Oleh: KH.
Roni Abdul Fattah, Lc, M.A
Dalam
perjalanan sejarah, pergantian kepemimpinan suatu bangsa adalah bagian dari
ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hal ini sejalan dengan firman-Nya dalam
Al-Qur'an, surah Ali Imran (3) ayat 26:
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ
الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ
ۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ
وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ
"Katakanlah
(Muhammad), "Wahai Allah, Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan
kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan
dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Ayat
ini menegaskan bahwa kekuasaan bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh semata-mata
karena ambisi pribadi, tetapi merupakan anugerah dan ketetapan Allah. Ahmad
Hussein Asy-Syara Al-Jaulani yang kini menjadi Presiden Suriah adalah bagian
dari takdir yang Allah tetapkan dalam perjalanan sejarah negeri itu.
Profil
Ahmad Hussein Asy-Syara Al-Jaulani
Ahmad
Hussein Asy-Syara atau biasa dikenal juga dengan nama Abu Muhammad Al-Jaulani
adalah seorang tokoh revolusioner, komandan militer, dan politisi Suriah yang
menjabat sebagai Presiden Suriah sejak 29 Januari 2025. Ia memainkan peran
kunci dalam ofensif oposisi Suriah pada tahun 2024 yang berhasil menggulingkan
rezim Bashar Al-Assad, penguasa Suriah yang sangat zhalim dan mendirikan
pemerintahan transisi di negara Suriah.
Ahmad
Hussein Asy-Syara lahir di kota Riyadh, Arab Saudi pada hari Jum'at tanggal 12
Muharram 1403 H yang bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 1982 dari keluarga
Muslim Sunni Suriah yang berasal dari Dataran Tinggi Golan. Kota Riyadh yang
menjadi tempat kelahirannya adalah tempat dimana ayahnya, Hussein Asy-Syara
bekerja sebagai insinyur minyak di Kementerian Perminyakan Arab Saudi,
sementara ibunya adalah seorang guru geografi. Pada tahun 1989, keluarganya
kembali ke Suriah dan menetap di lingkungan Mezzeh, Damaskus, di mana ayahnya
membuka usaha real estate.
Pendidikan
Setelah
menyelesaikan pendidikan menengah, Ahmad Hussein Asy-Syara melanjutkan studi di
Universitas Damaskus, awalnya mengambil Jurusan Media sebelum beralih ke
Fakultas Kedokteran selama dua tahun. Selama masa kuliahnya, ia sering
melakukan perjalanan ke Aleppo untuk menghadiri ceramah-ceramah agama, yang
semakin memperdalam minatnya dalam studi Islam.
Di antara
tokoh yang banyak memberikan pengaruh kepada Ahmad Asy-Syara adalah Syeikh
Mahmud Qoul Aghasi (1973-2007), yang dikenal juga dengan kunyahnya Abu
Al-Qa'qa'. Ia adalah seorang imam masjid, penceramah, da'i, dan ulama terkemuka
dari kota Aleppo, seorang Doktor Syari'ah lulusan dari Universitas Ilmu
Pengetahuan Islam Karachi, Pakistan cabang Suriah.
Syeikh
Mahmud Qoul Aghasi terkenal dengan pidato-pidatonya yang penuh semangat
sehingga menarik perhatian banyak anak muda, karena seruannya terfokus pada
jihad dan perlawanan, terutama dalam konteks pendudukan Amerika di Irak. Ia
mendirikan jamaah dakwah di Aleppo yang diberi nama "Ghuraba
Asy-Syam". Jamaah ini mempunyai pengaruh kuat di kalangan kaum muslimin di
Aleppo, terutama di kalangan anak-anak muda.
Karir
Militer
Pada
tahun 2003, Ahmad Hussein Asy-Syara melakukan perjalanan ke Irak menjelang
invasi AS, di mana ia bergabung dengan Al-Qaeda di Irak di bawah kepemimpinan
Abu Mush'ab Az-Zarqawi dan berpartisipasi dalam perlawanan terhadap pasukan
koalisi. Setelah penangkapan dan penahanan oleh pasukan AS dari tahun 2006
hingga 2011, ia kembali ke Suriah pada saat pecahnya revolusi melawan rezim
Bashar Al-Assad. Pada tahun 2012, Asy-Syara mendirikan Jabhah An-Nushrah dengan
dukungan Al-Qaeda untuk melawan rezim Assad dalam perang saudara Suriah.
Sebagai emir Jabhah An-Nushrah, ia membangun basis kekuatan di wilayah Idlib.
Pada tahun 2016, Asy-Syara memutuskan hubungan Jabhah An-Nushrah dengan Al-Qaeda
dan mengubah nama kelompok tersebut menjadi Jabhah Fathi Asy-Syam. Kemudian,
pada tahun 2017, ia memimpin penggabungan dengan faksi-faksi lain untuk
membentuk Haiah Tahrir Asy-Syam (HTS), di mana ia menjabat sebagai emir hingga
2025.
Keberhasilannya
Menggulingkan Rezim Bashar al-Assad
Pada
November 2024, Ahmad Hussein Asy-Syara melancarkan ofensif selama 11 hari
melawan rezim Assad, yang menghasilkan kemenangan cepat di Aleppo, Hama, Homs,
dan Damaskus. Setelah kemenangan ini, ia menjadi pemimpin de facto Suriah pada
8 Desember 2024. Pada Januari 2025, Asy-Syara diangkat sebagai Presiden Suriah
dan memerintahkan pembubaran HTS serta semua kelompok bersenjata lainnya,
termasuk Partai Ba'ath.
Sebagai
Presiden, Ahmad Hussein Asy-Syara Al-Jaulani telah berupaya untuk mengubah
citranya dari seorang pemimpin jihad menjadi seorang negarawan yang berfokus
pada pembangunan negara dan stabilitas regional. Ia telah menyerukan pencabutan
sanksi internasional terhadap Suriah dan menekankan bahwa negara tersebut tidak
lagi menjadi ancaman bagi dunia.
Hikmah
dari Kepemimpinan Ahmad Hussein Asy-Syara Al-Jaulani
1. Kekuasaan Adalah Amanah dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala
Dengan terpilihnya Ahmad Asy-Syara Al-Jaulani sebagai Presiden Suriah, ini menjadi pengingat bahwa setiap pemimpin memiliki tanggung jawab besar di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ia harus menegakkan keadilan, menjaga kesejahteraan rakyat, dan menghindari kezhaliman.
2. Pergantian Kekuasaan adalah Sunnatullah
Sejarah mencatat bagaimana banyak pemimpin naik dan turun dari kekuasaan. Ini menunjukkan bahwa tidak ada yang abadi dalam politik dan kekuasaan di dunia ini, karena semua terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Jika seorang pemimpin adil dan bijaksana, Allah akan memberkahi kepemimpinannya. Sebaliknya, jika ia zhalim, maka Allah pun bisa mencabut kekuasaannya kapan saja dan menghinakannya.
3. Ujian bagi Rakyat dan Pemimpin
Kepemimpinan Ahmad Asy-Syara Al-Jaulani bisa menjadi ujian, baik bagi dirinya sendiri maupun rakyat Suriah. Jika ia menjalankan amanah dengan baik, maka itu akan menjadi kebaikan bagi bangsa. Namun jika ia melalaikan tugasnya, maka semua ada hisabnya disisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
4. Pengingat Bahwa Kekuatan Hanya di Tangan Allah
Tidak ada pemimpin yang bisa
bertahan tanpa izin Allah. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus selalu
bersandar kepada-Nya, memohon petunjuk, dan menjalankan pemerintahan dengan
keadilan. Ahmad Asy-Syara Al-Jaulani harus menyadari bahwa kekuasaannya bukan
hasil usaha semata, tetapi merupakan kehendak Allah yang harus
dipertanggungjawabkan di dunia dan akherat.
Al-Qur'an, surah Ali Imran ayat
26 mengajarkan bahwa kekuasaan adalah hak prerogatif Allah. Ahmad Hussein
Asy-Syara Al-Jaulani menjadi Presiden Suriah bukan semata karena usahanya
sendiri, melainkan karena Allah telah menetapkan demikian. Ia harus menjalankan
kepemimpinan dengan penuh tanggung jawab, karena sewaktu-waktu Allah bisa
mencabut kekuasaan tersebut jika ia tidak menjalankan amanah dengan baik bahkan
menghinakannya. Oleh karena itu, rakyat dan pemimpin harus selalu berpegang
pada nilai-nilai Islam agar kepemimpinan yang ada membawa berkah dan kebaikan
bagi semua.
Wallahu Ta'ala A'lam
Tidak ada komentar: