Andika Rahmawan
Guru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo,
Sekretaris PC
Muhammadiyah Blimbing
Semangat
juang Shalahuddin Al-Ayyubi adalah salah satu contoh paling cemerlang dari
tekad dan dedikasi dalam sejarah Islam. Dilahirkan di Tikrit pada tahun 532
H/1137 M, Shalahuddin menunjukkan keteguhan dan kecemerlangan sejak masa
mudanya. Ayahnya, Najmuddin Ayyub, dan pamannya, Asaduddin Syirkuh, memulai
perjalanan panjang yang kemudian membentuk karakter dan keahlian Shalahuddin.
Dari masa pendidikannya di Damaskus, di mana ia mempelajari aqidah Sunni,
hingga penugasannya sebagai wazir dan puncaknya menjadi perdana menteri di
Mesir, Shalahuddin memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengasah kemampuannya
dalam strategi, politik, dan kepemimpinan. Semangat juangnya tidak hanya membebaskan
Mesir dari cengkeraman Syiah dan Yerusalem dari kekuasaan Salib, tetapi juga
membangun fondasi kekuatan yang mengantarkannya ke puncak kejayaan.
Di tengah
gelombang globalisasi dan tantangan modern, semangat juang Shalahuddin dapat
menjadi pelajaran berharga bagi gerakan pemuda Islam. Globalisasi sering kali
membawa berbagai godaan yang dapat melemahkan semangat generasi muda. Masalah
futur, yaitu penurunan semangat dan kualitas ibadah, merupakan tantangan yang
harus dihadapi. Sebagaimana diungkapkan dalam hadits, kekayaan dan kemewahan
dunia dapat menghancurkan jika tidak diimbangi dengan keteguhan iman. Pemuda
Islam harus belajar dari keteguhan Shalahuddin untuk tetap fokus dan
berkomitmen pada nilai-nilai Islam di tengah perubahan zaman yang cepat. Di
samping itu, pemuda Islam harus mampu memfilter pengaruh negatif dari
globalisasi agar tidak terjerumus dalam arus materialisme yang dapat mengikis
nilai-nilai spiritual dan moral.
Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW pernah mengingatkan kepada kaum Muslimin di
Madinah yang berlomba-lomba mendapatkan pembagian harta hasil jizyah, beliau
SAW bersabda, “Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan terhadap
kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah kekayaan dunia dilimpahkan kepada
kalian sebagaimana telah dilimpahkan kepada orang-orang sebelum kalian,
kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka
berlomba-lomba dan akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia telah
membinasakan mereka.” (HR. Muslim). Hadits ini mengingatkan kita bahwa
keutamaan bukan terletak pada kekayaan materi, melainkan pada bagaimana kita
menjaga hati dari kecintaan yang berlebihan terhadap dunia.
Futur,
yang berarti penurunan semangat dalam dakwah dan ibadah, adalah fenomena yang
sering melanda aktivis. Shalahuddin Al-Ayyubi menunjukkan bahwa dengan terus
meningkatkan diri dan tetap berpegang pada prinsip, seseorang bisa menghadapi
berbagai rintangan dengan kekuatan dan keteguhan. Aktivis dakwah yang mengalami
futur sering kali disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi
dengan perubahan dan meningkatkan kualitas diri mereka. Maka pemuda Islam perlu
menjadikan Shalahuddin sebagai inspirasi untuk terus memperbaiki diri dan
meningkatkan kualitas amal, terlepas dari tantangan yang dihadapi. Meneladani
Shalahuddin, pemuda Islam diharapkan mampu mempertahankan semangat juang dan
tidak goyah oleh godaan duniawi yang dapat melemahkan komitmen terhadap dakwah.
Selain
itu, ada jenis kefuturan lain yang juga perlu diwaspadai, yaitu kefuturan yang
disebabkan oleh kesalahan fatal dalam akidah atau akhlak. Aktivis dakwah yang
membuat kesalahan besar sering kali kehilangan kepercayaan dan ditinggalkan oleh
masyarakat. Shalahuddin menunjukkan pentingnya menjaga integritas dan
konsistensi dalam prinsip-prinsip Islam selalu berhati-hati dalam menjaga
akidah dan akhlaknya sehingga dipercaya untuk mengalahkan pasukan Salib. Pemuda
Islam harus menghindari kesalahan fatal dan selalu menjaga akhlak serta akidah
mereka agar tetap menjadi teladan yang baik bagi masyarakat. Pemuda Islam harus
memahami bahwa menjaga integritas bukan hanya soal diri sendiri, tetapi juga
soal bagaimana mereka bisa terus menjadi panutan dan penggerak perubahan
positif di tengah masyarakat.
Kefuturan
terakhir adalah meninggalkan perjuangan karena tidak sabar atau tidak kuat
menghadapi cobaan di jalan dakwah. Shalahuddin Al-Ayyubi menunjukkan bahwa
kesabaran adalah kunci untuk bertahan dalam perjuangan panjang dan berat dalam
pembebasan Baitul Maqdis. Hingga dapat menyatukan Mesir dan Syam di bawah
pemerintahan Islam. Pemuda Islam perlu memiliki keteguhan hati dan kesabaran
untuk terus berjuang meskipun menghadapi berbagai rintangan. Kesabaran dan
ketahanan adalah kualitas penting yang harus dimiliki untuk menghadapi
tantangan zaman dan tetap istiqamah dalam perjuangan. Dengan keteguhan hati dan
kesabaran, pemuda Islam akan mampu mengatasi segala bentuk ujian, sebagaimana
Shalahuddin yang berhasil mempertahankan semangat juangnya hingga meraih
kemenangan besar.
Untuk
mengatasi tantangan dan kefuturan, ada dua kunci utama yang harus dimiliki oleh
pemuda Islam. Pertama, adalah keikhlasan. Keikhlasan bukan hanya tentang niat
baik tetapi juga tentang konsistensi dalam amal dan niat. Seperti yang
diajarkan dalam hadits, keikhlasan adalah kunci diterimanya amal di sisi Allah.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa
kalian, tidak juga harta kalian. Akan tetapi yang dipandang adalah hati dan
amal kalian.” (HR. Muslim). Shalahuddin Al-Ayyubi menunjukkan bahwa dengan
keikhlasan, seseorang dapat menghadapi berbagai tantangan dan terus berjuang
dengan penuh semangat tanpa mengharapkan pujian atau imbalan duniawi. Perjuangan
yang murni meraih ridha Allah SWT tanpa merasa terbebani oleh pandangan atau
penilaian manusia.
Kunci
kedua adalah ittiba’, mengikuti jejak Rasulullah SAW. Shalahuddin Al-Ayyubi
mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam setiap langkahnya. Meskipun dia pernah
menjadi perdana menteri di Daulah Fatimiyah yang beraqidah Syiah, dia tetap
berpegang teguh kepada aqidah ahlus sunnah wal jamaah. Dalam dunia modern
dengan berbagai aliran dan pemikiran, pemuda Islam harus tetap berpegang pada
prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjaga arah dan tujuan perjuangan.
Seperti dinyatakan Al-Qur’an, “Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang
telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
Dan sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu
dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.” (QS. Az
Zukhruf [43]: 43-44)
Semangat
juang Shalahuddin Al-Ayyubi dalam menghadapi gelombang globalisasi mengajarkan
kita bahwa keteguhan iman dan prinsip Islam adalah kunci untuk mengatasi segala
bentuk futur dan tantangan. Dengan keikhlasan dan berpegang pada tuntunan
Al-Qur’an serta Sunnah, pemuda Islam dapat menghadapi berbagai rintangan dan tetap
berjuang di jalan Allah SWT. Dalam menghadapi godaan dunia modern, pemuda Islam
harus belajar dari sejarah dan mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh seperti
Shalahuddin. Dengan demikian, mereka dapat memperkuat iman, meningkatkan
kualitas amal, dan tetap istiqamah dalam perjuangan dakwah. Semangat
Shalahuddin harus menjadi panutan bagi setiap generasi untuk terus berjuang
dengan penuh semangat dan dedikasi, tidak peduli seberapa besar tantangan yang
dihadapi.
Shalahuddin
Al-Ayyubi menjadi contoh nyata bahwa dengan keikhlasan dan keteguhan, segala
bentuk tantangan, baik dari dalam maupun luar, dapat diatasi dengan gemilang.
Pemuda Islam harus mengambil pelajaran dari perjuangan beliau untuk tidak mudah
menyerah dan terus bergerak maju menghadapi perubahan zaman dengan tetap
berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Akhirnya, mari kita berdoa kepada Allah
SWT agar diberikan kekuatan dan keteguhan dalam berjuang di jalan-Nya. Semoga
semangat juang Shalahuddin Al-Ayyubi menginspirasi kita semua untuk terus
berdakwah, memperbaiki diri, dan menghadapi gelombang zaman bernama globalisasi
dengan iman dan keikhlasan. Wallahu A’lam.
*) Tulisan ini sebelumnya dimuat di Majalah Tabligh edisi No.10/XXII | Oktober 2024 M/Rabiul Akhir 1446 H
Tidak ada komentar: