masa muda, KH. Ahmad Dahlan belajar dan berguru dari kedua kakak iparnya, ilmu Fiqh dari Kyai Haji Muhammad Saleh, dan ilmu Nahwu dari Haji Muhsin. KH. Ahmad Dahlan belajar ilmu Falaq dari Kyai Raden Haji Dahlan, putera Kyai Termas; ilmu Hadits dari Kyai Mahfudh dan Syaikh Khayyat; serta Ilmu Qiraah kepada Syaikh Amien dan Sayyid Bakri. Selain mendalami ilmu-ilmu agama, KH. Ahmad Dahlan juga mempelajari pengetahuan umum, misalnya ilmu bisa atau racun binatang dari dari Syaikh Hasan, bahasa Jawa dan Melayu dari R. Ng. Sosrosugondo (anggota Boedi Oetomo dan editor bahasa untuk Statuten dalam bahasa Melayu dan Belanda), dan untuk pelajaran lainnya dari R. Wedana Dwijosewoyo, dan Syaikh Jamil Jambek.

Pada tahun 1889, KH. Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah binti Kyai Penghulu Haji Fadhil yang mendampinginya hingga wafat. Siti Walidah kemudian turut serta mendirikan organisasi muslim perempuan modernis pertama di Indonesia, yakni ‘Aisyiyah pada 27 Rajab 1335 H atau bertepatan tanggal 19 Mei tahun 1917. Aisyiyah adalah wadah bagi perempuan muslim untuk mengembangkan kiprah dalam ranah pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan sebagaimana tujuan dan maksud Muhammadiyah.

  1. Ahmad Dahlan meninggalkan banyak jejak keteladanan bagi anggota Muhammadiyah. Pada suatu saat ketika sekolah Muhammadiyah kekurangan uang untuk membayar gaji para guru dan mencukupi kebutuhan operasional sekolah, KH. Ahmad Dahlan melelang barang-barang serta perkakas di rumahnya. Orang-orang yang tergugah dengan sikap berani dan ikhlas KH. Ahmad Dahlan kemudian membeli barang-barang tersebut dengan harga tinggi dan mengembalikannya. Uang yang terkumpul mencapai F 4.000, jumlah yang sangat besar dari target awal, dan sangat mencukupi kebutuhan untuk membayar gaji guru-guru dan perlengkapan sekolah.

Tahun-tahun terakhir jelang wafat, KH. Ahmad Dahlan tidak pernah mengundurkan diri dari urusan berdakwah amar ma’ruf nahi munkar. KH. Ahmad Dahlan masih sempat mendirikan gerakan kepanduan bernama Hizbul Wathan pada 1918, membentuk Bagian Penolong Haji, kemudian berinisiatif mendirikan Mushola khusus untuk perempuan yang pertama di Hindia-Belanda, dan bahkan dalam keadaan sakit jelang rapat tahunan pada 1923 masih sempat mendirikan surau di Tretes Malang.

Teologi Al-Ma’un

Muhammadiyah meyakini bahwa doktrin-doktrin keagamaan yang ditransformasikan dengan tepat sesuai perkembangan zaman serta mengadaptasi tata kelola modern, dapat menjadi sumber penting dalam mewujudkan perubahan sosial yang memberi dampak struktural.

Pada suatu waktu ketika KH. Ahmad Dahlan selesai mengajari para santrinya surat al-Ma’un. Para santri bertanya kepada KH. Ahmad Dahlan mengapa surat yang telah mampu dibaca dengan baik dan juga dihafal masih terus diajarkan. Pertanyaan tersebut dijawab oleh KH. Ahmad Dahlan dengan sebuah tanggapan yang mengubah perspektif para santri terhadap aspek penting ajaran Islam.

  1. Ahmad Dahlan bertanya apakah mereka sudah mengamalkan perintah dalam surat al-Ma’un? Para santri saling berpandangan dan menjawab belum. Maka, KH. Ahmad Dahlan kemudian memerintahkan para santrinya untuk mengumpulkan makanan agar dapat dibagikan pada orang-orang miskin di sekitar mereka sesuai perintah dalam surat al-Ma’un.

Kisah KH. Ahmad Dahlan mengajari para santrinya surat al-Ma’un secara berulang-ulang dan kemudian memerintahkan mereka untuk mengamalkannya menjadi asal mula munculnya konsep “teologi al-Ma’un”. Bagi Muhammadiyah, surat al-Ma’un adalah sumber inspirasi dalam menerjemahkan dakwah dalam wujud pemberdayaan sosial dengan mendirikan klinik, panti asuhan, dan gerakan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).

Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar

Filosofi gerakan Islam dalam Muhammadiyah adalah dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid. Bagi Muhammadiyah, dakwah amar makruf nahi munkar adalah misi kerisalahan yang diemban oleh setiap muslim untuk mensyiarkan dan menyebarkan Islam menjadi rahmatan lil ‘alamin.

Setiap anggota Muhammadiyah melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar dengan berlandaskan pada spirit tajdid atau pembaruan. Maka, dakwah tidak berhenti dengan menyampaikan butir-butir hikmah ajaran Islam. Tapi, harus mengkaji Islam yang terintegrasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menemukan solusi atas persoalan-persoalan baru yang dihadapi oleh umat manusia.

Islam Berkemajuan yang Wasathiyah

Ideologi Muhammadiyah adalah Islam Berkemajuan berpandangan wasathiyah. Sejak awal mula Muhammadiyah berdiri, KH. Ahmad Dahlan telah menekankan pentingnya Islam yang “kemadjoean”. Islam bagi Muhammadiyah adalah din al-hadlarah. Islam adalah agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mencerahkan dan mewujudkan kehidupan peradaban umat manusia yang berkeunggulan.

Secara ringkas makna Islam Berkemajuan adalah bahwa gerakan Islam yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah tidak berpuas diri dengan keberhasilan dalam melakukan peneguhan dan pengayaan ajaran akidah, ibadah, dan akhlak. Tapi juga melakukan pembaruan dalam mu’amalah duniawiyah yang berdampak luas pada umat manusia.

Landasan istilah Islam Berkemajuan adalah surat ali Imran ayat 104 dan 110, serta al-Baqarah ayat 143  yang juga menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Pesan dan perintah dalam ketiga ayat tersebut adalah supaya kaum muslim menjadi umat terbaik (khoiru ummah) yang memiliki posisi dan peran ummatan wasathan (tengahan, moderat) serta menjadi pelaku perubahan sejarah.

Islam yang berpandangan wasathiyah maksudnya adalah bahwa meskipun terdapat karakter keislaman yang khas di dalam Muhammadiyah jika dibandingkan dengan gerakan Islam yang lain, Muhammadiyah tidak hendak saling menegasikan.

Perbedaan dalam langgam dan corak keberislaman atau keberagamaan perlu selalu dieratkan oleh ukhuwah, toleransi, dan sinergi demi kemajuan umat serta bangsa. Wujud ukhuwah tersebut adalah dengan saling menghargai adanya perbedaan karakteristik dan wawasan keislaman yang dipahami oleh masing-masing organisasi Islam.

Ideologi Islam Berkemajuan yang berwatak wasathiyah menuntun para anggota Muhammadiyah untuk mengambil peran dalam memajukan umat dan bangsa di segala bidang secara produktif, berkelanjutan, dan mencerahkan.


Sumber: Website Resmi Muhammadiyah

Peringati Milad ke-111, Muhammadiyah Cabang Blimbing Gelar Aksi Solidaritas Palestina

 

Santri SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo mengikuti Solidaritas Palestina dalam Milad Muhammadiyah ke-111 

 

Sukoharjo – Dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-111, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing Daerah Sukoharjo menggelar aksi solidaritas untuk warga Palestina yang saat ini tengah mangalami krisis kemanusiaan. Aksi diawali dengan menggelar orasi dan doa bersama, kemudian dilanjutkan dengan jalan bersama dan penggalangan dana. Kegiatan ini dipusatkan di Lapangan Desa Wonorejo, Sabtu (11/18/2023).

 

Hadir dalam kegiatan ini Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sukoharjo H. Djumari, S.Ag, M.S.I, Camat Polokarto Heri Mulyadi, S.E didampingi jajaran Forkopimcam, Kepala Desa Wonorejo Yusuf Aziz Rahma, S.Pd beserta jajarannya, Ketua PCM Blimbing H. Andi Asadudin, S.Psi beserta jajarannya, tokoh sesepuh Muhammadiyah KH. Yunus Muhammadi, Direktur Pondok Pesantren Imam Syuhodo KH. Sholahudin Sirizar, Lc, M.A, Ketua DPD Partai Ummat Kabupaten Sukoharjo H. Saifullah, S.E.

 

“Kegiatan milad Muhammadiyah yang ke-111 ini terbilang spesial, karena bertepatan dengan peritiwa pembantaian saudara muslim kita di Palestina. Maka Muhammadiyah Cabang Blimbing mengambil tema ‘Dari Muhammadiyah untuk Palestina’,” ujar Ketua Panitia, Saiful.

 

Ketua PDM Sukoharjo H. Djumari mengapresiasi kegiatan Milad Muhammadiyah ke-111 yang diselenggarakan oleh PCM Blimbing.

“Dalam situasi sekarang ini memang tidak menggembirakan bagi saudara-saudara kita kaum muslimin Palestina yang dibombardir oleh Zionis Israel Laknatullah. Mari kita dukung Palestina, di antaranya dengan terus berdoa, karena di sana merupakan salah satu negeri suci umat Islam,” papar Djumari dalam orasinya.

 

Camat Polokarto Heri Mulyadi mewakili unsur pemerintah yang hadir dalam kegiatan ini mengucapkan selamat Milad Muhammadiyah yang ke-111.

“Dalam kegiatan dari Muhammadiyah untuk Palestina ini, kami mengapresiasi kehadiran bapak ibu dan anak-anak semua warga Kecamatan Polokarto yang masih mempunyai hati nurani dan bergerak untuk solidaritas kepada saudara-saudara kita di Palestina. Harapan kami dengan kegiatan ini dapat menjadi sebuah gerakan moral untuk membangkitan kembali semangat mendukung kemerdekaan Palestina,” kata Heri.

 

Heri yang hadir dengan mengenakan kaos putih bertuliskan “Free Palestine” juga menambahkan bahwa sikap Indonesia tegas dalam mendukung kemerdekaan Palestina, juga menentang dan mengutuk penjajahan Israel atas Palestina. Salah satunya dengan menolak menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 karena ada kontingen dari Negara Zionis Israel.

 

Wakil Direktur Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo KH. Haidar Mubarak, Lc, M.H yang hadir sebagai orator selanjutnya memberikan semangat yang luar biasa kepada peserta yang hadir dengan meneriakkan yel yel “Free Free Palestine, Israel Teroris!” yang diikuti oleh seluruh peserta dengan semangat.

 

“Alhamdulillah kita termasuk beruntung karena dipilih oleh Allah untuk membela Palestina, karena sudah lebih dari 12 ribu jiwa syahid di Palestina. Mari sisihkan sebagaian harta kita untuk Palestina. Mudah-mudahan harta ini akan menyelamatkan kita di hadapan Allah,” ajaknya.

 

Haidar juga mengajak peserta aksi untuk berjuang dengan maksimal untuk membela Palestina sesuai dengan kemampuan masing-masing, termasuk dengan media sosial yang dimiliki.

“Mudah-mudahan jihadul kalimah yang kita lakukan ini, doa-doa kita, harta yang kita keluarkan senantiasa dicatat oleh Allah dan menjadi hujjah di hadapan-Nya, bahwasanya kita pernah membela saudara kita di Palestina meskipun kita tidak mampu langsung datang ke sana,” tambanya.

 

Dalam rangkaian kegiatan ini juga dilakukan penyerahan secara simbolis donasi kemanusiaan yang dihimpun oleh Lazismu Kantor Layanan Cabang Blimbing kepada Lazismu Daerah Sukoharjo. Didampingi Kepala Kantor Lazismu Blimbing Ariyadi, dana senilai lebih dari 400 juta rupiah tersebut diserahkan oleh Ketua PCM Blimbing H. Andi Asadudin, S.Psi kepada Ketua PDM Sukoharjo H. Djumari, S.Ag, M.S.I yang didampingi Ketua Badan Pengurus Lazismu Sukoharjo Yusuf Aziz Rahma, S.Pd.

 

Pantauan di lapangan, juga seperti disampaikan oleh Heri Dwi Nugroho, S.H.I yang bertindak sebagai pembaca acara, kegiatan ini diikuti lebih dari 5000 peserta yang terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak dari unsur ranting Muhammadiyah/Aisyiyah, amal Usaha Muhammadiyah/Aisyiyah dan masyarakat umum.

Acara kemudian diakhiri dengan  doa yang dipimpin oleh KH. Yunus Muhammadi dan dilanjutkan dengan jalan bersama untuk mengkampanyekan kepada masyarakat untuk peduli terhadap Palestina.

“Hal ini sebagai bentuk dukungan Muhammadiyah kepada warga Palestina yang saat ini sedang mengalami krisis kemanusiaan,” pungkas Heri.

Guru SMP Imam Syuhodo Dikukuhkan Sebagai Sekretaris KMM Daerah Sukoharjo

 


Sukoharjo - Dalam rangka ikhtiar untuk menjaga eksistensi dakwah sebagai ruh Persyarikatan Muhammadiyah di Kabupaten Sukoharjo, Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sukoharjo menggelar pengukuhan dan pembekalan Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Sukoharjo, bertempat di Aula Utama Islamic Center Muhammadiyah Aisyiyah (ICMA) Cabang Blimbing, Polokarto, Ahad (12/11/2023).

 

Hadir dalam pengukuhan tersebut, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Dr. KH. Ali Trigiyatno, M.Ag sekaligus sebagai pemateri pembekalan, Wakil Ketua PDM Sukoharjo Drs. H. Muhammad Mahmudi, M.Pd, Penasihat Majelis Tabligh PDM Sukoharjo KH. Bimawan Syamsudin, S.P dan KH. Ihsan Saifudin, S.Ag, serta Ketua PCM Blimbing KH. Andi Asadudin, S.Psi selaku tuan rumah.

 

Di antara anggota KMM yang dikukuhkan saat itu adalah Andika Rahmawan, guru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo yang dikukuhkan sebagai Sekretaris KMM Daerah Sukoharjo.

 

Sekretaris Majelis Tabligh PDM Sukoharjo Yusuf Fa’iqudin saat membacakan Surat Keputusan menyebutkan bahwa ada 82 anggota KMM Daerah Sukoharjo yang dikukuhkan.

 

“Pengukuhan KMM Daerah Sukoharjo ini dilaksanakan berdasarkan Program Kerja Majelis Tabligh PDM Sukoharjo,” tambahnya.

 

Ketua Majelis Tabligh PDM Sukoharjo Ahmad Zanin Nu’man, M.Pd.I menyampaikan, tujuan dari diselenggarakannya pengukuhan sekaligus pembekalan KMM Daerah Sukoharjo ini karena tugas dakwah Persyarikatan Muhammadiyah.

 

Menurutnya, Muhammadiyah yang sudah dikenal sebagai organisasi Islam memiliki ruh dakwah yang begitu kental.

 

“Sebagaimana pesan KH. AR Fakhrudin, ruh Muhammadiyah adalah dakwah, maka KMM harus menjadi ujung tombak dalam menghidupkan dan menumbuhsuburkan dakwah persyarikatan utamanya di Kabupaten Sukoharjo,” ungkapnya.

 

Menurut Zanin, 82 anggota KMM Daerah Sukoharjo ini merupakan kombinasi yang diambil dari personalia PDM Sukoharjo, seluruh anggota Majelis Tabligh PDM Sukoharjo, serta masing-masing perwakilan dari PCM dan Pondok Pesantren Muhammadiyah se-Sukoharjo.

 

Wakil Ketua PDM Sukoharjo KH. Mahmudi dalam sambutannya berpesan kepada para anggota KMM agar senantiasa menjaga dakwah dengan manhaj dan pemahaman persyarikatan.

 

“Jangan sampai masjid-masjid yang sebenarnya wakafnya diserahkan kepada Muhammadiyah, tapi karena minimnya mubaligh Muhammadiyah yang mengisi di masjid tersebut, pada akhirnya malah diisi oleh orang lain yang pemahamannya tidak sama bahkan berseberangan dengan Muhammadiyah,” pesannya.

 

Sementara itu, Ketua Majelis Tabligh PWM Jateng, Dr. KH. Ali Trigiyatno, M.Ag dalam pemaparannya menuturkan, konsep dakwah akan senantiasa berubah menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Lebih-lebih metode dakwah, harus relevan dengan umat yang akan didakwahi.

 

Ali menekankan, supaya dakwah yang dilakukan oleh mubalig Muhammadiyah lebih dapat diterima masyarakat dengan lebih luas, mubaligh Muhammadiyah harus dapat menguasai berbagai platform media sosial yang kini dipakai sebagai sarana dakwah oleh berbagai kalangan.

 

“Mubaligh Muhammadiyah juga harus menguasai materi-materi praktis yang dibutuhkan oleh masyarakat. Jangan samapai karena kita tidak menguasai materi, maka materi justru disampaikan oleh orang-orang yang mempunyai pemahaman lain dengan Muhammadiyah,” pesannya.

 

Ali juga menyampaikan bahwa pihaknya pernah menyusun materi khutbah praktis yang isinya sangat diperlukan oleh masyarakat, utamanya warga Muammadiyah, di antaranya terbit dalam bentuk buku materi khutbah tentang zakat.

 

Ketua KMM Daerah Sukoharjo Harjanto, S.Pd.I saat menutup acara ini menyampaikan bahwa pengukuhan KMM tingkat Daerah ini merupakan titik awal, ke depan Majelis Tabigh PDM Sukoharjo bersama Majelis Tabligh di masing-masing PCM akan menginisiasi pembentukan KMM di setiap cabang se-Kabupaten Sukoharjo.

 

“Saat ini KMM Cabang yang sudah lama aktif, di antaranya adalah KMM Cabang Blimbing, 140 mubaligh sudah rutin mengisi di 125 masjid se-Kecamatan Polokarto di setiap pekan,” ungkapnya.

SMP Imam Syuhodo Tanamkan Karakter Cinta Lingkungan

 


Sukoharjo - Pentingnya menjaga cinta lingkungan diperlihatkan oleh siswa-siswi SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo dengan melakukan berbagai kegiatan. Beberapa kegiatan ini secara berkala dilakukan oleh sekolah. Salah satunya yaitu program kebersihan dengan membuat jadwal piket kelas untuk pelaksanaannya.

 

SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo melatih siswa-siswinya untuk menjaga lingkungan sekolah, dengan melakukan piket kebersihan. Secara berkala seluruh guru dan siswa juga terlibat langsung dalam membersihkan lingkungan sekolah dari sampah yang dapat menganggu kesehatan dan keindahan, dalam kegiatan Jumat bersih.

 

Wakil Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Shofia Nur Mutmainnah, S.Pd menyampaikan bahwa kebersiahan lingkungan merupakan hal terpenting untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Sehingga tercipta lingkungan yang indah dipandang, nyaman dan tentram.

 


“Menjaga kebersihan lingkungan sekolah itu sangatlah penting untuk melatih karakter siswa. Hal ini bukan hanya dilaksanakan oleh petugas kebersihan di sekolah saja tapi juga dibutuhkan peran serta aktif warga sekolah yang lain, termasuk guru dan siswa untuk menjaganya,” ungkapnya.

 

Kegiatan kebersihan yang dilakukan sekolah tidak berhenti pada membuang sampah pada tempatnya saja, tetapi juga pemilahan sampah organik dan nonorganik. Selain itu sekolah juga mempunyai program hemat energi dan hemat air.

 

“Di antaranya yaitu dengan menggunakan listrik dan air seperlunya, jadi kalau tidak digunakan ya harus dimatikan. Selain itu kita juga mematikan listrik satu jam setiap harinya. Dalam rangka hemat air, kami juga menghubungkan semua wastafel pada taman, sehingga air cuci tangan langsung bisa untuk menyiram tanaman,” tambah Shofi.

 




Selain beberapa kegiatan yang tersebut di atas, sekolah juga berusaha untuk menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan dengan pemeliharaan tanaman dan pembibitan. Hal ini seperti diungkapkan salah satu guru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Puthut Dwi Hendratmo, S.Pd.

 

“Beberapa waktu yang lalu guru dan siswa juga bergotong royong untuk pelakukan penghijauan di sekolah, yaitu penataan taman sekolah dengan pembibitan dan pemeliharaan tanaman,” ujarnya.

 

Puthut juga mengungkapkan bahwa dalam rangka penghijauan sekolah ini para siswa juga pernah diminta untuk membawa tanaman dari rumah masing-masing.

 

“Selain pengadaan tanaman oleh sekolah, siswa siswi juga diminta untuk membawa tanaman dan menanamnya sendiri agar mereka lebih merasa memiliki. Tugas siswa tidak hanya membawa, tapi juga yang merawat, menyirami, termasuk mengganti kalau ada tanaman yang mati,” ungkapnya.

 

Selain itu, siswa SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo juga dilatih untuk disiplin menjaga lingkungan dengan dibiasakan membawa wadah makan dan minum ke sekolah.

 

“Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi adanya sampah plastik di lingkungan sekolah," ungkap Muh. Fatkhul Hajri, S.Pd, bagian Kesiswaan sekolah.

 

Dengan menjaga karakter cinta lingkungan, diharapkan sekolah menjadi ruang yang nyaman bagi segenap warga sekolah, termasuk siswa juga merasa nyaman untuk mengikuti setiap kegiatan belajar dan bermain ketika jam istirahat. Guru dan karyawan pun juga nyaman dalam mengajar dan bekerja di sekolah.

Dr. Mohtar Yunianto Dikukuhkan Sebagai Ketua Majelis Dikdasmen PCM Blimbing

 

Sukoharjo - GOR Serbaguna Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo menjadi saksi sejarah dikukuhkannya Dr. H. Mohtar Yunianto, S.Si, M.Si sebagai Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Non Formal Pimpinan Cabang Muhammadiyah Blimbing Daerah Sukoharjo periode Muktamar ke-48, ahad (01/10/2023). Pengukuhan Mohtar menggantikan ketua sebelumnya Ahmad Sigit Riswanto, S.Pd, M.Pd yang sudah menjabat sebagai ketua Majelis Dikdasmen PCM Blimbing selama dua periode.

 

Pengukuhan dilaksanakan oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sukoharjo dr. H. Guntur Subiyantoro, M.Si. Selain dihadiri oleh PDM Sukoharjo, pengukuhan juga dihadiri oleh Forkopimcam Kecamatan Polokarto, Direktur PPM Imam Syuhodo KH. Sholahudin Sirizar, Lc, M.A, Kepala Amal Usaha Muhammadiyah se-Cabang Blimbing, serta para sesepuh Muhammadiyah di Cabang Blimbing.

 

Dengan dikukuhkan sebagai Ketua Majelis Dikdasmen PNF, Mohtar berharap bisa melanjutkan program-program yang sudah baik dari periode kepemimpinan sebelumnya.

 

“Bismillah, semoga bisa menjadikan sekolah dan madrasah Muhammadiyah di Cabang Blimbing lebih baik dan lebih maju lagi,” harapnya.

 

Tak hanya Mohtar, PDM Sukoharjo juga mengukuhkan jajaran PCM Blimbing periode 2022/2027 yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan wakil-wakilnya, serta ketua majelis dan lembaga yang baru hasil Musyawarah Cabang yang telah dilaksanakan sebelumnya.

 

SUSUNAN PERSONALIA

PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH BLIMBING PERIODE MUKTAMAR 48 (2023 – 2028)

 

Penasihat                                             : 1. Muh. Mansur

2.  H. Yunus Muhammadi

3.  Drs. H. Suwarto, M.M

 

Ketua                                                  : H. Andi Asadduddin, S.Psi

Wakil Ketua Bidang 1                        : Agus Susilo, S.Pd.I

Wakil Ketua Bidang 2                        : Tarno, S.Ag

Wakil Ketua Bidang 3                        : Ahmad Siqit Riswanto, S.Pd, M.Pd

Wakil Ketua Bidang 4                        : Qiqin Afandi

Wakil Ketua (ex officio Ketua PCA) : Nur Husna, S.Pd

 

Sekretaris                                            : Andika Rahmawan

Wakil Sekretaris                                  : H. Akbar Fauzi

 

Bendahara                                           : Yusuf Aziz Rahma, S.Pd

Wakil Bendahara                                : M.A Zaed Affandi

 

BIDANG 1

Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani                           : Muhammad Nasri Dini

Majelis Pemberdayaan Masyarakat                                                     : Putut Setyo Nugroho, S.P

Majelis Lingkungan Hidup                                                                 : Awwaluddin Mufti Efendi, M.Si

 

BIDANG 2

Majelis Tabligh                                                                                    : Sarwanto, S.Ag

Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata                                             : H. Saifulloh, S.E

Majelis Pustaka dan Informasi                                                            : Imaduddin, S.T

 

BIDANG 3

Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Non Formal : Dr. H. Mohtar Yunianto, S.Si, M.Si

Majelis Pembinaan Kesehatan Umum                                                : Ir. Ahmad Kholid Alghofari, S.T, M.T

Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial                                            : Abdullah Mudzakir, B.Sc

 

BIDANG 4

Majelis Tarjih dan Tajdid                                                                    : H. Haidar Mubarak, Lc, M.H

Majelis Pemberdayaan Wakaf                                                            : Suprilanto

Lembaga Zakat Infaq Shodaqoh Muhammadiyah                             : Ariyadi