Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

» » » » Ramadhan Bulan Al Qur’an


Andika Rahmawan

Guru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Alhamdulillah, syukur ke hadirat Allah SWT, Rabb yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil, yang lantunannya menjadi penentram jiwa-jiwa kita, petunjuk keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur’an, sebuah identitas yang melekat dengan bulan mulia ini, maka menarik untuk kita mengkajinya, mengapa bulan Ramadhan disebut atau dikenal sebagai bulan Al-Qur’an.

 

Bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an

AllahSWT– berfirman:


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ


Bulan Ramadhan yang di dalamnya (mulai) diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang bathil.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)


Ibnu Katsir rahimahullah berkata mengenai ayat ini dalam tafsirnya, “Allah SWT menyanjung bulan puasa dibanding bulan-bulan lain dengan dipilihnya sebagai waktu diturunkannya Al-Quran Al-‘Azhim. Karena hal ini pula, Dia mengistimewakannya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kitab-kitab suci diturunkan kepada para nabi ‘alaihimussalam di bulan ini juga.


إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ


“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadr [97]: 1)


إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةٍ مُبارَكَةٍ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati.” (QS. Ad-Dukhan [44]: 3)

 

Ibnu Abbas RA dan lain-lainnya mengatakan bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur'an sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul 'Izzah di langit yang terdekat. Kemudian diturunkan secara terpisah-pisah sesuai dengan kejadian-kejadian dalam masa dua puluh tiga tahun kepada Rasulullah SAW.

 

Bulan yang menjadi mulia karena Al Qur’an

Al-Quran merupakan kitab yang mulia, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Mulia, dibawa oleh malaikat yang paling mulia, diturunkan kepada nabi yang paling mulia, dan turun di tempat yang paling mulia juga. Maka bulan yang menjadi waktu turunnya pun juga menjadi bulan yang paling mulia, dialah bulan Ramadhan.


Dengan kemulian tersebut Allah SWT melipatgandakan pahala dari setiap amal ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:


كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ


Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)


Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah SWT pada hamba-Nya. Allah SWT pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam.


Kemudian Allah SWT juga berfirman tentang satu malam kemuliaan yang ada didalam bulan mulia Ramadhan:


لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ


Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr [97]: 3)


Maksudnya adalah ibadah di malam Lailatul Qadar lebih baik dari ibadah di seribu bulan lamanya. Amalan yang dilakukan di malam Lailatul Qadar lebih baik daripada amalan yang dilakukan di seribu bulan yang tidak terdapat Lailatul Qadar. Itulah yang membuat akal dan pikiran menjadi tercengang. Sungguh menakjubkan, Allah SWT memberi karunia pada umat yang lemah bisa beribadah dengan nilai seperti itu. Amalan di malam tersebut sama dan melebihi ibadah pada seribu bulan. Lihatlah, umur manusia seakan-akan dibuat begitu lama hingga delapan puluh tahunan.

 

Bulan yang di dalamnya banyak dilakukan aktifitas bersama Al Qur’an

Bulan Ramadhan disebut bulan Al-Qur’an. Hal ini dapat kita saksikan dari kebiasaan para ulama yang memiliki kebiasaan sangat akrab dengan Al-Qur’an. Ada yang rajin membaca, mengkhatamkan dan bahkan merenungkan isi kandungan di dalamnya. Bahkan ini dicontohkan oleh suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW.


Disebutkan dalam hadits bahwa Nabi SAW biasa menyetorkan Al-Qur’an pada Jibril di bulan Ramadhan setiap tahunnya sekali dan dua kali di tahun diwafatkannya beliau. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata:


كَانَ يَعْرِضُ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً ، فَعَرَضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِى الْعَامِ الَّذِى قُبِضَ ، وَكَانَ يَعْتَكِفُ كُلَّ عَامٍ عَشْرًا فَاعْتَكَفَ عِشْرِينَ فِى الْعَامِ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ


Jibril itu (saling) belajar Al-Qur’an dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap tahun sekali (khatam). Ketika di tahun beliau akan meninggal dunia dua kali khatam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pula beri’tikaf setiap tahunnya selama sepuluh hari. Namun di tahun saat beliau akan meninggal dunia, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” (HR. Bukhari no. 4998)


Orang-orang terdahulu memiliki perhatian luar biasa kepada bulan Ramadhan ini. Perhatian mereka ditunjukkan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan tiba. Disebutkan bahwa para shahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in  selama enam bulan pertama memanjatkan doa kepada Allah SWT agar mereka disampaikan di bulan Ramadhan, kemudian di enam bulan setelahnya mereka berdoa agar mereka dipertemukan dengan bulan mulia ini. Hal semacam ini tentu merupakan bukti kuat akan antusias kuat mereka dalam menggapai pahala besar padahal secara umum mereka telah dijamin masuk surga.


Jika mereka yang jelas-jelas manusia yang dijamin surga saja begitu hebatnya dalam berlomba-lomba dalam kebaikan, tentu kita sebagai manusia belakangan yang tidak ada yang menjamin surga, tentu lebih berhak untuk banyak melakukan ibadah.


Terkhusus aktifitas membaca Al-Quran, orang-orang shalih pendahulu kita memiliki perhatian yang sangat, di antaranya Ibnu Rajab rahimahullah menjelaskan, “Kebiasaan orang-orang terdahulu di bulan Ramadhan ialah membaca Al-Quran dalam shalat dan selainnya.”


Jibril AS selalu mendatangi baginda Nabi Muhammad SAW di setiap Ramadhan untuk mengajarinya Al-Quran. Pengkhususan Jibril AS bulan Ramadhan tentu menjadi sinyal kuat bahwa Ramadhan benar-benar waktu istimewa sehingga ia pantas menjadi waktu tadarus Al-Quran.


Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan RA bagaimana beliau bersama Al-Quran di bulan Ramadhan. Dikabarkan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya. Beliau membaca Al-Quran di setiap rakaat shalat yang beliau kerjakan.


Sahabat Ubaiy bin Ka’ab RA, beliau mampu mengkhatamkan Al-Qur’an di setiap delapan harinya. Sementara sahabat Tamim Ad-Dari RA mampu mengkhatamkannya dalam setiap pekannya.


Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah, bahkan di bulan berkah ini mampu mengkhatamkan Al-Quran sebanyak enam puluh kali selain Al-Qur’an yang beliau baca di waktu shalat.


Qatadah rahimahullah biasa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekannya. Jika datang bulan Ramadhan, beliau mampu mengkhatamkannya setiap tiga harinya dan di sepuluh hari terakhirnya beliau mampu mengkhatamkannya di setiap malamnya.


Imam Malik bin Anas yang bergelar Imam Darul Hijrah yang memiliki pengajian dengan hadirin yang luar biasa banyaknya, belau rela meninggalkan pengajiannya itu dan bergegas membaca Al-Quran.


Kiranya cerita-cerita di atas sudah cukup dijadikan sebagai motivasi dan penyemangat bagi orang-orang yang mencari akhirat. Semoga kita dimudahkan untuk mengisi hari-hari kita di bulan Ramadhan dengan Al-Qur’an dan rajin mentadabburi (merenungkannya).


Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk bisa lebih memanfaatkan bulan Ramadhan kali ini dan bulan-bulan lainnya dalam beribadah kepada Allah SWT seiring berkurangnya jatah hidup di dunia. Semoga shalawat beriringan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, shahabat, dan semua orang yang senantiasa menampakkan dan menghidupkan ajaran beliau hingga hari akhir.

 

Tipsnya agar mudah khatam Al Quran di bulan Ramadhan

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:


« اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى شَهْرٍ » . قُلْتُ إِنِّى أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ « فَاقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ »


Bacalah (khatamkanlah) Al Quran dalam sebulan.” ‘Abdullah bin ‘Amr lalu berkata, “Aku mampu menambah lebih dari itu.” Beliau pun bersabda, “Bacalah (khatamkanlah) Al Qur’an dalam tujuh hari, jangan lebih daripada itu.” (HR. Bukhari No. 5054)


Al-Quran terdiri dari 30 juz. Setiap juz terdiri dari 20 halaman (10 lembar). Untuk mencapai target membaca Al Quran, kita dapat melakukannya setiap shalat 5 waktu dengan membaca 4 halaman (2 lembar). Kita bisa memilih waktu membaca sebelum atau sesudah shalat, seperti membaca 1 lembar sebelum shalat dan 1 lembar sesudahnya. Dengan cara ini, dalam 1 hari, kita dapat menyelesaikan 1 juz, sehingga dalam sebulan, kita bisa menyelesaikan 30 juz.


Ada yang enggan baca Al-Qur’an karena sibuk berbagai urusan, padahal Al-Qur’anlah yang memperbaiki segala urusan. Selalu ada berkah dari setiap aktifitas bersama Al-Qur’an. Wallahu a’lam bish shawab.



*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 3/XXIII - Maret 2025 M / Ramadhan 1446 H

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply