KUNCI KELUARGA BAHAGIA,
MULIA DAN
SELAMAT
Oleh:
H. Muhammad Tri Wibowo, S.Pd
Sekretaris
PDM Sukoharjo
Alhamdulillah. Segala puji hanya
milik Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Dialah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rahmat-Nya tersebar ke seluruh
makhluk. Tiada yang menandingi kekuasaan-Nya. Hanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala kita menyembah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Setiap orang mendambakan hidup
bahagia, mulia dan selamat. Inilah tiga hal yang menjadi satu paket penting
dalam hidup kita. Ada orang yang bahagia tapi tidak selamat, tentu kita tidak
mau seperti itu. Ada orang bahagia tapi hina, kita juga tidak mau seperti itu.
Kita sangat mengharapkan hidup bahagia, mulia sekaligus selamat.
Lantas bagaimana agar kita bisa
meraih kehidupan yang demikian? Apakah dengan menjadi kaya raya, ataukah dengan
menjadi pejabat tinggi, atau menjadi orang terkenal? Bukan! Karena buktinya
tidak sedikit orang yang kaya raya malah stres, orang yang terkenal malah
dihantui kegelisahan, pejabat tinggi dikejar-kejar kecemasan. Sungguh, aksesoris duniawi hanya
memberikan kesenangan semu yang sesaat. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا
هٰذِهِ الحَيٰوةُ الدُّنيَاۤ
اِلَّا لَهوٌ وَّلَعِبٌؕ
وَاِنَّ الدَّارَ الاٰخِرَةَ لَهِىَ الحَـيَوَانُۘ
لَو كَانُوا يَعلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini
melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang
sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Ankabut [29]: 64)
Maka marilah hidup kita harus ada
tujuan. Yaitu semua aktifitas kehidupan kita hanyalah untuk beribadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzaariyaat [51] :
56)
Mengapa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
demikian kuat menghadapi berbagai macam kepahitan yang menimpa
beliau? Mengapa pula para sahabat radhiallahu
‘anhum begitu tangguh menjalani kehidupan dengan berbagai
tempaan yang berat? Yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat
begitu kuat adalah karena punya tujuan hidup yang jelas. Punya cita-cita yang
terang benderang, mau kemana hidup ini.
Ketika seseorang punya tujuan kuat
ingin menjadi dokter spesialis, maka akan semakin gigih belajarnya, makin
disiplin kuliahnya. Saat seseorang punya cita-cita kuat ingin tinggi karirnya,
posisinya di kantornya, maka akan semakin ulet bekerjanya, semakin semangat
dalam berkarya. Begitu dahsyat pengaruh tujuan dalam hidup seseorang.
Semakin tinggi, semakin agung,
semakin besar tujuan hidupnya, maka akan semakin ringan ia menjalani hidup ini.
Meskipun ujian demi ujian, kepahitan demi kepahitan datang bertubi-tubi. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
المؤْمِنُ
فِي الدُّنْيَا كَالغَرِيْبِ لاَ يَجْزَع مِنْ ذُلِّهَا ، وَلاَ يُنَافِسُ فِي
عِزِّهَا ، لَهُ شَأْنٌ ، وَلِلنَّاسِ شَأْنٌ
“Seorang mukmin di dunia seperti
orang asing. Tidak pernah gelisah terhadap orang yang mendapatkan dunia, tidak
pernah saling berlomba dengan penggila dunia. Penggila dunia memiliki urusan
sendiri, orang asing yang ingin kembali ke kampung akhirat punya urusan sendiri.”
(Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 379)
Nah, tujuan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersama para sahabat adalah perjumpaan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengerti semua perjuangan hidup ini ada hitungannya di sisi
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada yang sia-sia sedikitpun. Oleh karena itu,
jika kita merasa menderita dalam hidup ini, tanyalah pada diri sendiri apakah
tujuan hidup kita, apakah cita-cita kita.
Jadikanlah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai
tujuan hidup kita. Tiada yang lebih agung, lebih mulia, lebih besar daripada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kejarlah
ridha dan cinta-Nya. Karena
semakin kita gigih mengejar ridha
Allah dan cinta-Nya, akan
semakin ringan hidup kita, semakin mudah dan semakin bahagia. Insyaa Allah.
Ibnul Qoyyim rahimahullah
mengatakan, “Tujuan yang terpuji yang jika setiap insan merealisasikannya bisa
menggapai kesempurnaan, kebahagiaan hidup, dan keselamatan adalah dengan
mengenal, mencintai, dan beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik
kepada-Nya. Inilah hakekat dari perkataan seorang hamba “Laa ilaha illallah (tidak
ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah)”. Dengan kalimat inilah
para Rasul diutus dan semua kitab diturunkan. Suatu jiwa tidaklah menjadi baik,
suci dan sempurna melainkan dengan mentauhidkan Allah semata.” (Miftaah Daaris
Sa’aadah, 2/120)
Jadi, jika kita ingin bahagia,
mulia dan selamat, maka kuncinya adalah kita harus memiliki tujuan hidup yaitu mendekat
kepada pemilik semua itu, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang bisa memberikan kebahagiaan, kemuliaan dan keselamatan yang
sejati di dunia dan di akhirat.
Hadirkan selalu Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam setiap urusan kita. Libatkan selalu Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
perniagaan kita, dalam pembelajaran kita, dalam latihan kita, dalam pekerjaan
kita bahkan dalam istirahat kita.
Sedangkan dalam
kacamata dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memberikan gambaran dengan 4 indikator
kebahagiaan, seperti halnya disebutkan
dalam hadits berikut ini. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ اْلمَرْءِ أَنْ تَكُوْنَ
زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَأَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا وَخُلَطَائُهُ صًالِحِيْنَ وَأَنْ
يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِى بَلَدِهِ
“Empat
macam dari kebahagiaan manusia, yaitu istri yang salehah, anak yang berbakti,
teman-temannya adalah orang-orang yang baik, dan mata pencahariannya berada
dalam negaranya sendiri.”
(HR. Dailami)
Sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang disebutkan di atas, memberikan gambaran tentang kebahagiaan dalam kaca mata dunia. Istri shalihah tidak hanya sekadar dapat menjadi penyejuk hati
bagi suaminya tapi juga menjadi instrumen untuk mencetak generasi shalih karena seorang ibu
adalah madrasah awal bagi anak-anaknya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
الدُّنْيَا
مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah
perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” (HR. Muslim,
no. 1467)
Mempunyai anak-anak yang berbakti adalah kebahagiaan terbesar dalam kehidupan keluarga. Kebahagiaan yang bukan semata
dirasakan di dunia saja,
tetapi juga sampai di
akhirat nanti. Karena dengan
memiliki anak yang berbakti (shalih/shalihah), orang tua akan tetap mendapatkan
kiriman pahala setelah meninggal dengan amal-amal kebaikan yang dilakukan oleh
anak-anak mereka, juga kiriman doa-doa dari mereka. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا
مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ
صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang manusia meninggal,
maka terputuslah amalnya, kecuali tiga, yakni sedekah jariyah, atau ilmu yang
diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Tentang teman
yang baik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan
kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan
sering menasihati
kita. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ
الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ،
وَكِيرِ الْحَدَّادِ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ،
أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ
تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman)
dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan
pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk
olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman
dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus
terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101)
Semoga kita termasuk orang-orang
yang hidup bahagia, mulia dan selamat di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
Tidak ada komentar: