Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

» » Dunia Sementara Akhirat Selamanya

 

Dunia Sementara Akhirat Selamanya

Oleh: Muh. Fatahillah Suparman, S.Pd.I, M.Psi

Ketua Majelis Tabligh PCM Grogol

 

Dunia ini fana, sekejap bagai angan,

Bunga mekar, layu dalam rentang.

 

Waktu berbisik, menuntun perjalanan,

Hidup melaju, meninggalkan jejak semu yang hilang.

 

 

Akhirat memanggil dengan abadi panggilan,

Pulanglah, jiwa, ke rumah yang tak terlupa.

 

Di sana, waktu tak lagi mengenal kehilangan,

Kehidupan bersemi dalam kekalnya cinta yang berlama-lama.

 

Refleksi mendalam tentang esensi kehidupan. Pesan "Dunia Sementara Akhirat Selamanya" memancarkan makna mendalam bahwa dunia ini hanya tempat ujian sesaat, sementara akhirat abadi. Tergambarkan gambaran dunia sebagai penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir, memicu introspeksi. Kesejukan iman di dunia diibaratkan sebagai surga, dan kehidupan dunia dianggap main-main dalam Al-Qur'an. Menjalani dunia seperti orang asing atau musafir membimbing sikap bijaksana. Perbandingan dunia dengan setetes air dan akhirat sebagai samudera memberikan perspektif luas. Rendahnya nilai dunia lebih rendah dari bangkai, ini mengajarkan nilai tawakal. Kekalnya akhirat diuraikan dengan perbandingan waktu, memperkuat keimanan. Inilah penggugah untuk menjalani kehidupan dengan kesadaran akan hakikat dan keabadian di akhirat.

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: "الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر" (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah, beliau berkata: “Dunia merupakan penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)

 

Kelezatan iman adalah surga di dunia ini. Sebagian ulama berkata,

 

إِنَّ فِي الدُّنْيَا جَنَّةً، مَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا لاَ يَدْخُلُ جَنَّةَ الْآخِرَةِ

“Sungguh, di dunia ada surga, siapa yang belum memasuki surga di dunia itu, ia tidak akan masuk surga di akhirat.” (Surga yang dimaksud adalah kelezatan iman yang berupa kecintaan Allah, –pen.)

 

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’âm [6]: 32)

 

كُنْ في الدُّنْيا كأَنَّكَ غريبٌ، أَوْ عَابِرُ سبيلٍ

''Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau orang yang sekadar melewati jalan (musafir).''  (HR. Al Bukhari)

 

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang  sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabût [29]: 64)

 

Perbandingan dunia

Dalam hadits, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perumpamaan bahwa dunia ini seperti setetes air yang melekat di jari, sedangkan akhirat merupakan samudera yang sangat luas. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

وَاللهِ ، مَا الدُّنْيَا فِـي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَـجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هٰذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَ بِالسَّبَّابَةِ – فِـي الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِـعُ

“Demi Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, -(perawi hadits ini yaitu)Yahya  memberikan isyarat dengan jari telunjuknya- lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu?” (HR. Muslim, dan Ibnu Hibbân)

 

Dunia ini lebih rendah nilainya daripada bangkai anak kambing yang cacat. Sebuah riwayat menggambarkan:

 

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مَرَّ بِالسُّوْقِ دَاخِلًا مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ. فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ، ثُمَّ قَالَ: أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ قَالُوْا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قال: أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟  قَالُوْا: وَاللهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ، لِأَنَّهُ أَسَكُّ. فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ.

Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati pasar sementara banyak orang berada di dekat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil memegang telinganya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang berkata, “Demi Allâh, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Demi Allâh, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allâh daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian". (HR. Muslim)

 

Kekalnya akhIrat, 1 Hari Akhirat = 1000 Tahun di Dunia

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ

Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

 

Dalam Tuhfatul Ahwadzi, satu hari di akhirat sama dengan seribu hari di dunia, sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan:

 

وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj [22]: 47). Oleh karenanya, setengah hari di akhirat sama dengan 500 tahun di dunia.

 

Adapun firman Allah Ta’ala,

 

فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (QS. Al Ma’arij [70]: 4)

 

Ayat ini menunjukkan pengkhususan dari maksud umum yang sebelumnya disebutkan atau dipahami bahwa waktu tersebut begitu lama bagi orang-orang kafir. Itulah kesulitan yang dihadapi orang-orang kafir,

 

فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ (8) فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ (9) عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ (10)

Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.” (QS. Al Mudatsir [74]: 8-10)

 

Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl [16]: 97)

 

Dunia adalah panggung singkat tempat kita mengalami berbagai lika-liku hidup, diwarnai oleh kebahagiaan, kesedihan, kesehatan, sakit, kemiskinan, dan kekayaan. "Dunia Sementara Akhirat Selamanya" membimbing kita untuk merenungi hakikat dunia sebagai ujian sementara. Melalui pesan yang mendalam, lagu ini mengajak untuk mensyukuri setiap momen dalam perjalanan kehidupan ini, sambil menyadari bahwa segala pengalaman di dunia hanya bersifat sementara. Puisi ini memotivasi kita untuk bersabar di tengah cobaan, menegaskan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan sesaat, sementara keabadian menanti di akhirat.

 

Sebaliknya, akhirat dipahami sebagai kehidupan abadi yang menghadirkan kekekalan. Pesan yang disampaikan melalui hadits Abu Hurairah memberikan gambaran bahwa dunia merupakan penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir. Introspeksi atas kehidupan dunia dibangun melalui perumpamaan dunia seperti setetes air dibandingkan dengan samudera akhirat. Nasihat Rasulullah untuk menjalani dunia seperti orang asing dan perumpamaan waktu di dunia dengan akhirat membangun perspektif tentang kejelekan dunia dan keabadian akhirat. Bab ini memantik kesadaran akan kehidupan abadi yang menanti, memperkuat keimanan dalam menghadapi ujian hidup. Kesadaran akan hakikat dan keabadian di akhirat menjadi landasan untuk menjalani kehidupan dengan penuh kesabaran dan tawakal. "Dunia Sementara Akhirat Selamanya" bukan hanya lagu, melainkan juga penuntun untuk merenungi makna hidup, menumbuhkan kesyukuran, dan memandu menuju persiapan untuk kehidupan abadi di akhirat.

 

"Dunia Sementara Akhirat Selamanya" menyampaikan pesan tentang bersyukur atas segala yang diperoleh dalam hidup, sambil mengingatkan bahwa semua kenikmatan dan cobaan di dunia ini hanya bersifat sementara.

Kesedihan, kebahagiaan, sakit, kesehatan, kemiskinan, dan kekayaan dianggap sebagai pengalaman sementara di dunia ini. Bersabar menghadapi cobaan, dengan keyakinan bahwa dunia hanyalah tempat sementara, sementara akhirat adalah keabadian.

Dengan nada yang mendalam, lagu ini menciptakan kesadaran akan nilai-nilai kehidupan yang lebih tinggi dan makna spiritual yang mendalam.

 

Fatahpcmgrogol

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply