Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

» » » Dahsyatnya Do’a di Bulan Ramadhan


Oleh: Dwi Prayitno, S.Pd.I

Ketua Majelis Tabligh PCM Bendosari

 

Do’a merupakan intinya ibadah. Berbagai aktifitas ibadah kita kontennya semua adalah do’a. Do’a dalam Islam adalah sikap berserah diri kepada Allah ‘azza wa jalla. Pengertian doa ini dituturkan Imam Hafizh Ibnu Hajar dari Imam At-Thaibi dalam kitab Fathul Bari, memperlihatkan sikap berserah diri dan merasa membutuhkan Allah subhanahu wata’ala, karena tidak dianjurkan ibadah melainkan untuk berserah diri dan tunduk kepada Pencipta serta merasa butuh kepada Allah subhanahu wata’ala.

Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَ عَنۡ عِبَادَتِىۡ سَيَدۡخُلُوۡنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيۡنَ

Artinya

:

“Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina."

 

Ayat di atas menjelaskan bahwa berdo’a merupakan perintah Allah, dengan kesadaran bahwa kita adalah makhluk yang sangat lemah, hina, rendah dan tak berdaya di hadapan Allah. Tidaklah pantas bagi manusia merasa sombong dan berlepas diri dari ketergantungan kepada Allah ‘azza wa jalla. Kita sangat bergantung kepada Allah, baik bergantung fisik maupun non fisik kita.

Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Seluruh waktu di bulan Ramadhan adalah pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya

:

“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala), akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘Alaih)

 

Hadits di atas memberikan gambaran bahwa puasa itu adalah do’a, dengan penuh harapan bahwa dosa kita yang telah lalu akan diampuni, harapan bahwa kesalahan-kesalahan kecil kita diampuni oleh Allah, sehingga di akhir ramadhan kita seperti bayi yang baru lahir yang bersih dari dosa.

Diantara dahsyatnya bulan Ramadhan untuk berdoa adalah bahwa do’a di Bulan Ramadhan pasti terkabul, bahwa do’a-do’a yang kita panjatkan saat kita berpuasa di bulan Ramadhan tidak akan tertolak.

 

 

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya

:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), “Aku itu dekat”. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

 

Ayat “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku”. Yang dituju dalam bertanya yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang dimaksud hamba-hamba-Ku adalah orang-orang yang beriman. “Bertanya tentang Aku”, yaitu apakah Allah itu dekat ataukah jauh. Maka katakanlah Allah itu dekat dengan ilmu-Nya, mendengar setiap doa hamba-Nya dan Allah sangat mudah mengabulkan do’a-do’a.

Berdasarkan ayat di atas bahwa do’a seorang mu’min yang dipanjatkan pasti akan dikabulkan, karena Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya ketika mereka mendekat kepada-Nya. Apalagi di bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan, bulan yang seluruh waktu puasanya adalah pengkabulan do’a.

Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

Artinya

:

”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a, akan dikabulkan.” (HR. Al Bazaar. Al Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10: 14 mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-. Lihat Jami’ul Ahadits, 9: 224)

 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

 

Artinya

:

“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797)

 

Tiga waktu terbaik untuk berdo’a di bulan Ramadhan :

1.        Waktu Sahur

Keberkahan waktu sahur dapat kita lihat dari hadits Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya

:

“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758).

 

Imam Nawawi berkata, “Pada waktu itu adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna kala itu.” (Syarh Shahih Muslim, 6: 36)

Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Doa dan istighfar di waktu sahur adalah  diijabahi (dikabulkan).” (Fathul Bari, 3: 32).

 

2.        Ketika sedang berpuasa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Artinya

:

“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi.” (HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya)

 

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan orang yang berpuasa untuk memperbanyak do’a demi urusan akhirat dan dunianya, juga ia boleh berdo’a untuk hajat yang ia inginkan, begitu pula jangan lupakan do’a kebaikan untuk kaum muslimin secara umum.” (Al-Majmu’, 6: 273)

 

3.        Ketika berbuka puasa

Hadits pada point 2 di atas sudah menyatakan bahwa termasuk do’a yang ijabah adalah saat berpuasa hingga ia berbuka, artinya saat berbuka puasa pun do’a-do’a kita akan mudah diijabah oleh Allah.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa asalnya waktu mustajab adalah sebelum berbuka puasa (menjelang berbuka) karena inilah keadaan seorang hamba masih berpuasa, badan mungkin ada sedikit lemah dan butuh makanan serta butuh dengan Rabb-nya. Akan tetapi, ada hadits membaca doa buka puasa setelah berbuka, sehingga bisa saja doa tersebut adalah setelah berbuka. Beliau berkata, “Doa (yang mustajab) adalah sebelum/menjelang berbuka yaitu ketika akan terbenam matahari. Karena saat itu terkumpul (sebab-sebab mustajabnya doa) berupa hati yang tunduk dan perasaan rendah (di hadapan Rabb) karena ia berpuasa. Semua sebab ini adalah penyebab doa dikabulkan. Adapun setelah berbuka puasa, badan sudah segar lagi dan nyaman. Bisa jadi ia lalai (akan sebab-sebab mustajab). Akan tetapi terdapat hadits yang seandainya shahih maka doa mustajab itu setelah buka puasa yaitu doa: Dzahabaz dzama’ wabtallail ‘uruq wa tsabatal ajru insyaallah. Maka doa mustajab itu setelah berbuka.”[ Liqa-usy Syahriy no. 8 syaikh Al-‘Utsaimin).

 

Do’a adalah senjatanya orang beriman. Momentum bulan Ramadhan tidak boleh terlewatkan untuk memanjatkan do’a-do’a kepada Allah subhanahu wata’ala, karena Allah memberikan lebih banyak waktu yang mustajab untuk berdo’a, yang tentu berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Mintakan hajat-hajat akhirat dan dunia kita kepada Allah, karena bulan Ramadhan saat yang dahsyat untuk mengerahkan semua senjata kita untuk menurunkan takdir baiknya kepada kita.

 

Nashrun minallaha wa fat-hun qarib, wabasy-syiril mu’minin.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply