Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

» » » Di Hadapan Petinggi Kementerian Pendidikan, Kepala SMP Imam Syuhodo Pertanyakan Soal Ijazah Jokowi


Sukoharjo – Dalam Seminar Nasional Pendidikan yang digelar oleh Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Kabupaten Sukoharjo, sebuah pertanyaan yang cukup mencuri perhatian disampaikan oleh Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, Muhammad Nasri Dini. Di hadapan Direktur Guru Pendidikan Dasar Ditjen GTK Kemendikdasmen RI, Dr. Drs. Rachmadi Widdiharto, M.A., yang hadir sebagai pembicara, Nasri menyinggung isu ijazah bekas Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, yang baru-baru ini kembali hangat diperbincangkan publik.

“Menurut Bapak, sebenarnya menurut aturan yang ada, bolehkah seseorang melihat ijazah orang lain? Mengingat masalah ijazah mantan presiden kita ini bahkan sampai Rabu kemarin masih menjadi berita hangat,” kata Nasri.

Pertanyaan ini disampaikan pada sesi tanya jawab dalam Seminar Nasional Pendidikan yang digelar oleh FGM Kabupaten Sukoharjo dengan tema “Transformasi Sekolah Muhammadiyah di Era Disruptif: Tantangan dan Peluang” di Hotel Istana Hapsari Sukoharjo, Kamis, 17 April 2025.



Menanggapi pertanyaan tersebut, Dr. Rachmadi menegaskan bahwa ijazah pada hakikatnya adalah pengakuan resmi atas capaian pendidikan seseorang di sekolah atau perguruan tinggi. Dalam hal ini, jika ijazah memang diperlukan, maka boleh saja ditunjukkan.

“Misalnya jika seseorang melamar pekerjaan atau memenuhi persyaratan menjadi pejabat publik, tentu saja boleh dilihat. Namun, di luar hal-hal formal seperti itu, tentunya tetap menjadi hak dari pemilik ijazah, apakah dia akan menunjukkan ijazahnya atau tidak,” terang Dr. Rachmadi.

Selain pertanyaan tersebut, Nasri juga mempertanyakan tentang kesejahteraan guru swasta, termasuk di dalamnya guru Muhammadiyah, serta tentang kebijakan PPPK yang diharapkan dapat ditempatkan tidak hanya di sekolah negeri, tetapi juga di sekolah swasta.

“Sejauh mana kesejahteraan guru swasta ini dipikirkan oleh Pak Menteri? Menteri kita ini kan kader Muhammadiyah dan masih menjabat Sekjen PP Muhammadiyah,” tegas Nasri.

Nasri juga menceritakan bahwa badai PPPK yang terjadi sebelumnya berdampak pada beberapa sekolah swasta, termasuk sekolah-sekolah Muhammadiyah.

“Bayangkan ada sekolah Muhammadiyah yang semua gurunya diterima PPPK di sekolah negeri, dan hanya kepala sekolahnya saja yang tersisa,” keluh Nasri.

Menanggapi hal tersebut, Dr. Rachmadi menyatakan bahwa kesejahteraan guru beriringan dengan kompetensi, yang dalam hal ini diberikan melalui sertifikasi. Pemerintah disebut tengah menyiapkan tambahan kesejahteraan, termasuk bagi guru non-ASN, dalam bentuk tunjangan sertifikasi. Tunjangan yang semula sebesar 1,5 juta rupiah akan dinaikkan menjadi dua juta rupiah per bulan.

“Jadi bukan ditambah dua juta rupiah. Rencananya, tunjangan ini akan mulai dibayarkan pada bulan Mei dan diberikan langsung kepada guru tanpa melalui pemerintah daerah. Selain itu, sebagai bentuk apresiasi, insentif khusus untuk guru swasta nonsertifikasi juga sedang dalam tahap perencanaan, meskipun besaran nominalnya belum dipastikan,” terang Dr. Rachmadi.

Terkait isu distribusi guru ASN PPPK di sekolah swasta, Dr. Rachmadi mengatakan bahwa sebagaimana namanya, ASN memang milik pemerintah dan hanya diperbolehkan mengajar di lembaga pendidikan milik pemerintah.

“Oleh karena itu, diperlukan tafsir hukum yang memungkinkan redistribusi guru PPPK ke sekolah swasta yang kekurangan tenaga pendidik, namun tetap berstatus ASN dan ditempatkan melalui penugasan dari sekolah negeri, jadi bukan langsung diangkat di sekolah swasta,” jelas Dr. Rachmadi.



Selain Nasri, peserta seminar dari SMP Imam Syuhodo adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Shofia Nur Mutmainnah, S.Pd., dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Muhammad Fatkhul Hajri, M.Pd. Ketiga guru dari SMP Imam Syuhodo ini hadir bersama tidak kurang dari 500 peserta lainnya, yang terdiri dari kepala sekolah/madrasah dan guru-guru dari tingkat PAUD, SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK se-Kabupaten Sukoharjo.

Seminar ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, yaitu: Wakil Bupati Sukoharjo Eko Sapto Purnomo, S.E, Plt. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 7 Provinsi Jawa Tengah, Agung Wijayanto, S.Pd., M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukoharjo yang diwakili oleh Pengawas SMP, Tedi Muhtadi, S.Pd, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukoharjo yang diwakili oleh Pengawas Madrasah, Bahren Ahmadi, S.Ag., M.Ag.



Selain dari kalangan pejabat pemerintah, acara ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah, yaitu Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sukoharjo, H. Djumari, S.Ag., M.S.I, Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sukoharjo, Dr. Dra. Indiah Dewi Murni, M.Pd, Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen dan PNF) PDM Sukoharjo, Dr. Sri Lahir, M.Pd, beserta jajaran, Ketua Majelis Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar dan Menengah (Pauddasmen) PDA Sukoharjo, Eni Dwi Hastuti, S.Pd, Ketua Majelis Dikdasmen-PNF Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-Kabupaten Sukoharjo dan Ketua Majelis Pauddasmen Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) se-Kabupaten Sukoharjo.

«
Next
This is the most recent post.
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply