Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

» » » Kunci Pembuka Pintu Surga


Oleh: H. Nafsir Aspan, S.Ag, M.Si

Anggota Majelis Tabligh PDM Sukoharjo

 

Maasyiral muslimin rahimakumullah

Tugas utama kita dalam hidup di dunia ini, mengabdi kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya:

 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat [51]: 56)

 

Dan salah satu bentuk pengabdian seorang hamba yang sangat krusial, yang sangat penting, yang sangat berpengaruh pada amalan-amalan lain yang sekaligus merupakan amalan pertama yang akan dihisab atau dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT adalah shalat. Rasulullah SAW bersabda:

 

إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

“Sesungguhnya amalan seorang hamba yang akan dihisab pertama kali pada hari kiamat adalah amalan shalatnya. Jika shalatnya benar maka dia akan beruntung dan berhasil, jika shalatnya itu rusak maka ia akan merugi.” (H.R Tirmidzi dan An Nasai)

 

Rasulullah SAW juga memberikan suatu ancaman bagi manusia yang tidak mau menjalankan shalat dan kelak di akhirat akan di masukkan ke neraka Saqar. Allah SWT berfirman:

 

مَا سَلَـكَكُم فِى سَقَرَ‏  قَالُوا لَم نَكُ مِنَ المُصَلِّينَ

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. Al Mudatsir [74]: 42-43)

 

Maasyiral muslimin rahimakumullah

Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam salah satu kitabnya yang berjudul Alwaabil Al Shoyyib menyebutkan ada 5 tingkatan orang yang melaksanakan shalat. Kelima tingkatan itu bagaikan anak tangga yang dimulai dari paling rendah sampai yang paling sempurna.

 

Pertama, orang yang shalat diiqab (diadzab)

Tangga yang pertama adalah orang yang mendzalimi diri sendiri. Ia melakukan shalat dengan ala kadarnya sekedar untuk melepaskan kewajiban. Ia tidak menyempurnakan wudhunya, tidak memelihara waktu-waktunya, syarat-syaratnya dan rukun-rukunnya. Sebagaimana firman Allah SWT:

 

 فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَ

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Ma’un [107]: 4-5)

 

Kedua, orang yang shalat dihisab (ditimbang)

Anak tangga kedua adalah orang yang menjaga waktu shalat, wudhu dan syarat-syarat dan rukun-rukun tetapi tak berdaya menghadapi bisikan (was-was) setan dan pikirannya masih di luar salat. Orang yang berada pada tangga ini lebih baik dari yang pertama karena dia sudah punya kesadaran tentang bagaimana tata cara shalat yang baik, berdasarkan tuntunan Rasulullah SAW. Tetapi objek perhatiannya barus sebatas penampilan luar shalatnya belum bisa menghadirkan kekhusyukan shalatnya.

 

Ketiga, orang yang shalat mendapat maghfirah (ampunan)

Anak tangga yang ketiga adalah orang yang menjaga syarat-syaratnya, rukun-rukunnya tetapi ia sibuk melawan bisikan setan dan pikiran dalam shalatnya. Ada dua pekerjaan dilakukan sekaligus satu waktu yaitu shalat dan melawan setan. Anak tangga ketiga ini tentu lebih baik dibandingkan anak tangga kedua. Karena ia mulai memiliki kesadaran tentang hakikat shalat. Akan tetapi yang namanya setan juga berusaha keras untuk melalaikan shalatnya. Allah SWT berfirman:

 

اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّاۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِۗ 

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir [35]: 6)

 

Ibnu Katsir menjelaskan berkenaan dengan ayat ini: “setan adalah musuh yang menantang kalian dengan mengumumkan permusuhan. Oleh karena itu janganlah kalian turuti bujuk rayunya.”

 

Keempat, orang yang shalat mendapat jaza’ minallah (pahala dari Allah)

Anak tangga keempat adalah orang yang menyempurnakan syarat dan rukunnya. Dia sadar bahwa kewajibannya adalah menyempurnakan semua itu. Ketika shalat hatinya hadir bersama jasadnya menghadap Allah SWT. Pada saat itu ia merasa diawasi atau dilihat Allah SWT. Orang ini mulai bisa merasa lega dalam shalatnya. Usaha yang terus dilakukannya untuk mengusir setan mulai berhasil. Setan tidak lagi punya kemampuan menggodanya. Setan mulai sadar dengan komitmennya orang yang salat itu ia tidak mampu menggoda hamba Allah SWT yang ikhlas.

 

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُغوِيَنَّهُم اَجمَعِينَ‏ اِلَّا عِبَادَكَ مِنهُمُ المُخلَصِينَ‏

Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shaad [38]: 82-83)

 

Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufik untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah SWT.

 

Kelima, orang yang shalatnya sudah menjadi Qurrata ‘ain (Penyejuk pandangan mata)

Anak tangga kelima adalah orang yang menegakkan shalat dengan sempurna dan hatinya hadir menghadap Allah SWT. Ia sadar sedang berhadapan dengan Allah SWT. Dia seolah-olah melihat Allah SWT. Shalat baginya bukan sebuah beban, tetapi sudah menjadi hiburan yang menghilangkan duka lara. Inilah puncak ihsan seorang manusia dalam shalatnya. Rasulullah bersabda dalam hadits Jibril:

 

قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Apakah yang dimaksud ihsan? Nabi menjawab : engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihatnya, jika engkau tidak melihatnya sesungguhnya Allah melihat engkau.” (HR. Al Bukhari)

 

Dari gambaran nyata dari tipe shalat ini adalah Rasulullah sebagaimana sabdanya:

 

وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِـيْ فِـي الصَّلَاةِ

“Allah menjadikan kesenanganku ada dalam shalat.” (HR. An Nasai dan Ahmad)

 

Maasyiral muslimin rahimakumullah

Setelah kita mengetahui lima tingkatan di atas sekarang kita lihat berada pada posisi manakah kita? Tentu orang yang cerdas senantiasa berusaha hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari besok harus lebih baik dari hari ini. Dalam arti hendaknya kita senantiasa memperbaiki shalat kita jangan sampai kita tergolong pada orang yang meremehkan shalat yakni yang berada pada anak tangga pertama. Termasuk perbuatan meremehkan shalat adalah:

 

1. Orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya

2. Orang yang melaksanakan shalat dengan tidak menjaga kekhusyukan

3. Orang yang tidak melaksanakan shalat wajib tidak berjama’ah di masjid.

 

Sebab orang yang meremehkan shalat, orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya, orang yang melaksanakan shalat dengan tidak menjaga kekhusyu’an serta orang yang tidak melaksanakan shalat wajib dengan berjama’ah di masjid, ia tidak akan serius menjalankan tugas hidup atau menjalani misi hidup yang sesungguhnya. Bagi mereka hidup hanya berkisar antara makan, tidur, mencari makan dan selebihnya berpindah dari satu hiburan ke hiburan yang lain, dari satu kesenangan menuju kesenangan yang lain seakan untuk itulah mereka diciptakan.

 

Maasyiral muslimin rahimakumullah

Suami yang meremehkan shalat, suami yang malas ke masjid, suami yang mengerjakan shalat dengan QOOMUU KUSAALAA, mereka yang melakukan dengan malas, berdiri dengan malas, maka dia akan meremehkan amalan yang lain, akan meremehkan istri dan anak-anaknya.

 

Seorang istri yang meremehkan shalat, dia akan meremehkan suaminya, dia akan meremehkan Allah, dia akan meremehkan Rasulullah, dia akan meremehkan jihad, dia akan meremehkan iqomatuddin, meremehkan jilbab, meremehkan pendidikan anak-anaknya.

 

Anak-anak yang meremehkan shalat, anak-anak yang mengabaikan shalat, tidak mungkin dia akan menjadi anak-anak yang birrul walidain, berbakti pada orangtuanya, cinta kepada bapaknya, cinta kepada ibunya, karena shalat telah ia remehkan, Rasulullah telah ia remehkan, perintah Allah telah ia abaikan, ia tidak bisa berbakti kepada orangtua, tidak akan menjadi anak yang WABIL WAALIDAINI IHSAANA.

 

Guru yang meremehkan shalat, akan menjadi guru yang mengabaikan nilai-nilai moral dalam pendidikan sehingga moral anak didiknya tidak terbangun.

 

Pejabat yang meremehkan shalat akan menjadi pejabat yang dzolim, menguras harta rakyat dengan dalih pembangunan. Menumpuk harta untuk modal melanggengkan kekuasaan.

 

Dan siapapun yang meremehkan shalat, baik pemudi maupun pemuda, bapak-bapak atau ibu-ibu, kakek-kakek atau nenek-nenek baik dia seorang petani, pedagang, pengusaha, nelayan, karyawan, pegawai dan lain sebagainya baik dari kalangan rakyat jelata maupun pejabat Negara yang meremehka shalat akan mudah melanggar aturan Allah, meremehkan ajaran Rasulullah, akan meremehkan ibadah-ibadah yang lain, dan mudah melakukan kedzoliman.

 

Hari ini kedzoliman dengan aneka bentuknya terpampang di mana-mana, keadilan begitu sulit ditegakkan, kejujuran menjadi sesuatu yang langka akibat kepiawaian dalam memutar balikkan fakta. Dan korbannya adalah umat islam, yang menjadi kambing hitam adalah umat islam, yang menjadi sasaran fitnah adalah umat islam. Bukti nyata dapat kita lihat dengan jelas baik di dalam negeri maupun di belahan bumi yang lain.

 

Maasyiral muslimin rahimakumullah

Di dunia ini mungkin kita bisa dapatkan harta tanpa kesengajaan, mungkin kita bisa dapatkan pekerjaan secara kebetulan atau meraih jabatan tanpa perencanaan akan tetapi kita tidak bisa mendapatkan surga atau jannah secara kebetulan. Jannah tidak pula bisa didapat dengan undian akan tetapi harus ada unsur kesengajaan. Sengaja untuk mencari jalan, Sengaja untuk menempuh perjalanan, serta harus gigih berjuang dan kunci pembukanya adalah shalat.

 

Maasyiral muslimin rahimakumullah

Kini semuanya terpulang kepada kita, jadi hamba Allah yang taat atau ahli maksiat. Memelihara shalat atau meremehkannya. Yang pasti semua akan ada balasannya. Wallahul musta’an

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply