Qadha atau Nyawal dulu?
Dr. H. Ali Trigiyatno, M.Ag
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa
barakatuh.
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ
وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Hadirin yang berbahagia, salah
satu amalan yang dianjurkan selepas bulan suci Ramadhan adalah puasa enam hari
pada bulan Syawal. Puasa 6 hari di
bulan Syawal dihukumi sunnah oleh mazhab Syafi’i dan Hanbali, namun dihukumi
Makruh oleh Imam Abu Hanifah dan Imam Malik. Demikian dijelaskan oleh Imam an-nawawi dalam Syarh Sahih
Muslim IV : 186.
Tampaknya pendapat yang menyunnahkan lebih
kuat mengingat hadis sahih yang menyebutkan keutamaan puasa enam hari
Syawal ialah yang diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari RA:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِيِّ، – رضى الله عنه – أَنَّهُ
حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ صَامَ
رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ [رواه
مسلم، والترمذي،وابن ماجه، وأبو داود)
Artinya: Dari Abu Ayyub al-Anshari RA bahwa ia mendapat
riwayat Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa sudah melakukan puasa Ramadan,
kemudian menambahkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah
ia telah melaksanakan puasa setahun. (HR Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu
Dawud).
Pelaksanaannya puasa syawal sendiri boleh dilakukan
berturut-turut mulai tanggal 2 Syawal dan seterusnya, tapi juga boleh
terpisah-pisah selama masih bulan Syawal. Maka dari itu, keutamaan yang besar
ini jangan sampai terlewatkan hanya karena kita malas menjalankannya.
Sebagian ulama kontemporer kurang
menganjurkan langsung berpuasa mulai tanggal 2 Syawal mengingat dalam budaya
sekarang satu pekan di awal Syawal digunakan untuk budaya Syawalan atau saling
bersilaturahmi yang tentunya butuh tenaga ekstra utuk mudik yang jaraknya bisa
jauh. Selain itu jika tuan rumah berpuasa, tamu juga bisa jadi kurang nyaman
ketika disuguhi karena tuan rumah sedang berpuasa.
Hadirin yang berbahagia. Bagaimana
kalkulasi matematiknya kok puasa Ramadhan lalu 6 hari di bulan syawal seperti
puasa setahun (jika rutin setiap tahun menjalankan seperti sepanjang masa).
Begini, setiap kebaikan itu minimal akan dilipatkan 10 x, jika satu bulan
Ramadhan 30 hari x 10 sama dengan 300, terus kita tambah 6 hari x 10 sama
dengan 60, jika ditotal sama dnegan 360 hari. Bukankah 1 tahun qamariyah hanya
sekitar 354 hari?
Muncul pertanyaan, saya mau puasa Syawal,
tetapi saya masih punya hutang puasa Ramadhan? Bagaimana ini, saya puasa qadha
atau nyaur dulu atau puasa Syawal dulu?
Idealnya, yang namanya hutang puasa
Ramadhan yang hukumnya wajib ya mestinya didahulukan untuk dilunasi. Di mana
amalan wajib mestinya didahulukan dari amalan sunnah. Maka nyaur puasa Ramadhan
dulu baru puasa Syawal. Ini yang lebih pas dan kuat.
Namun demikian, seandainya karena satu dan
lain hal menjalankan puasa qadha dirasa sangat memberatkan karena misalnya
jumlah hutangnya banyak sampai belasan hari misalnya, maka sebagian ulama
memberi kelonggaran untuk puasa Syawal dulu karena waktu qadha` pada dasarnya
luas hingga 11 bulan berikutnya. Wallahu a’lam.
Saudara-saudaraku yang budiman. Muncul
pertanyaan lagi, bolehkah menggabung niat puasa qadha sekaligus puasa Syawal?
Dalam hal ini sebenarnya ada khilafiyah di kalangan ulama.
Dijelaskan dalam fatwa Majma' al-Buhuts
al-Islamiyah Al-Azhar as-Syarif, berikut tiga perbedaan pendapat mengenai
persoalan menggabungkan puasa Syawal dengan puasa qadha: Pertama, bagi
seseorang yang menggabungkan niat puasa enam hari di bulan Syawal dengan qadha
Ramadan, maka salah satu puasa saja yang dianggap sah. Adapun pendapat ini adalah pendapat ulama
Hanabilah. Kedua, puasa qadha yang digabung
dengan puasa Syawal dianggap sah keduanya. Pendapat ini didukung oleh ulama
Malikiyah dan mayoritas ulama Syafi'iyah. Ketiga, tidak
diperbolehkan menggabungkan dua niat puasa tersebut. Pendapat ini didukung oleh
sebagian ulama Syafiiyah dan suatu riwayat ulama Hanabilah.
Hanya saja yang lebih kuat Insya Allah yang niatnya sendiri-sendiri. Jadi
kalau mau fokus qadha ya qadha dulu, baru jika waktu masih ada kita puasa Syawal.
Jadi pendapat yang paling aman dari khilafiyah adalah, jika masih ada kewajiban
melunasi hutang puasa Ramadhan kita puasa qadha dulu dan baru berpuasa di bulan
Syawal, dalam hal ini tidak ada khilafiyah di kalangan ulama.
Tapi ingat, hutang puasa hanya diperbolehkan bagi mereka yang mengalamai
udzur syar’i seperti sakit, safar, haidh, nifas, bukan bagi mereka yang tidak
berpuasa secara sengaja tanpa ada udzur syar’i.
Demikian kultum singkat semoga bisa
dipahami dan diamalkan.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Tidak ada komentar: