Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

» » » Seandainya Ini Ramadhan Terakhir Kita

 

SEANDAINYA INI  RAMADHAN TERAKHIR KITA

Oleh: H. TARNO, S.Ag

Anggota Majelis Tabligh PDM Sukoharjo

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Tinggal beberapa langkah lagi kita sampai pada finish menjalankan ibadah bulan Ramadhan tahun ini, berbagai amalan telah kita lakukan, puasa, shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, sedekah, infak dan masih banyak lagi amalan lain yang selama Ramadhan ini kita jalani.

 

Tidak ada harapan lain dari semua amal ibadah yang kita lakukan itu kecuali menharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengharap akan meningkat derajat ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Sebagaimana ayat yang selalu bergema setiap Ramadhan yaitu Surat Al-Baqarah ayat 183:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

 

Ayat ini menjadi ayat satu-satunya yang mewajibkan puasa Ramadhan. Dan ayat ini pula setiap muslim termotivasi untuk menjalankannya dengan kesungguhan karena berharap menjadi orang yang muttaqin. 

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Kematian pasti akan datang pada setiap yang bernyawa termasuk manusia, dan kita mengetahui bahwa kematian adalah gerbang menuju kehidupan yang sesungguhnya, hidup yang kekal abadi.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

 

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran [3: 185)

 

Cita-cita tertinggi manusia ketika nanti meninggal pasti ingin meninggal dalam keadaan husnul khatimah, bebas dari fitnah dan siksa kubur, dan di akhirat ingin masuk surga dan bahkan mengharap surga firdaus.

 

Sedangkan ketika kita akan melakukan perjalanan yang sangat panjang untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita harus memiliki bekal yang cukup. Adapun bekal yang harus kita bawa bukan harta benda, bukan jabatan bukan anak dan istri melainkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Di dalam Surat Al-Baqarah ayat 197 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلأَلبَٰبِ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Mengandai-andai itu tidak diperbolehkan dalam agama, kalau sesuatu itu sudah terjadi dan tujuannya untuk meratapi atau menyesali suatu kejadian, misalnya orang lewat di suatu jalan yang  tidak biasa dia lewati, dan qadarullah terjadi kecelakaan, kemudian dia mengatakan: “andaikata saya tadi tidak melewati jalan ini pasti tidak akan terjadi kecelakaan”.   Mengandai seperti ini hukumnya haram, karena berarti dia tidak mengakui takdirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia meratapi dan menyesali sebuah kejadian yang telah terjadi, yang tentu tidak ada gunanya.

 

Tetapi kalau kita mengandai tentang sesuatu yang belum terjadi dan dengan tujuan yang baik, maka itulah yang diperbolehkan dalam agama. Misalnya orang mengatakan: “seandainya saya diberi harta yang banyak saya akan rajin bersedekah, saya akan pergi haji atau umrah”, atau niat-niat baik yang lain, itu adalah mengandai yang diperbolehkan.

 

Termasuk pada saat Ramadhan kita kita mengandai: “seandainya Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir ku…” Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan dalam hati:

ü  Sudah cukupkah bekalku menghadap Allah?

ü  Apa yang harus saya lakukan?

ü  Dan pertanyaan-pertanyaan lain di dalam hati kita.

 

Itu adalah pengandaian yang diperbolehkan dan sangat bermanfaat, karena untuk menyiapkan kematian yang kita rasakan akan segera datang.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Kenapa Bulan Ramadhan? Karena Bulan Ramadhan adalah bulan yang berbeda dengan bulan-bulan lain, dia adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh ampunan, bulan yang dibukakan pintu kebaikan seluas-luasnya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bulan yang dilipatgandakan pahala amal kebaikan, sehingga akan sangat rugi ketika kita kehilangan bulan Ramadhan.

 

Ketika kita sudah merasa atau mengandai bahwa Ramadhan kita tahun ini adalah Ramadhan yang terakhir maka kita akan berusaha memaksimalkan  amalan bulan Ramadhan ini  dalam arti kwantitas dan kwalitas amal, yang tentu akan sangat banyak kebaikan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Misalnya Kita akan menjaga amalan wajib kita baik berupa shalat fardhu maupun puasa Ramadhan itu sendiri, setelah yang fardhu kita jaga kemudian kita perbanyak dengan amalan-amalan sunnah yang berupa sedekah, infaq, i’tikaf, tadarus Al-Qur’an, shalat tahajjud, shalat dhuha, bahkan shalat syuruq yang pahalanya seperti pahala haji dan umrah, semua kita kerjakan demi mendapatkan pahala kebaikan yang sebanyak-banyaknya.

 

Tentang mengingat mati agar lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

 

إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا وَاجْمَعْ الْإِيَاسَ مِمَّا فِي يَدَيْ النَّاسِ

“Jika kamu hendak melaksanakan shalat, shalatlah seperti shalat terakhir, jangan mengatakan sesuatu yang membuatmu minta maaf di kemudian hari dan kumpulkan keputus-asaan terhadap apa yang ada pada manusia”. (HR. Ahmad)

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Dari uraian di atas dalam rangka kita menyiapkan diri seandainya kita harus menghadap Allah sebelum dan tidak bertemu lagi dengan ramadhan tahun depan maka yang kita lakukan adalah:

1.      Memaksimalkan amalan Ramadhan ini dengan berbagai amal shalih;

2.      Menjaga akidah / keimanan kita sebagai fondasi diterimanya amal ibadah kita;

3.      Menjaga dan merawat kebiasaan-kebiasaan baik dan bahkan ketaqwaan yang telah kita raih selama Ramadhan di sepanjang hidup kita.

4.      Senantiasa berdo’a kepada Allah untuk dipertemukan dengan bulan Ramadhan yang akan datang.

5.      Senantiasa berdo’a agar Allah berikan kesempatan bertaubat sebelum ajal, berdo’a agar diberikan husnul khatimah, dan berdo’a agar kelak dibebaskan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.

 

Sebagai penutup kami kutipkan pesan mendalam dari Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah,

 

كَيْفَ لاَ تَجْرِى لِلْمُؤْمِنِ عَلَى فِرَاقِهِ دُمُوْع وَ هُوَ لاَ يَدْرِي هَلْ بَقِيَ لَهُ فِي عُمْرِهِ إِلَيْهِ رُجُوْع

“Bagaimana mungkin air mata seorang mukmin tidak berlinang kala berpisah dengan bulan Ramadhan. Sementara dia tidak mengetahui tersisa dari umurnya untuk kembali bertemu dengannya.”

 

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga kita, menerima amal Ramadhan tahun ini, mempertemukan dengan Ramadhan yang akan datang, serta menyelamatkan hidup kita di dunia dan akhirat. Aamiin yaa Rabbal ‘aalaimiin...

«
Next
This is the most recent post.
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply