Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

» » » Menggapai Lailatul Qadar

 

Menggapai Lailatul Qadar

Oleh: H. Bimawan Syamsudin, S.P

Pembina Majelis Tabligh PDM Sukoharjo

 

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr [97]: 3 – 5)

 

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, yang membawa petunjuk hidup bagi umat manusia. Hari ini, mari kita bahas tentang suatu malam yang amat istimewa dan penuh berkah, yaitu Lailatul Qadar.

 

Ramadhan disebut bulan yang paling utama (afdlal al-syuhur) karena di dalamnya terdapat malam yang disebut Lailatul Qadar (malam yang lebih baik dari seribu bulan). Lailatul-Qadar adalah malam ketetapan atau malam kepastian tentang qadar atau ukuran rezeki manusia. Pada malam itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan dan menentukan nasib seseorang untuk periode setahun yang akan datang.

 

Lailatul Qadar adalah malam terbaik di antara malam-malam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan. Salah satu keistimewaannya bahwa ibadah yang dilaksanakan pada malam itu dilipatgandakan pahalanya dan lebih baik dari orang beribadah selama 1.000 bulan.

 

Lailatul Qadar ini juga, adalah momen ketika Al-Qur’an diturunkan utuh 30 Juz, dari Lauhil-Mahfuz ke langit dunia (Baitul al-‘Izzah). Seseorang yang mendapatkan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala di malam Lailatul Qadar itu, adalah karunia yang sangat dahsyat. Mengapa? Karena orang yang terlewatkan dari malam Lailatul Qadar ini, tidak mudah baginya untuk memperpanjang usianya sampai usia 83 tahun (1000 bulan).

 

Ibnu Qayyim rahimahullah membagi makna malam Lailatul Qadar menjadi dua. Makna pertama adalah malam yang agung. Makna kedua adalah malam yang sempit. Malam yang agung karena penuh dengan kebaikan atau bahkan pelipatan kebaikan. Semua kebaikan pahala diobral habis oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk hamba-Nya yang mau. Sementara makna malam yang sempit, karena bumi pada malam tersebut menjadi penuh sesak disebabkan banyaknya malaikat yang turun untuk menebar keberkahan. Terkadang suasana ini juga bisa kita rasakan dengan lebih tenang dan lebih damai dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya dan sesudahnya.

 

Bagaimana Peristiwa Lailatul Qadr Terjadi

1.      Terjadi pada bulan Ramadhan

Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

 

تَحَرَّوْا لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِن العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِن رَمَضَانَ

“Carilah oleh kalian keutamaan lailatul qadar (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari)

 

Inilah dalil yang dijadikan pijakan kaum muslimin untuk mendapatkan Lailatul Qadar di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Apakah Lailatul Qadar ini mungkin juga terjadi di luar Ramadhan? Wallahu a’lam. Yang jelas bahwa keterangan di hadits ‘Aisyah radhiyallahu’anha ini menerangkan bahwa Lailatul Qadar terjadi di dalam bulan Ramadhan.

 

Ada baiknya jika kita persiapkan sejak jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan, karena di 10 hari terakhir Ramadhan ini aktifitas kemasyarakatan, keluarga, ekonomi akan mengalami peningkatan. Maka jika tidak kita persiapkan sejak awal, terkadang kita sulit mengantisipasi. Sehingga waktu-waktu yang seharusnya untuk mengencangkan ibadah, berganti dengan aktifitas keduniaan, untuk mengejar persiapan lebaran.

 

2.      Lailatul Qadar terjadi sepanjang malam, sejak maghrib hingga subuh

Lailatul Qadar berada pada rentang dari maghrib sampai subuh, maka peristiwa apapun yang terjadi sepanjang rentang itu berarti ada pada rentang waktu Lailatul Qadar.

 

Semua orang yang melakukan ibadah ketika itu, berarti dia telah melakukan ibadah di Lailatul Qadar. Besar dan kecilnya pahala yang dia dapatkan, tergantung dari kualitas dan kuantitas ibadah yang dia kerjakan di malam itu.

 

Oleh karena itu, sekalipun dia hanya mengerjakan ibadah wajib saja, shalat maghrib dan isya’ di malam qadar, dia mendapatkan bagian pahala beribadah di Lailatul Qadar.

 

Imam Malik rahimahullah meriwayatkan secara balaghan (tanpa sanad), menukil keterangan Said bin Musayib rahimahullah (tabiin senior, menantu Abu Hurairah radhiallahu’anhu) tentang orang yang beribadah ketika Lailatul Qadar.

 

أَنَّ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ كَانَ يَقُولُ: مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا

Bahwa Said bin Musayab pernah mengatakan, “Siapa yang ikut shalat isya’ berjamaah di lailatul qadar, berarti dia telah mengambil bagian lailatul qadar.” (Muwatha’ Malik, no. 1146)

 

Az-Zarqani menjelaskan kalimat itu dalam syarah Muwatha’nya,

 

فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا، أَيْ: نَصِيْبَهُ مِنْ ثَوَابِهَا

“dia telah mengambil bagian lailatul qadar” maknanya dia mendapat bagian dari pahala lailatul qadar. (Syarh az-Zarqani ‘ala Muwatha, 3/463)

 

Penjelasan tentang istimewa dan mudahnya kita mendapatkan banyak pahala dan kebaikan di peristiwa Lailatul Qadar di atas bukan berarti mengajak kita untuk bermalas-malasan dalam meraih pahala. Tetapi sebaliknya, dengan penjelasan ini diharapkan kaum muslimin semakin semangat dalam mengejar Lailatul Qadar, karena semua orang yang beribadah di dalamnya pasti mendapatkannya. Banyak dan sedikitnya, tergantung dari kesungguhan dirinya dalam mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka yang bersungguh-sungguh, akan mendapatkan petunjuk, sehigga dimudahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mendapatkan banyak kebaikan di malam itu.

 

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut [29]: 69)

 

Peristiwa Lailatul Qadar ini hanya terjadi di bulan Ramadhan, itulah yang menjadikan kita harus semangat. Ibarat pedagang yang memberikan diskon di bulan-bulan tertentu, maka biasanya pembeli akan menguras kemampuannya mendapatkan barang itu, karena “mumpung diskon”. Begitulah juga Lailatul Qadar, mumpung diobral oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di bulan Ramadhan maka kita sekuat tenaga harus bisa mendapatkannya, mbuh piye carane.

 

Jika kita analogikan dengan harga discount tadi, dan kita tidak bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, maka tatkala harga sudah kembali normal, maka kita akan lebih sulit lagi mendapatkannya. Kira-kira begini logikanya, “Jika dengan harga discount (murah) saja kita tidak bisa membeli, maka bagaimana jika harganya sudah kembali normal lagi.”

 

Imam Qatadah rahimahullah mengatakan, “Siapa saja yang gagal mendapatkan Maghfirah (ampunan) selama bulan Ramadhan, maka bisa dipastikan akan lebih sulit untuk mendapatkannya di luar bulan Ramadlan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 371)

 

Oleh karena itu, mari kita manfaatkan malam-malam terakhir di bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Perbanyaklah ibadah, bacaan Al-Qur’an, doa, dan dzikir. Berusahalah mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tulus dan ikhlas. Jangan sia-siakan kesempatan emas ini untuk mendapatkan keberkahan dan ampunan dari-Nya.

 

Semoga kita semua dapat meraih malam Lailatul Qadar dan mendapatkan berkah serta ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin. Wallahu a’lam bish shawwab

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply